blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

30 Apr 2022

Menjadi Mulia dengan Memuliakan Al-Qur'an

 


"Umi terima kasih ya sudah mengadakan pengajian gratis untuk anak-anak, alhamdulillah cucu saya jadi bisa belajar ngaji.  Kasihan mereka teh Umi, ibu sama bapaknya mau cerai, sekarang ibunya terpaksa di luar kota  buat kerja. Mana belum bisa beli seragam sekolah....." Panjang lebar seorang nenek dari dua cucu datang ke rumah dan mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Semburat rasa iba mengalir dalam diri, tidak menyangka kedua cucu si ibu yang begitu ceria itu benar-benar terpisah dari ayah ibunya dan tinggal bersama nenek dan kakeknya.  Ada rasa syukur juga karena kegiatan belajar mengaji gratis untuk anak-anak di lingkunganku ini ternyata bermanfaat.

#30HariJadiManfaat dengan Memuliakan Al-Qur'an

Berawal dari hanya lima orang murid dari anak-anak sekitar rumah kini pengajian anak-anak ini sudah  memiliki lebih dari tiga puluh orang murid.  Awalnya saya dan si bungsu Maghfira yang sudah lulus  sebagai guru metode ummi sewaktu duduk di sekolah dasar yang menjadi gurunya.


Setelah Teteh Fathya -anak ketigaku- lulus dari pesantren ia yang menjadi pengajar utama, dibantu Maghfira dan dua murid yang sudah bagus mengajinya dan sudah hafal Al-Qur'an juz 30 .  Alhamdulillah dari semenjak sekolah dasar Fathya memiliki banyak pengalaman belajar Al Qur'an.  Fathya pun serius sekali dalam pengelolaan program mengajar mengaji anak-anak ini.

Selama bulan Ramadan ini agar #30HariJadiManfaat program mengajar mengaji anak ditambah waktunya di luar jadual rutin sore hari.  Selama 30 hari ini di setiap bada shubuh ada program tilawah Al-Qur'an dan setoran hapalan Al-Qur'an bersama para pengajar dan beberapa murid yang berminat ikut serta.

Dengan metode yang digunakan Fathya alhamdulillah membuat anak-anak yang mengaji mengalami perkembangan yang cukup baik dalam kemampuan membaca Al-Qur'an nya.  Ada beberapa orang tua yang menawarkan pembayaran kepada Fathya tapi dengan halus Fathya menolak.  Bukan tidak boleh menerima hadiah, tapi Fathya  berusaha untuk meluruskan niat, takut jadi berubah niat kalau dibayar katanya.  

Alhamdulillah Fathya yang baru saja menginjak usia 19 tahun sudah mempunyai pemikiran seperti itu. Maghfira yang baru lulus SMP pun sama saja, tidak ingin dibayar.  Alhamdulilah saya bersyukur sekali,  mau berlelah-lelah mengajari anak-anak di usia mudanya adalah tanda bahwa mereka sudah memahami untuk apa mereka hadir dan hidup di dunia ini.  

Saya pun mendukungnya, kalau ada siswa yang membayar takutnya yang tidak membayar jadi risi. Sejak awal pengajian ini dimulai memang niatnya ingin agar anak-anak di sekitar rumah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.  Syukur-syukur nantinya mereka bisa mencintai dan memahami isi dari pedoman hidup manusia di muka bumi ini.  


Semoga dengan diawali dengan memperkenalkan terlebih dahulu kepada mereka tentang Al-Qur'an, mendekatkannya dengan Al-Qur'an, sedikit demi sedikit kecintaan kepada Al-Qur'an dan agamanya akan tumbuh.  Insya Allah selanjutnya nantinya mereka akan menjadikan Al-Qur'an sebagaimana seharusnya yaitu menjadi pedoman dalam hidupnya.

Ucapan sang nenek tentang keadaan cucunya cukup memberikan bukti bahwa ada anak yang tidak belajar ngaji bukan karena tidak mau, tapi karena mereka tidak mampu secara ekonomi hingga tidak memiliki kesempatan untuk mempelajarinya.  


