blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

6 Feb 2020

Muhasabah Diri


Muhasabah Diri  Merayakan Tahun Baru Masehi menurut akidah merupakan suatu hal yang tidak dibenarkan.  Dilihat dari sisi empiris tidaklah relevan apabila pergantian tahun kita rayakan dengan pesta, meniup terompet atau hura-hura di hotel-hotel.  Meskipun demikian karena tradisi itu terjadi di sekitar kita seyogyanya kita bisa mensikapi hal ini dengan mengajak yang lain untuk bisa memanfaatkan momen ini secara bijak.   

Sedikit melihat ke belakang menurut sejarah perlu diketahui bahwa penanggalan Romawi bersumber dari tradisi bangsa Romawi yang berawal dari penanggalan yang dibuat orang-orang Yunani Kuno untuk menandai kelahiran dewa matahari.  Saat Kaisar Romawi memeluk agama nasrani, keyakinan penyembahan terhadap dewa matahari ditanggalkan dan menetapkan hitungan tahun pertamanya dari kelahiran Isa Al Masih.

Dalam rangka memperingati kebesaran bangsa Romawi penanggalan Masehi sampai saat ini masih menggunakan nama-nama para dewa Yunani Kuno.  Enam dari dua belas nama bulan menggunakan nama-nama dewa sembahan mereka. Bulan Januari sampai dengan Juni menggunakana nama para dewa, bulan ke 7 dan 8 menggunakan nama raja mereka dan bulan 9 sampai dengan 12 menggunakan nomor urut bilangan bulan.  



Urgensi Muhasabah Diri



Untuk itulah kita sebagai umat Islam tidak semestinya ikut bergegap gempita menyambut pergantian tahun baru masehi ini.  Masehi adalah manives dari keyakinan agama lain sementara Islam melarang keras umatnya untuk aktif berperan serta ikut-ikutan dalam perkara yang merupakan manivestasi dari agama lain.  

Karena ini sudah menjadi tradisi yang terjadi di sekitar kita, umat Islam hendaknya menggunakan pergantian tahun Masehi ini dengan cara muhasabah atau introspeksi diri.  Muhasabah berarti melakukan evaluasi dan bersikap kritis terhadap diri sendiri.  Mencoba mengetahui lebih dalam kelebihan serta kekurangan yang dimiliki diri kita.  Kelebihan yang kita miliki hendaknya digunakan untuk menambah kebaikan.  Sedangkan kekurangan yang kita miliki hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk memperbaiki diri agar hidup menjadi lebih baik lagi.  

Hendaklah kita juga mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama ini dan juga memersiapkan diri untuk menggapai masa depan yang lebih baik.  Hal ini seperti yang sudah Allah SWT firmankan dalam surat Al Hasyr ayat 58


(59 : 18)  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman bertawakalah kamu sekalian kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok.  Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan"

Sebuah pesan dari Sahabat Nabi SAW Umar bin Khotob :

Evaluasilah...Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab di hadapan Allah SWT kelak...

Sebagai seorang mukmin kita harus selalu mengingat tentang hal ini, selalu mengevaluasi diri dan keluarga hingga hari-hari akan selalu semakin baik.  Intropeksi diri sangatlah penting karena segala sesuatunya akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.  




Intropeksi dengan merenungi tentang umur, harta, kesempatan dan waktu yang kita miliki selama ini.  Untuk apa umur dan kesempatan yang kita dapatkan selama ini? Darimana dan untuk apa harta kita selama ini kita gunakan.  Intropeksi, mengevaluasi diri apa yang telah kita lakukan di dalam hidup yang singkat ini.  

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya:

"Barang siapa yang hari ini , tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama dengan hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk daripada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat..."

Dalam menjalani kehidupan ini taqwa hendaknya menjadi bekal dan perhiasan kita hingga kita akan menjadi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT.  Dan para ulama sudah mengungkapkan bahwa setidaknya ada lima jalan yang harus kita renungkan untuk mengawali tahun ini agar menjadi pribadi yang terus lebih baik dan berujung pada menjadi pribadi yang bertaqwa.  



5 Jalan Menuju Taqwa


Jalan-jalan menuju ketaqwaan itu adalah:

Muhasabah : Mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dan hidup kita dengan cara selalu mengambil hikmah di setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita.

Mu'ahadah : Hendaknya kita selalu mengingat perjanjian kita dengan Allah SWT, setiap hari kita berjanji kepada Alllah SWT di dalam shalat-shalat kita.  Sesungguhnya hidupku dan matiku hanya untuk Allah lalu juga kita sering mengatakah bahwa hanya kepada Nya lah kita beribadah dan memohon pertolongan.   Mengingat-ingat perjanjian kita hingga selalu mengisi hidup ini sesuai dengan perjanjian kita inilah yang disebut Mu'ahadah.

Mujahadah : Mujahadah artinya bersungguh-sungguh kepada Allah SWT.  Di dalam Al Qur'an terdapat ayat tentang mujahadah ini yaitu:  Orang-orang yang sungguh (mujahadah) di jalan Kami. Kami akan berikan hidyah kepada kalian.

Untuk meraih ketaqeaan kesungguhan tentu saja harus dilakukan.  Sungguh-sungguh menjalani hidup dan kehidupan ini hanya untuk mencari ridla Allah SWT.  

