blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

16 Nov 2021

Toxic People


Toxic People

Toxic People  Tidak banyak orang yang memiliki hidup persis sesuai dengan apa yang telah diimpikannya selama ini.  Menjadi orang yang fleksibel terhadap segala sesuatu yang terjadi terhadap diri dan bisa menciptakan perspektif  yang sehat, berdamai dengan keadaan menjadi penting adanya.  Yup penting agar kita bisa menjadi orang yang berbahagia, yang selalu mensyukuri keadaan. 

Hidup di dunia ini hanya sekali kita perlu menemukan kegembiraan hidup apa pun dan bagaimana pun keadaan kita. Berusaha untuk selalu berpikir positif, optimis dan untuk ini sangat perlu kita dikelilingi oleh orang-orang yang membawa pengaruh positif dalam hidup kita.  Menghindari, menjauhkan diri dari toxic people adalah sebuah keharusan.

Toxic People

Toxic people adalah orang-orang yang membawa pengaruh buruk dalam kehidupan kita.  Dengan apa yang mereka lakukan membuat kita menjadi pribadi yang tidak berharga. Membuat kepercayaan diri kita memudar dan mempertanyakan keputusan dalam hidup yang kita buat.

Teman-teman pernahkah menemukan orang yang menjadi toxic people dalam kehidupan teman-teman?  Saya pernah dan itu sangat tidak mengenakan.  Membuat kepercayaan diri melorot ke level terbawah, hingga merasa tidak layak untuk bergaul bersama mereka. 

Oya yang perlu dicatat seseorang yang toksik buatku belum tentu toksik buat orang lain ya...  Relasi pertemanan seperti campuran senyawa kimia atau seperti makanan, seperti fashion, ini soal selera : cocok-cocokkan gitu lah.  Ini tergantung pada banyak hal dalam diri kita biasanya sih tentang kesamaan.  Bisa kesamaan hobi, pandangan hidup, gaya hidup dan kesamaan lainnya.

Menjadi Toxic People ?

Saat itu saya memang masih baru kurang lebih dua atau tiga tahun bergaul di dunia 'luar'.  Level kematangan kesadaran yang masih dangkal. Biasa bergaul dalam komunitas yang homogen, orang-orang garis lurus yang sangat jarang terdengar kasak kusuk membicarakan kejelekan orang dan hanya banyak  berbicara tentang amalan menuju surga dan neraka. 

Lalu masuk ke dunia luar, kehidupan yang sebenarnya, dimana berbicara tentang A tersampaikan secara negatif ke A bahkan selain ada kata yang tereleminir eh ada plus-plusnya juga jadi beranak pinak.  Hingga jauh dari yang tersampaikan di awal, padahal saya berbicara tidak ada niat menjelekkan sama sekali.

Seperti niat memberi apresiasi ke seorang teman, saya bilang, dia itu keren ya padahal tulisannya ga bagus-bagus amat tapi trafiknya banyak.  Maksudku baik sih, meski mungkin salah ya karena menyebutkan tulisannya ga bagus-bagus amat, tapi yang sampai ke dia tulisannya malah eh kata Ida tulisan kamu tuh ga bagus, titik.  Sementara apresiasi kemampuan dia mengundang trafik yang banyak jadi menghilang seketika ....hahaha....

Belasan tahun berkumpul dalam komunitas yang lurus-lurus saja, jarang ada drama disebabkan perbuatan seseorang membuat saya seperti seekor katak dalam tempurung.  Di sinilah saya mensyukuri semua kejadian dalam hidup saya.  Betul ternyata Allah SWT memang selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.  Keadaan yang akhirnya membuat saya kecemplung ke dunia 'luar'.

Sekarang saya menyadari bahwa hal itulah yang membuat saya lebih matang, menjadi lebih 'deep' ketika merenungkan dan memaknai hidup.  Memang harus seperti itu karena bisa menilai kekuatan diri dan tentu saja melatih kemampuan beradaptasi dalam berbagai keadaan, paham dunia yang sebenarnya.




People Change

Level kematangan kesadaran memaknai dan menyikapi kehidupan tiap orang memang berbeda. Tapi dari kehidupan di 'luar' zona nyaman yang akhirnya saya ikut nyemplung di dalamnya saya jadi paham bahwa memahami dan mengaplikasikan aturan Sang Maha lah yang membuat seseorang berada pada level kematangan adult soul.