Indonesia dan Buta Huruf Al-Qur'an

Pilihan memberikan pengajaran mengaji kepada anak-anaknya menjadi pilihan ke sekian untuk kalangan tertentu.  Bukan karena tidak mau tapi karena memang kondisi perekonomian mereka yang sulit.  Jangankan untuk memperhatikan hal ini, memikirkan biaya makan dan sekolah saja mereka sudah cukup pusing.

Melihat kenyataan di lingkungan sekitar yang rata-rata bukan orang yang berkecukupan, saya jadi ngeh tentang masalah ini.  Berita yang menyebutkan banyaknya buta huruf Al-Qur'an di Indonesia memang benar adanya.  

Kebanyakan dari mereka menjadi buta huruf Al-Qur'an sepertinya bukan sepenuhnya karena ketidakpahaman atas pentingnya kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an.  Bukan mereka tidak ingin belajar tapi banyak juga yang memang belum memiliki kesempatan yang disebabkan keterbatasan ekonomi.  


Sebuah data di tahun 2021 menyebutkan bahwa penduduk Indonesia yang beragama muslim ada 82,7 persen.  Dari jumlah itu hanya 35 persen yang bisa membaca Al-Qur'an.  Jadi sisanya sebanyak 65 persen tidak bisa membaca Al-Qur'an.

Tentu saja kondisi yang membuat kita kaum muslim harus merasa miris karena lebih dari setengah umat muslim buta huruf dalam membaca kitab sucinya sendiri.  Padahal Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk hidup umat muslim.

Jangankan menjadikannya panduan hidup, dekat atau mengenal kitab sucinya apalagi membacanya  mungkin belum pernah atau mungkin jarang sekali mereka lakukan.

Kenyataan ini harus menjadi tanggung jawab kita umat Islam yang memahami tentang ajaran agamanya.  Terlebih Rasulullah SAW sendiri telah memberi motivasi terkait hal ini melalui hadistnya yang berbunyi:  

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya". (HR.Bukhori)

Masya Allah... kita  dilabeli sebagai sebaik-baiknya manusia bila mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an. Bagi orang yang memfasilitasi  kegiatan kecintaan terhadap Al-Qur'an tersedia jaminan pahala dan kemuliaan.  Selain itu juga akan diberi ketenangan, ketentraman hati dan pikiran serta syafaat di akhirat kelak.

Pendidikan Al-Quran pada anak-anak merupakan penentu dalam pembentukan kepribadian dan masa depan anak-anak. Pembelajaran Al-Qur'an ini mencakup upaya cara membacanya, terjemah dan memahami isinya baik itu tentang hukum-hukum, petunjuk hidup serta apa pun  yang terkandung di dalamnya.

Al-Qur'an dan Ramadan

Bulan Ramadan bulan yang penuh kemuliaan bagi umat Islam tidak bisa dipisahkan dengan Al-Qur'an karena bulan Ramadan disebut juga sebagai Syahrul Qur'an yaitu bulan Al Qur'an.  Sebuah hadist menyebutkan:

Puasa dan Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat untuk mensyafaati hamba.  Puasa berkata "Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan minuman di siang hari, oleh karena itu izikanlah aku memberinya syafaat. Al-Qur'an berkata, "Wahai Rabb-ku telah mencegahnya tidur malam, oleh sebab itu berilah aku izin untuk memberinya syafaat. "Maka keduanya pun memberi syafaat" (HR. Ahmad Ibnu Abid Dun-ya, Ath Thabrani dan Al-Hakim)   

Bulan Ramadan saat yang tepat kita berbuat kebaikan karena saat Ramadan pahala berlipat ganda. Para salafush sholeh memanfaatkan momen Ramadan untuk membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya.  Bahkan Iman Syafe'i bisa menamatkan membaca Al-Qur'an sehari dua kali.  Masya Allah.

Selain membaca, mentadaburi, memahami dan menghafal  serta mengamalkan Al-Qur'an saat Ramadan juga merupakan saat yang tepat untuk lebih peduli terhadap permasalahan buta huruf Al-Qur'an di Indonesia.  

