blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

6 Jan 2013

Catatan Peringatan Hari Ibu


Cimahi 5 Jan 2012

Bismillah

Benar  benar sebuah kecerobohan.  Dua kali mencatat dua-duanya hilang tak berbekas. Ceritanya Jaringan Lembaga Wanita mendapat tugas membersamai para tokoh dari Cimahi untuk menghadiri acara peringatan Perayaan Hari Ibu yang diadakan oleh Aliansi Dewi Sartika, sebuah aliansi lintas organisasi, partai dan agama. Mendampingi tokoh perempuan dari Cimahi diantaranya ketua perempuan PUI Kota Cimahi, Ketua Pesistri Kota Cimahi, Ketua Aisyiah Kota cimahi, Ketua BKSWI Kota Cimahi, Ketua Tahajud Call Kota Cimahi untuk mengikuti acara peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan di Gedung Bale Asri Pusdai tanggal 24 Desember 2012. 

Membawa gadget yang belum begitu familiar untuk acara ini benar-benar sebuah kebodohan bagiku. Sebuah gadget baru hadiah ulang tahun dari diriku sendiri.. (Hayoo pengumuman...). Niat ingin mempermudah membuat review acara, yang terjadi malah terpaksa memakai tulisan tangan yang  kemudian tertinggal di dalam gedung ketika pulang.   Dicatat ulang di mobil nyontek dari Ibu Ayi ketua tahajud call Cimahi yang juga ibu teladan tingkat jawa barat tahun 2010. Benar-benar ibu yang rajin, catatannya lengkap sekali. Dan ternyata catatan yang kutulis ulang itu pun lenyap pula entah kemana.

Sebetulnya seandainya sudah familiar dengan gadget baru itu kisah hilangnya catatan ini tak perlu terjadi. Malas mempelajari, menggampangkan suatu hal itulah yang kulakukan . Belum lagi hasil jepretan yang tidak optimal karena belum bisa menzoom kameranya, lengkap sudah kebodohan yang kulakukan, padahal begitu pulang dan mempelajari sedikit saja, ternyata mudah-mudah saja.....hmmm malas masih menjadi penyakitku.... Termasuk menulis review peringatan hari ibu ini. Selalu ada alasan untuk menghindar, bentrok dengan jadual libur anak-anak lah, bentrok dengan kesibukanlah dan segudang alasan atuda lainnya. :(

Skip ngelantur tidak jelas....., kita mulai saja mereview acara peringatan ibu ini, walau sangat pasti tidak lengkap karena benar-benar sangat mengandalkan memori yang sudah mulai sulit di recall ini.  Terlebih acaranya sudah cukup lama berlalu.

Acara Peringatan Hari Ibu yang diadakan oleh Aliansi Dewi Sartika ini mengambil tema Memaknai Peringatan Hari Ibu "Refleksi Perjuangan Ibu Dewi Sartika sebagai Inspirasi bagi Ibu-Ibu se Jawa Barat".  Aliansi  Dewi Sartika ini adalah sebuah aliansi lintas partai, organisasi dan agama dimotori diantaranya oleh Organisasi Salimah Jawa Barat, Perempuan Hanura, Perempuan PPP, Wanita Keadilan dan beberapa organisasi yang lainnya.