Pada dasarnya saya tipe orang yang senang dengan kedamaian, tidak suka melakukan perseteruan.  Tapi lingkungan yang selama belasan tahun membentuk diri menjadi sedikit kaku dan ini membuatku seperti menciptakan musuh dimana-mana.  Mungkin kala itu saya menjadi toxic people bagi orang tertentu. 

Menyampaikan suatu nahi munkar lewat status, duh engga banget kesannya jadi tukang nyinyir deh.  Tapi itu dulu yang saya lakukan, tidak mengenal kepribadian seseorang langsung saja mengatakan ini boleh dan tidak boleh.  Sampai tersadarkan dengan pendapat seseorang yang trauma oleh nasihat seorang akhwat sholehah tapi tanpa retorika dakwah.  

Maksudnya benar tapi salah dalam penyampaian yang ada bukan menerima tapi malah jadi musuhan.  Tapi si akhwat yang trauma malah tersadar oleh perbuatan seseorang yang tidak menasehati dengan kata-kata tapi dengan indahnya akhlak yang disampaikan.

Maksud saya menulis tentang Toxic People ini adalah ga ada maksud apa-apa sih...hehehe.... Saya hanya ingin menuliskan pengalaman saja.  Bahwa untuk menjadi bahagia memang jangan dekat-dekat dengan toxic people.

Saya sekarang lebih memilih berteman dengan orang-orang yang tidak baperan, berpikiran terbuka, tidak gemar bergunjing dan menfitnah, senang berdiskusi, saling memberi masukan dan kritik tanpa makian atau hinaan, tanpa bergibah di belakang kita.  Tanpa mudah tersinggung kalau sedikit tersenggol kata, open minded. 

Kelilingi Diri dengan Positive People

Kalau saya sampai memblokir seseorang dalam kehidupan bukan didasarkan pada kebencian.  Tapi lebih untuk menjaga suasana hati. Dikelilingi oleh orang-orang yang membawa vibes positive tentu saja akan membuat hari kita lebih indah.

Orang-orang yang nyinyir yang berpikir negatif sejatinya adalah orang yang tidak bisa mengelola emosinya dengan baik.  Dia menyampaikan kepahitan, kekecewaan, kemarahan atau kesedihan yang mendalam yang ada di alam bawah sadarnya.  Akhirnya setiap pendapat seseorang selalu dikomeni nyinyir terus....

Toxic People


Biasanya orang-orang yang bahagia dia tidak akan melakukan toxic positivity karena orang yang bahagia paham bagaimana menciptakan kebahagiaan itu.  Jadi banyak bergaulah dengan orang bahagia nanti kita akan terbawa suasana bahagianya.

Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang gemar membahas visi dan gagasan bukan yang senang membahas orang lain.  Konon menurut peribahasa di Turki Who Gossip to you, will Gossip of you.  Nah...lho...hahaha... Tapi ia sih, kemampuan lisannya tidak terjaga, bisa saja di belakang kita, dia juga gosipin kita karena ga takut sama dosa ghibah toh....

Pikiran yang hebat, membahas gagasan-gagasan, pikiran biasa saja akan membahas peristiwa-peristiwa, nah pikiran yang kecil membahas manusia lain.  Kita mau masuk ke yang mana nih teman-teman....hehehe...

Duh tulisan Cerita Ida kali ini lari kesana kemari ya, ga apa-apalah ya, mudah-mudahan saja tulisan Toxic People ini ada manfaatnya ya...

18 komentar:

  1. terkadang bukan hanya teman atau orang di sekitar mba, ada juga toxic parents, nah itu yang paling parah dan susah di hindari :(

    BalasHapus
  2. Dah tenang aja di gosipin berarti kita hits banget wkkkk. Tonix people anggap aja angin berlalu. Bertemanlah sama orang yang membawa dampak perubahan positive

    BalasHapus
  3. Memang sabda Rasul benar banget ya Mba
    Bergaul dgn penjual minyak wangi, kita insyaALLAH bakal tertulari aromanya.
    kalo gaul ama toxic people, malah kena pusing mulu jadinya

    BalasHapus
  4. Pernah berada di dalam lingkungan toxic. Dulu tiap hari jadi kebawa toxic kayaknya. Tiap hari yang dipikirin teh mau ghibah apa, mau bully siapa, atau ya sebangsa itu. Sadar sih itu salah, tapi ya berasa biasa aja. Jadi kitanya ikut-ikutan kebal hati. Alhamdulillah dapat hidayah. Suatu kali aku putuskan untuk cabut dari lingkungan itu karena mereka udah keterlaluan. Sekarang meski teman cuma sedikit, tapi aku bersyukur. Aku udah gak lagi toxic. Setidaknya aku jadi bisa menilai diri sendiri begitu. Semoga kita dijauhkan dari orang2 toxic, dan semoga kita juga gak termasuk orang toxic.