Mencintai Al-Qur'an dengan cara lebih akrab dengan Al-Qur'an dan mengajak orang lain akrab dengan Al-Qur'an.  Tak perlu selalu menjadi guru atau pengajar Al-Qur'an untuk berkontribusi menanggulangi buta huruf Al-Qur'an ini. #30HariJadiManfaat di bulan Ramadan bisa kita lakukan dengan berbagai cara.

Kita bisa menebarkan manfaat dengan kelebihan yang kita miliki.  Misalnya saja kita memiliki rezeki berlebih, maka kita bisa berbagi mengeluarkan zakat, infaq shodaqoh kepada para pengajar Al-Qur'an yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Mereka banyak mengorbankan waktu dan tenaganya hingga waktu mencari nafkah pun berkurang.  Banyak di antara mereka yang kondisi keuangannya dalam keadaan kekurangan.  Para pengajar Al-Qur'an termasuk dari 8 asnaf yang berhak menerima zakat yaitu pada katagori Ibnu Sabil yang berjuang menyebarkan Agama Allah.

Untuk hal ini kita tidak bisa mengandalkan perhatian dari pemerintah karena selama ini memang kondisinya kurang terperhatikan.  Ada beberapa daerah yang sudah menetapkan dana insentif guru ngaji yang ditetapkan oleh legislatif di daerah.  Namun jumlahnya masih jauh dari kata cukup.

Hingga saat ini nasib guru mengaji di Indonesia memang masih dipandang sebelah mata.  Ada yang mendapatkan upah honorer, tapi banyak juga yang tidak mendapatkan apa-apa. Padahal peran mereka tentulah sangat penting dalam terbentuknya generasi Qurani.

Sumber:www.dompetdhuafa.org

Peduli Guru Ngaji Pelosok Dompet Dhuafa

Banyak kisah-kisah para guru ngaji yang membuat miris. Keberadaannya sangat dibutuhkan namun jarang yang memberikan kepedulian kepada mereka.  Mereka adalah sosok pahlawan kemuliaan yang mengabdikan diri sebagai guru ngaji anak-anak maupun masyarakat yang ada di berbagai pelosok negeri tanpa mengharapkan upah atau gaji.

Beruntung ada lembaga - lembaga kemanusiaan yang peduli kepada nasib mereka. Salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat yang sudah terkenal keamanahan dan keprofesionalannya yaitu Dompet Dhuafa dengan programnya Peduli Guru Ngaji Pelosok. 

Sumber:www.dompetdhuafa.org

Menurut data Dompet Dhuafa di laman webnya yaitu www.dompetdhuafa.org terdapat ratusan guru ngaji yang tersebar di Indonesia. Terlebih lagi di pelosok-pelosok yang sulit dijangkau dengan kehidupan yang jauh dari kata sejahtera apalagi berdaya.

Oleh karena itulah Dompet Dhuafa dengan programnya Peduli Guru Ngaji Pelosok ini menggalang dana dari para muzaki untuk disebarkan kepada para guru ngaji di berbagai pelosok negeri. Santunan yang diberikan program ini kepada para guru ngaji berbagai macam yaitu berupa uang saku, sembako, penghargaan atau modal usaha.


Tentu saja merupakan program yang sangat perlu kita dukung. Mari kita muliakan para guru ngaji dengan kepedulian kita kepada mereka. Insya Allah pahala jariyah akan mengalir terus dan menjadi syafaat yang akan menolong kehidupan kita di alam keabadian.

Semua hal yang dekat dan berkaitan dengan Al-Qur'an maka akan menjadi mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Dan kemuliaan di mata Allah SWT tentulah berbeda dengan kemuliaan dalam pandangan manusia. 

Ramadan menjadi bulan yang penuh kemuliaan karena di bulan ini Al-Qur'an diturunkan, Malam  Nuzulul Qur'an menjadi mulia karena pada malam inilah Al-Qur'an diturunkan. Malaikat Jibril adalah pemimpinnya para malaikat, melalui perantara malaikat Jibril lah Al-Qur'an diturunkan.  


Demikian juga Nabi Muhammad SAW penghulu para nabi kepada beliau Al-Qur'an diwahyukan. Kota Mekah dan Madinah menjadi kota suci karena di kedua tempat inilah Al-Qur'an diturunkan. Berkah kemuliaan Al-Qur'an siapa pun yang memuliakannya akan dimuliakan oleh Allah SWT.

