blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

17 Jan 2016

Kisah Inspiratif Seorang Mumu (Dari Seminar Parenting Bahaya di Balik Kecanduan Games)

Kisah Inspiratif Seorang Mumu (Dari Seminar Parenting Bahaya di Balik Kecanduan Games)

Sebagai orang tua pernahkan kita merasa kesulitan menghadapi anak-anak kita yang mulai keranjingan dengan gadgetnya terutama dengan aplikasi gamesnya?  Saya pernah, walaupun tidak sampai adiktif tapi cukup membuat saya khawatir.  Alhamdulillah sejauh ini bisa terkendali, tapi memang kita sebagai orang tua harus konsisten menetapkan aturan-aturan punish dan reward di rumah.

Di luar sana banyak sekali anak-anak kita yang keranjingan dengan gadget terutama games.  Dalam sebuah pelatihan seorang teman trainer parenting pernah mengungkapkan bahwa ketika mengadakan seminar parenting tentang bahaya gadget untuk anak-anak, ternyata banyak juga orang tua yang membiarkan anak bermain gadget di acara itu agar orang tuanya bisa anteng mengikuti seminar bahaya gadget... hahaha lucu ....tapi sekaligus menyedihkan...jadi miris mendengarnya.

Kakatu Gerakan Gadget Sehat
Mumu saaat presentasi kisah masa lalunya

Beberapa kali saya sempat juga main ke warnet karena wifi di rumah sedang bermasalah, kebetulan juga waktu itu sedang waktu liburan sekolah anak-anak.  Ternyata warnet hampir penuh dan kebetulan hanya tersisa satu seat untuk saya.  Mirisnya, warnet tersebut dipenuhi anak-anak usia SD  - SMP yang sedang asyik bergames online.  Kentara siih dari suaranya yang memang rame, selain itu juga terdengar sahut menyahut diantara mereka dengan bahasa gaul mereka yang kasar.  Dimana kah ibu-ibu mereka ?  Dimanakah ayah-ayah  mereka?  Hiks...

Itu memang menjadi PR kita saat ini dan yang menjadi pemikiran saya juga.  Makanya saya bersyukur sekali ketika saya mendapat undangan untuk mengikuti acara Seminar Parenting  Bahaya Dibalik Kecanduan Games yang sekaligus grand launching Gerakan Gadget Sehat.yang diadakan oleh Kakatu dan Yayasan Kita dan Buah Hati.  Acara ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 14 Januari 2016 yang lalu di Auditorium Lantai 2 Gedung FK Unpad jalan Prof Eckman no 38 Bandung.

Senang sekali ada orang-orang yang mempunyai perhatian lebih kepada permasalahan ini, menghabiskan semua waktu hidupnya untuk menyelamatkan anak-anak bangsa dari cengkraman bahaya yang tidak disadari oleh para orang tua mereka.  Salut saya sampaikan pada anak-anak muda yang tergabung di Kakatu. Sebuah star up pembuat aplikasi yang memberikan kemudahan kepada orang tua untuk menjaga anak-anaknya dari bahaya gadget yang mengancam.

Memang seberapa berbahayanya sih gadget untuk anak-anak kita?  Asal kita tahu saja ternyata hasil survey menyebutkan 95 dari 100 pelajar SD pernah mengakses konten pornografi yang mereka akses dari situs, media sosial, games dan aplikasi yang terdapat dalam gadget.  Pada tahun 2013 terdapat 4,3 juta situs pornografi dengan pertumbuhan pesat tiap harinya. Selain pornografi, konten negatif lainnya seperti konten kekerasan, horor dan lainnya terus membayangi. Mereka, anak-anak kita bisa dengan bebas tak terbatas bisa mengakses semua itu dengan pemantauan para orang tua yang terbatas.