Muraqabah :  Jalan selanjutnya yang harus dimiliki untuk meraih ketakwaan adalah muraqabah yang artinya merasa diawasi oleh Allah SWT.  Jadi dalam hidup ini kita harus selalu ingat bahwa setiap langkah kita, bahkan apa yang kita pikirkan apa yang ada dalam batin kita yang tidak terungkap selalu diketahui dan diawasi oleh Allah SWT.  

Mu'aqobah :  Yang dimaksud dengan mu'aqobah adalah memberi sanksi kepada diri kita manakala kita telah melakukan sebuah kekhilafan.  Memberi sanksi dengan sanksi yang diridlai oleh Allah SWT, dengan amalan yang dicintai oleh Allah SWT.

Memasuki awal tahun 2020 Masehi ini marilah ber Muhasabah Diri agar kita bisa terus berusaha lebih baik untuk selalu hidup dan berjalan di atas titahNya.  Melaksanakan kelima jalan menuju ketakwaan ini dengan sungguh-sungguh maka kita akan menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. 


17 komentar:

  1. Terima kasih untuk sharingnya mbak. Perlu banget baca postingan2 begini biar balance. Nggak hanya BW post2 tentang lifestyle

    BalasHapus
  2. Mu'aqobah. Saya baru tahu ini.

    Jadi kita diperbolehkan menghukum diri kita kala melakukan maksiat. Begitukah?

    Wah, sungguh cetek banget ilmu agama saya.

    Terima kasih sudah berbagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menghukum dengan amalan lagi mba...misalnya ekstrimnya nih sahabat Umar bi Khotob menginfaqkan kebun kurmanya krn kebun kurma itu telah melalaikannya sehingga terlambat shalat berjamah di masjid :)

      Hapus
  3. iya mba, aku kalau tahun baru tuh suka kepikiran, ya alloh tahun udah ganti lagi aja, setahun tuh kilat rasanya, tapi amal kayaknya masih gini2 aja, dan memang mikirin gimana caranya bs hdup lebih baik d tahun baru

    BalasHapus
  4. Kalau buat saya pribadi, sejak lama memang tak ikut dengan peringatan tahun baru. Karena berpikir manfaatnya sebenarnya apa saja sudah bisa dijawab. Muhasabah diri, alias introspeksi diri memang yangpaling urgent dilakukan ya, Mbak Ida.

    BalasHapus
  5. Gak cuman di tahun baru sih menurut saya harus intropeksi. Setiap hari pun harus terus intropeksi, bagaimana kita hanya seorang manusia yg tak luput dari salah dan dosa. Mengenai penting atau tidak penting mengenai tahun baru, saya rasa lebih penting untuk bijak menyadari akan perbedaan thp semuanya. Kalau soal akidah, itu urusan masing-masing. Tetapi ilmu agama gak akan pernah satu dengan ilmu pengetahuan. Ada yg pro ada yg kontra. Namanya juga hidup, banyak nano2

    BalasHapus
  6. Masyaallah teh, ini diingetin lagi. Makasih ya teh. Sering lupa tentang 5 M ini, padahal penting dan basic sekali dlm hidup

    BalasHapus
  7. Semoga kita semua menjadi orang yang lebih baik ya, teh. Amin :)

    BalasHapus
  8. Ada 5 jalan takwa. Tetapi, kadang-kadang menjalani 1 aja sungguh banyak godaan, ya. Semoga saja kita semua mau terus berusaha. Terima kasih sudah mengingatkan

    BalasHapus
  9. Barakallahu fiik, teteh..
    Semoha kita semua senantiasa menjadi pribadi yang disayangi Allah karena selalu ingat kesalahan dan memperbaiki dengan bertaubat sebaik-baik taubat.

    BalasHapus
  10. Lima jalan menuju taqwa kelihatannya mudah tapi sesungguhnya sulit loh. Terutama mu aqobah, itu saya loh

    BalasHapus
  11. Duh, aku jadi merenung. Sering banget sebenernya bermuhasabah diri. Dan pasti, tiap sedang bermuhasabah diri, sedih dan nangis sejadi-jadinya. Tapinya, nanti-nantinya, pasti deh ngelakuin hal yang sama lagi. :(

    BalasHapus
  12. Noted, lima jalan menuju ketakwaannya. Selama ini baru familiar dengan muhasabah diri aja, Teh
    Terima kasih banyak sudah mengingatkan.

    BalasHapus
  13. alhamdulillah, terima kasih untuk tulisan yang menginspirasi ini. jadi diingatkan kembali.

    BalasHapus
  14. Barokallah terimakasih mba Ida selalu mengingatkan kebaikan
    mari bersama musahabah diri, aku juga penuh dengan kekhilafan ini

    BalasHapus
  15. Bener banget teh terkadang jarang banget muhasabah diri. Tau tau udah awal tahun lagi dan banyak yang belum tercapai target kebaikan dari tahun sebelumnya. Makasih sharingnya teh

    BalasHapus
  16. Muhasabah seharusnya dilakukan setiap hari terutama sebelum tidur. Mereview tindakan yang kita lakukan setelah seharian beraktivitas. Bersyukur dan beristigfar mohon ampun kepada Allah atas apa yang telah dilakukan selama hari itu.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^