blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

26 Apr 2015

Berani Menghadapi Kegagalan

"Memang ga ada jalan lain gitu..?" Tanya adikku
"Ada..ke kanan,lebih deket katanya, tapi saya ga pernah mencoba.." Jawabku sambil melangkahkan kaki ke arah kiri seperti biasa. Adikku menarik tanganku.  Walau penuh  keraguan saya mengikutinya dan taraaa hanya hitungan menit kami sampai di jalan besar menuju angkot.  Saya benar-benar dibuat takjub, berbulan-bulan saya lalui jalan ini dengan rute yang sama dengan jarak yang lumayan jauh  hampir satu kilometer. Tapi begitu mengajak adikku sekali saja, saya menemukan rute yang begitu dekat, menyingkat jarak dan waktu yang cukup banyak.  Begitu takut dan ragunya saya untuk memulai sesuatu yang baru.....

Saya masih ingat betul peristiwa belasan tahun lalu itu, peristiwa yang menyadarkan saya bahwa saya memang sangat otak kiri. Terstruktur, rutinitas logis matematis sementara adikku adalah seorang yang berani mencoba hal yang baru dan kreatif.... Tapi peristiwa itu baru sebatas penyadaran, tidak lantas mengubah diri dalam tindakan.

Sekolah, kuliah, bekerja, menikah, punya anak berhenti bekerja, hidup saya lurus-lurus saja, tapi bukan berarti membosankan, saya menikmatinya bahkan saya jadi merasa ada pada zona nyaman.  Sampai pada satu titik ketika saya menghadapi keadaan yang memang sudah Allah SWT terbaik untuk saya dan keluarga.  Kondisi dimana saya dan suami memang benar-benar harus membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dengan lima anak.

Sebagai seseorang yang begitu takut pada kata mencoba, Allah membenturkan saya pada kondisi  kepepet yang saya anggap sebagai kasih sayang Allah untuk menyadarkan saya.  Saya harus berani mencobanya, walau bergunung rasa takut menyelimuti diri.  Kalau peristiwa bersama adik belasan tahun yang lalu hanya penyadaran pada kondisi bahwa saya memiliki otak kiri banget tapi kondisi ini membuat saya dan suami harus betul-betul berbuat dan melangkah.



Mulailah saya dibantu suami membuka usaha rumah makan dan loundry, langsung dua macam karena saya pikir kalau satu gagal ada yang lain sebagai back up nya.  Walau semua sudah saya perhitungkan dengan matang sampai ikut kursus usaha laundry segala, dalam praktiknya banyak aral dan melintang ternyata. 

Karena keteteran akhirnya rumah makan kami tutup,  fokus pada laundry saja. Ternyata kegagalan yang selama ini saya takutkan ketika dialami langsung tidak seseram bayangan sebelum betul-betul dialami. Justru saya akhirnya bisa menikmati kegagalan demi kegagalan sebagai sebuah proses dari sebuah perjuangan.  Little Voice yang menghambat melangkah untuk maju itu memang harus ditaklukan dengan tekad dan optimisme.  Kini kegagalan-kegagalan yang saya alami saya anggap sebagai  pelajaran yang sangat berharga.  Pelajaran yang tidak akan saya dapatkan kalau saya tidak mencobanya.


Kini walau suami sudah memiliki penghasilan tetap kembali, saya akan terus berusaha menjadi seorang mompreneur walau dengan tertatih, walau mungkin akan ada air mata dalam prosesnya.  Tapi saya senang telah berhasil, ya berhasil menghalau bisikan kecil yang menghambat saya untuk melangkah. Bahagia karena telah #BeraniLebih menghadapi kegagalan.

2 komentar :

  1. Saya juga mnulis #BeraniLebih Tegar Menghadapi Kegagalan. mampir ya mak.. Blogku di www.duniasinta.blogspot.com ^^

    BalasHapus
  2. Alhamdulillaah..., semoga suaha laundrinya semakin sukses dan berkah ya, Mbak :)

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^