Adalah Muhamad Nur Awaludin, S Kom Co Founder Kakatu bersama beberapa temannya yang lain, yang memiliki misi mulia membantu kita para orang tua mengawasi penggunaan gadget untuk anak-anaknya dengan sehat dan bijak.  Bukan tanpa sebab seorang Ka Mumu -biasa ia dipanggil- mempunyai prakarsa mulia ini.  Ada masa lalunya yang kelam, yang ingin ia hapus dengan prakarsa ini dan ia ingin anak-anak lain di seluruh dunia tidak mengalami hal seperti yang pernah ia alami.

Mumu kecil adalah seorang anak laki-laki kurus, kecil, hitam dan kurus.  Kedua orang tuanya bekerja hingga ia memiliki waktu luang sepulang sekolah yang harus ia lalui sendirian, sementara kakak-kakaknya pun sibuk dengan urusan mereka sendiri.  Merasa kesepian karena sendirian di rumah, ketika duduk di kelas empat bangku Sekolah Dasar ia mulai mengenal games melalui alat bernama PS. Setahun ia terus bergelut dengan benda itu, sampai akhirnya keranjingan dan mulai mencuri uang untuk memenuhi hobi barunya itu.

Saat ia duduk di usia SMP ia semakin kecanduan dengan namanya games, bohong sudah semakin canggih, mencuri, berjudi dan mulai mengenal pornografi yang memang bertebaran di dalam games. Hal ini terus berlangsung sampai SMA, semua keburukan sudah semakin lihai Mumu lakukan.  Bahkan di usia remaja ini ia mulai suka bermain kekerasan dengan sesama temannya.  Orang tua tidak terlalu mempedulikan karena Mumu menjaganya dengan prestasi belajar yang tidak menurun.  Tetap mempertahankan menjadi juara kelas walau dengan berbagai macam usaha yang licik.

Orang tua Mumu tadinya berpikir, cuma games ini, daripada main keluar, daripada stress, daripada gaul dengan orang yang ga bener, akhirnya mereka membiarkan Mumu asyik dengan dunianya sendiri.  Dunia yang sesuai dengan keinginannya.  Di dunia games dia bisa jadi apa saja yang dia mau, kalau di dunia nyata ia sering diejek karena tubuhnya yang mungil, di dunia games dia menjadi super hero yang bisa membantu banyak orang.  Di dunia nyata ia kesepian, di dalam dunia games ia banyak teman, bahkan di dunia maya ini ia memiliki ayah dan bunda virtual yang selalu memperhatikannya.

Sampai akhirnya Mumu remaja tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan dunia maya. Ia bisa santai saja tak menghiraukan ketika ada truk menuju kepadanya, untung saja ia selamat dari truk itu.  Mumu berpikir bahwa ia memiliki nyawa cadangan yang bisa ia beli dengan voucher... ckckck...separah itu dampak game online.. Dan lebih parahnya lagi banyak orang tua yang tidak paham akan bahayanya game online untuk anak-anaknya.

Sampai akhirnya titik balik itu tiba, suatu sore saat hujan deras, Mumu ingin membeli voucher games onlinenya.  Orangtuanya sudah melarang, karena tak tahan ingin bermain games, walaupun hujan deras dan hari mulai gelap Mumu tetap saja nekad menerjang hujan besar itu, dan akhirnya yang dikhawatirkan terjadi juga.  Mumu mendapat kecelakaan cukup berat, motornya rusak dan ia harus berbaring di rumah sakit beberapa saat.



Saat itu Mumu dalam kondisi menganggur karena tidak keterima UMPTN, dan ia makin terpuruk dalam dunia game online.  Kecelakaan itu membuat ia tersadar, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di UNIKOM.  Namun karena masa kuliah masih delapan bulan lagi akhirnya ia memilih melamar kerja untuk mengisi waktunya, masa-masa kerja inilah yang membuat ia mampu berkomunikasi dengan baik karena pekerjaannya adalah menginterview orang lain.

Sampai akhirnya masa kuliah itu dimulai juga, sayangnya masa kuliahnya yang banyak berhubungan dengan komputer membuat ia tertarik lagi pada dunia game online.  Ia terpuruk lagi pada dunia games dan susah lepas darinya.  Titik balik kedua yang benar-benar membuat ia tersadar adalah saat ibunya meninggal dunia.  Di sanalah kesadaran yang sesungguhnya tumbuh, penyesalan yang luar biasa karena selama 20 tahun hidupnya tidak pernah membahagiakan ibunya, malah terus merepotkan dengan kebandelan yang luar biasa.