Diadakan di Gedung Serbaguna Pusdai, dikemas dengan begitu rapi dan profesional.  Begitu undangan tiba lansung disuguhi nyanyian yang dibawakan dengan begitu apik dan merdu oleh Fitri bergantian dengan sang MC Acara.  Bukan hanya nasyid atau sekarang sudah mulai mengalami degradasi dengan sebutan lagu positif yang Fitri bawakan, tapi lagu-lagu pop lawas pun turut diperdengarkan.  Panggung ditata dengan elegan dipadu sound system yang bagus, dilengkapi dua layar lebar di sisi kanan dan kiri panggung. Undangan yang hadir memenuhi gedung, hadir pula pini sepuh perempuan di awa Barat diantaranya Ibu Aang Kunaefi, Ibu Dra. Popong Oce  Djunjunan, cucu ibu Dewi Sartika  Ibu Dra. Dinny Dewi Krisna Harahap.dan lain-lain.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.  Rasa-rasanya ritme lagu kebangsaan ini dibawakan dengan tempo yang  lebih cepat dari biasanya, memberi sebuah rasa semangat jadinya.  Setelah acara dimulai ada beberapa sambutan diantaranya dari Dinsos Jawa Barat, dan ketua panitia penyelenggara yaitu Bu Ani Rukmini.  

Acara selanjutnya Talk Show yang dibawakan tiga nara sumber yaitu: Seorang Mubalighoh kondang Ibu Hajah Leni Umar, Mubaligh Ustadz Hilman Rosyad dan Ahli sejarah yang juga  ketua jurusan Ilmu Seni Budaya (Sejarah) UNPAD  Prof. Dr.Dra. Hj. Nina Lubis. Dipandu dengan menarik dan ramai serta begitu cerdas Oleh Ibu Dra.Hj. Ani Rukmini, MKom.



Pemateri pertama Prof Hj.Nina Lubis mengupas tentang perjuangan Ibu Dewi Sartika.  Dalam perjalanan hidupnya Ibu Dewi Sartika telah memperjuangan agar perempuan bisa mendapat pendidikan sebagaimana yang  kaum laki-laki dapatkan.  Berbeda dengan RA Kartini yang sekedar opini emansimasi, Ibu Dewi Sartika selangkah lebih maju  Ia berhasil mendirikan Sekolah Istri yang berkemban dengan pesat memberikan pendidikan  untuk kaum perempuan.  Lalu kenapa sekarang lebih terkenal RA Kartini dibanding  Dewi Sartika?
Hal itu tak lepas dari politik Belanda. Keluarga besar Kartini dalam hal ini Ayah dan suaminya adalah bupati yang sangat manut terhadap penjajah  Belanda.  Sementara ayahanda Dewi Sartika dikenal sebagai penentang Belanda. Karena sebuah fitnah ayahanda Dewi Sartika pernah dibuang ke Ternate.  Kisah manut dan penentangan inilah yang menjadi penyebab mengapa akhirnya Kartini yang lebih  dimunculkan padahal perjuangan Ibu Dewi Sartika tak kalah dengan perjuangan RA Kartini.  Bahkan konon kabarnya menurut Ibu Prof yang lugas dan sederhana ini RA Kartini malah 'menghianati' apa yang diperjuangkan dengan bersedia menjadi selir seorang bupati dalam kehidupannya.



Pembicara kedua Hj. Leni Umar mengupas tuntas tentang kriteria ibu yang sholihah.  Menurut beliau ada beberapa kriteria ibu sholihah yaitu :  Seorang ibu harus mempunyai bekal akidah yang kuat, seorang ibu harus menjadi pembelajar dan pendidik anak-anaknya dan yang ketiga seorang ibu itu harus paham dengan kondisi zaman ... (Deuh sebenarnya masih ada lagi.... lupa...)

Pembicara ketiga Ustadz Hilman Rosyad berbicara tentang sosok perempuan sholihah melalui gambaran ibunya sendiri.  Ibu ustadz Hilman adalah seorang Da'iyah.  Menurut beliau seorang perempuan tidak perlu menggembor-gemborkan tentang emansipasi, dengan menjalankan islam secara kaffah seorang perempuan telah mensejajarkan dirinya dengan pria.