    BalasHapus
  5. Kalau ada orang toxic masig di dunia maya mah tinggal di hide postingan dia. Tapi kalau udh keluarga yang gak mungkin kita hindari dari sering ketemu di acara keluarga. Kudu kuat iman latih kesabaran. Ahaha

    BalasHapus
  6. Hm..adakalanya si toxic itu nggak menyadari bhw ia begitu.. semoga aku bukan seoerti itu dan bila pun itu terjadi, ada yg berbaik hati mengingatkanku dg baik2.. thx sharingnya mba..

    BalasHapus
  7. Kadang ada jg kondisi yg bikin mau nggak mau berada di lingkungan yg toxic. Kalau kayak gini, ya mungkin harus jadi tangguh atau tebalin telinga, atau jg mengurangi interaksi. Makasih ya mbak sudah diingatkan soal toxic people. Bahan renungan jg buat aku.

    BalasHapus
  8. pernah banget lagi aku ada di lingkungan yang toxic, untuk menghindarinya memang perlu niat dan keteguhan hati ya biar bisa tutup kuping dengar segala ocehan mereka yg toxic itu

    BalasHapus
  9. Aku menghindari bgt orang yg punya pengaruh jelek. aku lebih suka sama orang yg ceria dan bawa aura positif. karena otomatis hidup kita juga akan seperti itu.

    BalasHapus
  10. Sekarang opsi saya ketika bertemu toxic people memang menjauh. Kalau perlu diblock aja bila ketemunya di dumay. Udah males deh kepoin apalagi basa-baso. Daripada merusak kebahagiaan :D

    BalasHapus
  11. Toxic people ini memang bikin hari-hari jadi nggak nyaman. Kalau saya memilih meminimalkan terhubung dengan mereka. Jika terpaksa bersentuhan, siapin hati dan kesadaran agar tak terpengaruh.

    BalasHapus
  12. kalo aku termasuk orang yang agak cuek dan bodo amat sama orang. jadi kalo di dunmay gak pake ngeblock-ngeblock, cuekin aja udah kalo ga suka.. pun di dunia nyata sekarang lebih sering 'sendiri' atau 'menarik diri' yaa lebih tepatnya, entahlah.. jadi sangat terhindar dari toxic people.. :D

    BalasHapus
  13. Menghadapi toxic people memang gampang-gampang susah, diri sendiri harus pintar menjaga pikiran supaya tetap positif. Memang amannya jadi orang yang fleksibel dan berdamai dengan keadaan. Tebelin hati kuping dan mulut aja deh

    BalasHapus
  14. Jujur. Semakin bertambahnya umur, aku makin mengurangi temen-temen yang 'toxic'. Orang-orang yang nggam bisa bikin kita berkembang, tapi malah bikin capek hati. Hempaskan ajaaaa

    BalasHapus
  15. Sekarang fokus sama support system yang mendukung hal positif ya kak.

    BalasHapus
  16. Waduh...gak pengen punya orang yang seneng ngomongin diriku di belakang, aku takut..
    Semoga aku juga bisa menjaga attitude dan lisanku sehingga tidak ada orang yang ingat aku karena keburukanku.

    Syukron teteh..

    BalasHapus
  17. aduuuh aku selalu jauh - jauh dari orang toxic yang membawa banyak masalah ya mba.. walaupun terkadang dalam lingkungan kerja ada saja. Tapi aku selalu keep the positive vibes

    BalasHapus
  18. Toxic people gini tuh ada aja ditemukan baik di circle terdekat (keluarga) atau kerabat. Semoga kita semua pun ga jadi toxic people bagi orang lainnya yaa..yuk yuk dijaga perilaku dan lisannya. *ingetindirisendiri

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^