Titik balik inilah yang membawanya menjadi co founder Kakatu sebuah aplikasi yang membantu para orangtua untuk mengawasi pemakaian gadget anak-anaknya.  Setelah sang ibu meninggal ia belajar sungguh-sungguh dan benar-benar meninggalkan dunia games onlinenya.  Jadilah prestasi demi prestasi diraihnya di dalam negeri mauun di luar negeri.

Masa lalunya yang kelam akhirnya membuat ia bertekad membantu anak - anak lain agar tidak memiliki pengalaman buruk seperti dirinya.  Bersama-sama teman-temannya kini ia tergabung membuat sebuah star up yang terus membuat aplikasi-aplikasi yang bisa membantu para orang tua mengawasi pemakaian gadget anak-anaknya.

Mumu, Bunda Eli Risman dan para tamu undangan lainnya saat Launching Gerakan Gadget Sehat

Bahkan kini ia bekerja sama dengan Yayasan Kita dan Buah Hati membantu Ibu Eli Risman memberikan penyuluhan kepada para orang tua tentang bahaya games online untuk anak-anak. Ia berharap masa lalunya jadi pembelajaran para orang tua agar lebih berhati-hati dengan games online, memberikan pembelajaran juga agar orang tua lebih dekat dengan anak-anaknya.  Menurutnya satu hal yang menjadi penyebab anak-anak lari dan kecanduan games online karena di dunia nyata ia merasa kesepian dan merasa tidak dihargai.

Games online memang berbahaya, tetapi lebih berbahaya lagi saat orang tua tidak menyadari betapa bahayanya games untuk anak-anak....

20 komentar :

  1. Inspiratif ya, Mak. Jadi ngebayangin orang tuanya saat menghadapi anaknya yg gila game on line. Alhamdulillah masa depannya bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak...alhamdulillah...mungkin do'a orangtuanya kuat :)

      Hapus
  2. wuihhh.. serem banget ya dampaknya :( tfs yaaaa

    BalasHapus
  3. Selalu senang membaca kisah inspiratif hidup seseorang. :)

    BalasHapus
  4. Saya pernah melihat presentasi Mumu tentang Kakatu. Memang bagus aplikasinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba...bagus bantu orang tua ngawasin juga :)

      Hapus
  5. Inspiratif. Si anak mengarahkan hobinya ke hal yang positif.

    BalasHapus
  6. Emang sekarang mah harus ekstra banget mengawasi anak bermain gadget

    BalasHapus
  7. Inspiratif,Nah ankku yang pertama juga udah mulai keranjngan games. Di dunia nyata dia merasa rendah diri karena sering dibully . Saya sebagai orang tua hanya sesekali mengingatkan dan memberikan tanggung jawab dengan pekerjaan rumah agar tak asyi ngegames. Alhamdulillah sekarang pelan-pelan sudah berkurang ngegamenya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...emang harus banyak perhatian dari kita ortunya ya Mak :)

      Hapus
  8. Memang ngeri ya mbak efek kecanduan games itu. Klo ikut seminar bu Elly byk cerita ya ttg kcanduan games. Memang org tua hrs bs mengontrol ya ..

    BalasHapus
  9. Merinding banget, Mumu hebat, dia percaya bahwa masa lalunya dipersiapkan untuk hari ini.

    BalasHapus
  10. Merinding banget, Mumu hebat, dia percaya bahwa masa lalunya dipersiapkan untuk hari ini.

    BalasHapus
  11. wah... 2 titik balik yang akhirnya mengubah jalan hidup seseorang ya... masya Allah... jika Allah sudah berkehendak, apa yang tidak bisa dilakukan ya...

    BalasHapus
  12. inspiratif banget mba. datanya mencengangkan 95 dari 100 anak SD pernah akses konten porno T_T

    saya share tulisannya yaa

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^