Menurut Ustadz Hilman seorang perempuan yang telah menjalankan agamanya dengan benar ia akan bisa berkiprah dengan baik dalam kehidupan rumah tangganya juga akan mampu memberi kontribusi positif untuk masyarakat sekitarnya.  Beliau mencontohkan sosok ibunya yang sukses mendidik anak-anaknya dan banyak berkiprah untuk masyarakat menjadi seorang daiyah. (Kurleb kitu we lah...). Jadi sosok perempuan sholihat itu menuru beliau adalah yang mampu menjalankan tugas domestiknya dengan baik sebagai istri, sebagai ibu yang pendidik dan akhirnya kemudian dapat berkiprah keluar sebagai seorang daiyah.

Acara selanjutnya adalah mengenang Ibu Dewi Sartika yang dibawakan oleh cucu Ibu Dewi Sartika, Ibu Dra. Dinny Dewi Krisna Harahap.  Beliau banyak bercerita tentang masa kecil Dewi Sartika yang cukup getir karena ayahnya terkena fitnah menjadi pemberontak Belanda.  Akibat ayahnya dibuang ke Ternate oleh Belanda, Dewi Sartika kecil diperlakukan sebagai anak buangan oleh sanak saudaranya.  Ia diperlakukan seperti seorang pembantu.  Namun karena itulah ia banyak belajar tentang ketermpilan yang harus dimiliki oleh perempuan dari Uanya.  Ketika ia harus mengantar sepupunya belajar, ia tidak diizinkan masuk.  Namun dibalik pintu Dewi Sartika ternyata ikut belajar.  Disanalah dia akhirnya memperoleh pengetahuan dan akhirnya bertekad untuk memperjuangkan kesempatan belajar untuk perempuan.

Setelah diselingi beberapa lagu diantaranya Bunda dan Lagu Untuk Mama akhirnya pengumuman sepuluh The Inspiring Women, sosok Dewi Sartika masa kini.  Beberapa sosok yang sudah dikenal adalah Teh Hajah Diah Nurwitasari,Dipl Ing sebagai aktivis perempuan, Ibu Hj. Leni Umar sebagai Mubalighoh yang harus banyak diteladani, Ibu Popong Djunjunan sebagai tokoh perempuan di bidang seni dan budaya, Prof.Dr Hj. Nina Lubis,MS sebagai tokoh sejarawan. Beberapa lainnya adalah tokoh cendikiawan perempuan yaitu seorang  muda usia dosen dari ITB bernama Ibu  Dr Made Tri Ari Penia Kresnowati yang telah mendapat penghargaan dari Menristek karena penemuannya, ada juga dari buruh perempuan yaitu Novi Yulianti, tokoh kesehatan Masyarakat yakni Hj Eulis Rosmiati, Amd Keb SKM, kemudian seorang pejuang lingkungan yaitu Dewi Kusmianti. istri seorang tukang ojeg yang banyak menghasilkan karya berupa kerajinan tangan dari barang-barang bekas seperti bungkus kopi, permen dan sebagainya.  

Selain itu ada tokoh disabilitas bernama Euis Suryani seorang tuna netra dari KBB, yang dalam keterbatasannya masih memiliki kepedulian dengan sepak terjangnya berkiprah di bidan sosial dan memperjuangkan hak-hak perempuan di daerahnya. Selanjutnya Pemilik Ina Cookis yaitu Rr Ina Wiyandini atau Ina Rachmat sebagai pengusaha wanita yang sukses.

Acara puncak pun akhirnya digelar yaitu penganugrahan Ibu Jawa Barat kepada Istri gubernur Ibu Netty Prasetya.  Kandidat doktor dari Unpad yang energik ini memang layak dinobatkan menjadi Ibu Jawa Barat mengingat kiprahnya selama ini. Ibu dengan enam orang putra putri yang pintar dan sholih sholihat ini tak kuat menahan haru ketika dinobatkan menjadi Ibu Jawa Barat, dalam sambutannya beliau berharap momentum ini juga bisa dijadikan motivasi untuk terus memperjuangkan pemberdayaan perempuan, untuk masa depan bangsa yang lebih baik.



Alhamdulillah ^_^

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^