Nah teman-teman tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul Menjadi Mulia dengan Memuliakan Al-Qur'an ini semoga bisa menjadi inspirasi untuk siapa pun yang membacanya.  Semoga #30HariJadiManfaat di bulan Ramadan ini melalui perantara kita memuliakan Al-Qur'an, kita diberikan kemuliaan oleh penduduk langit dan memberi syafaat untuk kehidupan di alam yang kekal.

Memuliakan Al-Qur'an

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa"


Referensi:

https://nasional.okezone.com/read/2022/01/22/337/2536279/dmi-65-persen-muslim-indonesia-buta-baca-alquran

https://donasi.dompetdhuafa.org/peduligurungajipelosok/

13 komentar:

  1. Apalagi anak jaman sekarang mudah berpaling kepada gadget daripada membaca baik buku apalagi kitab suci. Semoga perjuangannya ini membawa hasil.
    Saya dan suami merasakan betul bagaimana suka dukanya mengajar ngaji anak orang lain yang jumlahnya sampai puluhan. Semangat...

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah Teh Ida punya anak-anak yang soleh
    memberi manfaat sebanyak-banyaknya untuk lingkungan
    andai rumahku dekat dan anak2 saya masih kecil
    bakal saya titipin belajar mengaji di sini
    supaya ketularan kesolehannya

    BalasHapus
  3. Data tentang buta huruf Al Qur'an rasanya emang bukan isapan jempol deh, Kak. Banyak anak di lingkungan sekitar rumahku yang terlalu bisa baca Al Qur'an udah berhenti mengaji. Aku nggak tahu pasti alasannya. Saat kutanya, lho dek kok nggak ngaji? Si bocah langsung ngeloyor pergi.

    BalasHapus
  4. Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga amil zakat nasional membantu mewujudkan membersamai muslim dengan Al Qur'an sebagai pedoman hidup

    BalasHapus
  5. Menjadi inspirasi buat kita agar menjadi rindu untuk selalu baca Al Quran dan menyemarakkannya, karena manfaatnya juga besar buat kehidupan

    BalasHapus
  6. MashaAllah. Luar biasa Mbak Ida. Bisa mendidik anak-anak menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Literasi Al-Qur'an memang perlu kehadiran pembimbing yang berdedikasi memperjuangkan agar banyak orang dapat belajar dan paham bagaimana menulis dan membaca Al-Qur'an. Lingkungan saya sedang mengalami degradasi nih Mbak Ida. Semenjak ustadzah kami wafat 2 tahun yang lalu, pengajian menjadi tersendat, bahkan tak berjalan selama pandemi. Jika memang ada yang bersedia mengajar disini, mohon infokan kepada saya ya Mbak. Terimakasih sebelumnya.

    BalasHapus
  7. MasyaAllah banget ya memang manfaatkan banget bulan ramadan untuk baca Qur'an... seneng punya anak2 yg bisa baca Qur'an udah gitu gàk usah disuruh

    BalasHapus
  8. Tetehhhh, Alhamdulillaahh bersyukuuurr bgt ya bulan Ramadan mulia bs menjadi sarana utk kian menggelorakan al-Quran

    BalasHapus
  9. Sedih si kalau tau masih buta huruf Al Quran padahal Indonesia mayoritas muslim. Aku sendiri aja masih terus belajar untuk menyempurnakan bacaan Al Quran karena sadar masih banyak salah ketika mengucap hurufnya.

    BalasHapus
  10. MasyaAllah.. benar-benar 30 hari yang penuh manfaat ya teh. Di kampung sayapun juga ada tilawah teh, tapi di malam hari.

    BalasHapus
  11. Tulisan Teh Ida selalu menginspirasi. Aku jadi selalu diingatkan. Semoga kita semua bisa memuliakan Alquran, ya. :)

    BalasHapus
  12. Masya Allaaah berasa ditabok bolak balik baca ini :(
    Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya".

    BalasHapus
  13. Masya Allah menginspirasi sekali. Semoga kita semua bisa ikut memuliakan alquran..

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^