blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

10 Feb 2017

Mengajarkan Anak tentang Uang


"Mi..aku mau beli jam tangan dong.., soalnya aku perlu.." Kata Ka Azizah, sulungku yang sudah duduk di bangku SMA kelas akhir sambil matanya tak lepas dari komputer.

"Ya sudah, kalau memang itu perlu.." jawabku
"Ada uangnya..?" timpalku sejurus kemudian.
"Tanggal 10 kan aku gajian.." Jawabnya

Itu adalah dialog saya dengan Ka Azizah di shubuh hari kemarin.  Jangan heran kalau Ka Azizah menyebut gajian, maksudnya adalah transferan dari hasil royalti bukunya, hehe..  Semenjak kelas tiga SD Kakak memang sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari hasil tulisannya.  Awalnya dari tulisan yang dimuat di surat kabar, kemudian meningkat dari hasil royalti buku-bukunya.

Alhamdulillah uang hasil tulisannya yang diterimanya tiga bulan sekali itu sangat berkah, ia gunakan untuk keperluan pribadi dan sekolahnya.  Waktu acara wisata dari sekolahnya yang bayarannya hampir dua juta juga ia bayar dengan uang sendiri.  Alhamdulillah, dengan bisa menghasilkan uang sendiri akhirnya Ka Azizah mengerti sulitnya mencari uang.  Ka Azizah termasuk anak yang pintar memanage uang, ia bukan anak yang boros dan mengeluarkan uang cukup selektif.

Awalnya dari transferan buku solo pertamanya saat ia masih duduk di kelas V SD, ia banyak untuk membeli buku-buku.  Bayangkan saja anak SD sekalinya gajian langsung mendapatkan uang jutaan dengan nilai uang delapan tahunan yang lalu..pasti kebingungan menghabiskannya dong...hahaha..


Saya ajarkan juga pentingnya menabung, awalnya dia sering lepas kontrol kalau pergi ke toko buku, sekali belanja buku ratusan ribu.  Tapi kini seiring dengan waktu ia mulai bisa mengendalikan diri dan jauh lebih selektif lagi. Saya memang termasuk ibu yang cukup 'pelit' memberikan uang kepada anak-anak jadi banyak hal yang harus ia beli dengan uang sendiri. Jadi ia mungkin berpikir banyak kebutuhan lain yang harus ia keluarkan.

Untuk hal-hal yang bersifat sekunder saya tanamkan kepada anak-anak untuk mengeluarkannya dari uang sendiri.  Awalnya mereka protes atas kepelitan uminya, tapi sedikit demi sedikit mereka memahaminya.  Saya tanamkan pada Kakak untuk biaya sekolah, ekskul, les piano, pesantren kilat yang ia ikuti tiap tahunnya, umi tidak pelit untuk itu.  Jadi biar tertanam image bahwa umi bukan ibu yang pelit dong...  Alhamdulillah dengan cara itu dia kelihatan jadi lebih paham.  Karena awalnya memang sering protes karena harus banyak mengeluarkan ini  itu dengan uangnya sendiri.

sumber:superkidsindonesia.com

Belajar dari Kak Azizah yang saya rasa alhamdulillah cukup berhasil, saya jadi menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan uang pada adik-adiknya.  Jadi ada beberapa hal yang saya tanamkan kepada anak-anak yaitu :

  • Bahwa uang adalah sesuatu yang harus kita cari, tidak mudah untuk mendapatkan uang.
  • Mengetahui bagaimana uang itu didapat, belajar transaksi, belajar bekerja untuk mendapatkannya.
  • Mengetahui membedakan antara kebutuhan dan keinginan
  • Mengajarkan menabung dan berhemat, menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hal yang ia betul-betul inginkan.

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa anak yang mampu menunda kesenangan hidupnya jauh lebih baik ketika anak tersebut beranjak remaja dan dewasa. Kemampuan seseorang untuk menunda kesenangan itu sangat vital diajarkan dan ditanamkan pada anak sejak dini di usia 3-5 tahun.  Cukup disayangkan banyak orang tua yang terkadang tidak mengajarkan itu malah terkadang mempercepat kesenangan didapat oleh mereka. Pengen mainan langsung dibelikan, ketika diajak jalan-jalan pengen ini itu, mereka main tunjuk langsung kita acc hehe.... Oh no..that isn't right Moms....

Kadang banyak orang tua yang berfikir, dia dulu hidupnya susah jangan sampai anak merasakan itu semua.  Padahal kesulitan hidup yang kita alami, itulah yang membentuk kita bisa menjadi seperti saat ini.  Kasihan sekali anak-anak kita kalau kita buat terlalu mudah hidupnya.  Kemampuan untuk berjuangnya akan menjadi lemah.

Mengajarkan anak sejak kecil untuk berjualan atau bekerja memang cukup penting.  Jangan heran kalau di rumah saya sering ada transaksi.  Mau es krim atau cemilan yang ada di rumah juga mereka harus beli..hahaha... iyalah karena itu kan barang dagangan saya..hihi...  Si nomor dua Aa Miqdad juga sempat tiap hari bersibuk ria menghitung barang dagangannya yang ia bawa ke sekolah, menulis pesanan teman-teman dan gurunya kemudian berbelanja pesananan itu. Sekarang sih sudah kelas sembilan, sudah mau ujian jadi tidak lagi berjualan.  Tapi saya berharap pengalaman itu tertanam dalam benaknya dan bermanfaat untuk kehidupannya.

