blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

12 Nov 2012

Tak Seindah Harapan


“Ida, kenapa pipimu terluka?”  Tanya ibuku dengan nada khawatir.  Aku terkejut karena tidak merasa sakit sedikit pun. Segera aku bercermin, olala.. pantas saja ibuku bertanya seperti itu.  Di dekat daguku ada garis merah memanjang.  Ingatanku langsung tertuju pada pengalaman tadi pagi di sekolah, saat guruku memeriksa tulisanku.  Begitu melihat tulisanku langsung saja umpatan panjang lebar keluar dari mulutnya, terlihat kesal, kemudian bu guru mencoretkan pena  bertinta merah  yang sedang dipegangnya di pipi bawahku.  Aku tahu tulisanku memang kotor bekas menghapus tulisanku yang salah, tapi aku sudah berusaha semampuku.

Itulah pengalaman hari-hari pertama aku duduk di kelas satu sekolah  dasar.  Pengalaman yang terekam terus hingga aku dewasa hingga memiliki anak lima sekarang ini.  Ah bu guru itu tentu bermaksud baik, ia ingin tulisanku rapi dan bersih.Tapi aku kecil tidak memahami itu, yang aku kecil pahami ibu guru marah, dan menorehkan tinta merah di pipiku sekaligus menorehkan kenangan tak manis tentang sekolah dalam ingatanku.

Dan kini, ketika aku ingin membuat tulisan bertema guruku pahlawanku,aku merasa agak kesulitan.  Saat-saat sekolahku dulu memang tidak terlalu menyenangkan. Tidak ada jejak yang terpatri sosok guru yang menjadi pahlawanku.  Hanya saat SMA aku memang tergila-gila kepada seorang guru tapi bukan karena ia menjadi pahlawanku dan memberi inspirasi  dalam kehidupanku, tapi lebih karena ia tampan dan penuh perhatian, hingga aku pun jatuh hati padanya… hahaha… atau mungkin saat taman kanak-kanak, kenanganku selalu manis tentang kebaikan dan kepedulian guru-guru TK ku.

Bukan berarti aku tidak mensyukuri jasa guru-guruku dari semenjak SD sampai kuliah, pasti banyak dan tak terbayarkan dengan pembayaran SPP tiap bulan orang tuaku. Hingga aku bisa lulus kuliah, disana banyak peran guru-guruku, tapi kenangan negatif yang menyertainya seolah menghapus segala jasanya, seperti kata pepatah nila setitik rusak susu sebelanga. 

Pengabdian yang tidak sepenuh hati mungkin itu salah satu sebabnya.  Aku kecil, yang sekolah di sebuah sekolah dasar favorit merasakan sedikit ketidak adilan dan kecemburuan sosial yang berdampak hingga aku dewasa. 

Teman-temanku hampir semua berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Hampir setiap usai liburan teman-temanku bercerita tentang pengalamannya jalan-jalan ke luar negeri, ada yang ke Belanda, Hongkong , Singapura dan sebagainya. Sedangkan aku bisa masuk ke sekolah mahal itu karena kebetulan ibuku bekerja disana sebagai tenaga administrasi.

Ketika kenaikan kelas teman-temanku beramai-ramai memberikan kado yang bagus untuk guru-guru di sekolah.  Guru – guru memang tidak meminta tetapi pemberian itu berdampak pada rangking di sekolah. Aku yang tidak pernah memberi sesuatu akhirnya terkena imbasnya. Aku pun tidak pernah merasakan masuk rangking tiga besar di sekolah dasar.  Aku merasakan ketidak adilan karena nilai-nilaiku selalu besar-besar dan tidak kalah dengan teman-temanku yang juara.  Kepala Sekolahku pernah berucap pada ibuku yang juga temannya “Coba kalau Ida di SD II (sekolah Siang), pasti juara”….

Lain dulu lain sekarang,  saat ini aku menemukan sosok – sosok guru ideal di sekolah anak-anakku.  Tidak semua memang.  Tapi aku melihat perhatian yang besar akan tumbuh kembang anak-anak didiknya di setiap laporan perkembangan anak didik dan di setiap pertemuan forum kelas  yang diadakan sebulan sekali. 

Sekolah itu memberikan waktu setengah jam untuk setiap orang tua di setiap konsultasi pemberian laporan anak didiknya. Terlihat mereka mengetahui betul detail perkembangan anak-anak kita. Aku pun tidak pernah mendengar keluhan dari mulut anak-anakku tentang ‘kenakalan’ guru-gurunya. Yang ada cerita menarik dan gaya bercerita guru yang mereka tiru ketika di rumah. Merekalah guru-guru yang selalu ada di hati anak-anakku, mungkin kelak bila mereka telah paham, mereka akan menjadikan sosok gurunya sebagai pahlawan dalam hidupnya.


