blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

10 Jul 2015

Buku Itu Kamu Pinjam

Saya suka heran dengan perilaku teman-teman terutama teman abinya yang suka lupa mengembalikan buku-buku yang mereka pinjam. Berpuluh buku milikku kini tak tentu rimbanya. Termasuk buku favoritku, sebuah buku parenting yang bagus sekali, tiba-tiba saja lenyap tak berbekas. Berulang kali saya mencoba mencari di toko buku, sayang sekali sudah tidak beredar. Ketika saya menanyakan kepada suami dengan enteng suamiku menjawab “Dipinjam”. “Sama siapa Bi?” susulku “Aduh lupa…” Hmmm….nyesek deh…!!

Sumber:pojoksamber.com


Kebiasaan meminjamkan dan lupa siapa yang meminjam ternyata menurun sama sulungku, Ka Azizah. Entah berapa puluh buku miliknya yang sudah hilang tak tentu rimbanya. Padahal buku-buku itu, ia beli dengan uangnya sendiri dari hasil royalty buku yang ia tulis. Ada juga beberapa buku yang sampai lecek, karena dipinjamkan kepada teman-temannya secara bergilir. Tapi kaka lempeng-lempeng saja seperti tidak peduli.


Kadang saya berpikir, senangnya mempunyai sifat pemurah seperti suami dan sulungku. Tak peduli dengan buku-buku yang sudah ia baca. Lebih bermanfaat untuk yang lain. Tapi di sisi lain, ada yang harus dibenahi juga dari pemikiran mereka, bukankah lebih bagus mencatat siapa yang meminjam hingga buku itu bisa terus bermanfaat bagi yang lainnya lagi?

Menarik memperhatikan Fathiya anakku, kemarin ia tampak membereskan sekitar sepuluh buku KKPK, ia tampak tekun mencatatnya. Ketika kutanya untuk apa, ia menjawab “Mau dipinjam teman-teman Mi”. “Kenapa engga dua-dua saja dulu? Nanti kalau sudah dikembalikan baru dipinjamkan lagi?”  Saranku. “Kan aku catat Mi, judul buku, karangan siapa dipinjam sama siapa sudah kucatat”.

Kalau saya termasuk trauma meminjamkan buku.. mungkin pelit juga ya… Soalnya sudah kebiasaan, kalau buku itu termasuk barang yang suka dilupakan untuk dikembalikan. Saya termasuk senang mengoleksi buku, tapi ingin juga  buku-buku itu bermanfaat untuk yang lain. Tapi pada akhirnya saya harus menelan kekecewaan. Pokoknya kalau sudah meminjamkan buku, harus ikhlas melupakannya dan tidak berharap banyak untuk kembali. Padahal kan sewktu-waktu saya memerlukan buku-buku itu kembali, baik untuk referensi atau pun karena memang ingin mengulang membaca kembali.


Pengalaman sih, saya meminjam sebuah buku pada adikku, karena belum selesai, sudah berbulan-bulan saya tak juga mengembalikannya….. dibaca tidak, dikembalikan pun belum karena merasa belum selesai. Akhirnya lupa dimana menyimpannya. Mungkin hal yang sama terjadi pada buku-bukuku yang mereka pinjam. Mulai saat itu saya selalu berhati-hati dalam meminjam buku maupun meminjamkannya.

Idealnya, baik si peminjam maupun yang meminjamkannya berhati-hati dengan masalah ini. Si empunya buku harus mencatat buku yang dipinjam, baik judul,karangan, nama dan alamat si peminjam serta waktu peminjaman. Sedangkan si peminjam menjaganya agar tidak rusak dan mengembalikannya tepat pada waktunya. Kalau seperti itu buku itu akan tetap terawat dan tetap bermanfaat bagi yang lain. Nilai manfaatnya pun tidak hanya untuk satu orang peminjam saja tapi bagi banyak peminjam.

Untuk mendapatkan buku-buku itu kan butuh pengorbanan waktu, tenaga dan uang. Jadi kita harus merawat dan mengelola peminjamannya dengan baik, agar selalu bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

1 komentar:

  1. gak tahu ya, kadang orang sekarang memang seperti begitu ya, bukan hanya buku saja, bahkan alat masak yang gak punya juga dipinjam dan kalau gak ditagih ya gak dibalikin. Jadinya harus berani nagih.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^