Maghfira, putriku yang bungsu, karena ia anak rajin, sering minta 'bekerja' di laundry untuk mendapatkan uang lebih.  Ia senang beres-beres, jadi untuk mendapatkan uang lebih, ia sering membereskan laundrian.  Ia juga yang menjadi jalan saya ikut titip jualan di kantin sekolah.  Awalnya ia berjualan minuman dan makanan ke teman-teman sekolahnya, lama kelamaan ia keteteran karena banyak pesanan akhirnya saya ambil alih saja, karena kasihan juga melihatnya dan ia juga sudah give up.... Tapi saya senang saat ia membuat semacam buku akuntansi sendiri.  Tanpa saya ajarin dia membuat itu saat menerima pesanan jajanan dari teman-temannya.

Tidak semua anak saya senang berjualan ternyata, Si tengah Fathiya begitu, bahkan katanya menurut wali kelasnya ia termasuk pendiam di sekolah meski sahabatnya banyak.  Selidik punya selidik setelah menginvestigasinya tahulah saya bahwa ia sering disorakin kalau tampil di kelas.  Penasaran dong, saya konsul ke wali kelasnya ternyata di kelasnya ada teman pria yang ngebet banget padanya jadi kalau ia tampil atau berbicara langsung disorakin.. Memang anak itu ngebet banget, sempet memberi coklat segala, yang sama sekali ga mau dimakan oleh Fathiya.. Tadinya mau ia kembalikan tapi saya bilang jangan, biar aja buat uminya.....hahaha.... eh jadi kemana-mana ya...

Tapi saat SD ia sering juga  mendapatkan uang dari tangannya sendiri, terutama tulisan dari koran yang hampir tiap bulan muncul.  Ia juga terpilih pada seleksi Konfrensi Penulis Cilik di Jakarta tiap tahunnya dan mendapatkan uang saku yang lumayan.  Kemarin-kemarin empat menjadi guru privat di rumah selama beberapa bulan.  Alhamdulillah semua yang ia dapatkan digunakan dengan sebaik-baiknya.  Tidak untuk jajan.  Beli sepatu, tas, mukena, al qur'an dan semua barang yang dibutuhkan, sempat juga saya salah mengijinkannya membeli hape (ini sih modus... beli hape hadiah lomba uminya hehe. jadi merusak komitmen saya untuk tidak memberikan hape ke anak-anak di bawah SMA.) akibatnya ia jadi keseringan main hape. (ini mah kayak uminya pisan..)..Untungnya sekarang hapenya sudah rusak jadi beralih kembali kesibukannya pada buku....


O  iya, kembali lagi ke laptop saat kaka ingin berbelanja sesuatu karena untuk efektivitas dan efesiensi tidak belanja yang lain-lain saya perkenalkan belanja online kepada anak-anak,  Tentu saja saya perkenalkan tempat belanja online yang terpercaya sehingga kita tidak tertipu.  Salah satu tempat belanja online yang  saya percaya adalah di MAP EMALL.COM terlebih sekarang sedang banyak promo produk MAP. Banyak produk yang sedang dijual dengan harga miring lho... Diskon sampai 70% pun ada. Ada juga produk beli tiga dapat satu free... Asyik ya... cus aja langsung ke webnya.  Sekarang sepertinya saat yang tepat untuk belanja barang yang kita butuhkan.
 
Walaupun anak paham tentang susahnya mencari uang, mereka tetap harus diajarkan arti berbagi dan indahnya berbagi.  Banyak orang yang tidak seberuntung mereka dalam hidup ini, jadi ada uang yang harus mereka sisihkan pula untuk infaq dan shodaqoh.  Ini penting terlalu paham pentingnya uang juga kadang membuat seseorang menjadi pelit untuk berbagi.  Jadi harus diajarkan pula hal ini kepada anak-anak sedini mungkin.

Begitulah sedikit sharing tentang bagaimana Mengajarkan Anak tentang Uang, semoga teman-teman bisa mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman saya.  Banyak kesalahan saya dalam mendidik anak, tetapi biarlah itu menjadi pembelajaran dan PR besar saya.  Apa yang sampaikan hanya yang  sedikit yang saya anggap 'berhasil.  Saya berharap sekali ini semua bisa bermanfaat bagi teman-teman semua, terutama ibu muda yang masih banyak belajar...... :D

6 komentar :

  1. Subhanallah, keluarha yang kereeennn. Semoga aku dapat meneladani... Aamiin.

    BalasHapus
  2. keluarga yang harmonis banget nih... keren. harus di tiru nih...

    BalasHapus
  3. anak saya 5 tahun belum tau uang bun, taunya 5ribu aja.
    dan memang benar sih mengajarkan berbagi sedari kecil akan banyak manfaatnya

    BalasHapus
  4. Emang penting banget ngajarin anak tentang uang.

    BalasHapus
  5. Menajarkan anak uang harus dimulai dengan nilai uang yang palibng kecil ya mba

    BalasHapus
  6. Intinya memang pada anak jgn dibiasakan mudah utk mengeluarkan uang, anak akan merasa bahwa ternyata belanja itu gampang. Ini yg bsa menyebabkan anak boros *pengalaman orgtua saya hemat dan disiplin soal uang jd ngaruh ke saya jg, bli barang klo dibutuhkan aja

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^