Guru-guru, orang tua dan siswa yang selalu akrab. Sebuah hubungan yang harmonis dan menyenangkan
Namun anak sulungku  yang duduk di sebuah sekolah menengah RSBI masih mengalami saat-saat yang tidak menyenangkan di sekolah. Mulai dari perbedaan dari anak yang les dengan tidak les sampai menemukan guru yang streng, yang setiap jawaban soal harus sesuai  dengan versi dia yang memang sudah sangat senior di bidangnya. Hingga anakku yang sebetulnya dulu menyukai pelajaran tersebut menjadi agak kesulitan dengan mata pelajaran tersebut.  Dari mulutnya sering keluar ungkapan “enak ya yang duduk di kelas a,b,c,d guru pelajaran anunya bu ini… jadi nyenengin banget…”

Ah memang guru juga hanya manusia biasa, yang bisa saja salah dalam melangkah.  Namun untuk menjadi guru yang memanusiakan manusia memang diperlukan kesungguhan dan usaha sepenuh hati untuk mendidik anak-anak didiknya.  Sesuatu yang berasal dari hati akan masuk ke dalam hati.  Menjadi guru yang menjadi pahlawan bagi anak didiknya memerlukan keterikatan yang utuh, yang tidak hanya sebatas gugur kewajiban mengajar mereka karena tuntutan sebuah profesi bernama guru. 

Mendidik dengan hati, dengan tanggung jawab besar mengemban amanah menyiapkan generasi peneruslah yang akan menghadirkan sosok-sosok guru yang tidak hanya menjadi pahlawan karena jasanya, tetapi menjadikan mereka sebagai pahlawan di hati anak-anak didiknya karena keberadaannya yang dekat dan mengayomi.

Metode mendidik pun perlu diperhatikan, jangan sampai ketika guru tidak hadir atau ketika liburan tiba anak-anak bersorak riang gembira. Guru yang baik, yang menyenangkan akan membuat anak didiknya senang belajar dan haus akan ilmu. Mereka akan selalu dirindukan kehadirannya.

Sebuah PR untuk negeri ini menghadirkan sosok-sosok guru yang dirindukan anak didiknya, yang menjadi pahlawan di hati-hati mereka.  Barang siapa menanam dia akan menuai.  Percayalah menjadi guru dengan sepenuh hati akan berimbas pada guru tersebut, Sang Maha Pencipta yang Maha Adil tak akan membiarkan makhluk yang sangat berjasa menciptakan manusia-manusia yang akan membangun bangsa yang tengah terpuruk ini. Paling tidak atau minimalnya hati damai karena telah menanam sebuah kebaikan dengan penuh keikhlasan.  Pahala yang berlipat ganda pun menantinya untuk bekal perjalannya di akhirat nanti.


Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes “Guruku, Pahlawanku” yang diadakan oleh Gerakan Indonesia Berkibar.  Gerakan Indonesia Berkibar adalah sebuah gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui perbaikan kualitas guru dan sekolah.



14 Okt 2012

"Iiih... ayang oon deeeh"


Cimahi, 14 Oktober 2012

Bismillah,

Tinggal di lingkungan kost-kost an mahasiswa selama belasan tahun tidak membuat mataku terbuka melihat kenyataan di lingkungan sekitar.  Baru tiga tahun terakhir ini, setelah membuka usaha laundry barulah mataku terbuka lebar melihat kenyataan miris di pelupuk mata. 

Sore itu, sepulang mengantar anak les, seorang perempuan muda yang cantik tampak menuju pintu laundry, seorang mahasiswi. Khawatir pegawai sedang sibuk di dalam, segera aku menyusulnya.

"Mau ambil cucian Mba" Pandangan mataku tertuju pada faktur di tangannya.
"Punya Mas S ya.." susulku
"Iih, Ibu kok tahu padahal belum lihat fakturnya" tanya nya heran.
"Ayaaaang... si Ibu tahu eun lho nama Ayang, padahal belum lihat namanya" teriaknya pada "Si Ayang" yang lagi duduk manis di atas motor di tempat parkir. 
Aku hanya tersenyum dan meraih faktur yang ia berikan.
"Ini Mba.... tuuh ada jam tangannya" kataku. Di atas cucian yang sudah terpacking rapi, tampak sebuah jam tangan laki-laki berwarna hitam.
"Haa... Ayaaaaaaaaaang lihat ini ada jam tangan Ayang..., kecuci enga Bu ? Kecuci engga?" tanyanya ribut bernada manja.
"Masa sih... aduh pantes, kemarin bingung kemana jam tangan teh" jawab si Ayang sambil turun dari motor, ia segera menemui kami di dalam.
"Engga kayaknya" jawabku asal, memang aku nggak tahu, bukan aku yang mencucinya.
"Iiiiiiih... Ayang oon dweeh... " serunya sambil menepuk jidat Si ayang.
Yang ditepuk jidatnya cengengesan, merasa bersalah. Segera aku ke dalam, malas menghadapi dua makhluk ini yang kalau sudah deketan sering mempertontonkan kemesraan yang berlebihan. Kalau sudah muhrim sih tak terlalu masalah walau kurang pantas juga, tapi ini.. aku yakin mereka memang belum menikah.  Posisiku melayaninya digantikan bu Nani pegawaiku.
"Iih padahal ini hadiah ulang tahun dari aku lho, Bu... sejutaan... dasar si Ayang oon.." kudengar sayup suaranya.
Pembicaraan mereka pun tak kudengar lagi.

Bukan satu dua orang mahasiswa yang ku kenal baik berprilaku seperti si ayang dan pacarnya tadi. Berhubungan sudah sangat dekat, terlihat dari perilaku mereka dan cucian yang mereka satukan. Terkadang pegawaiku melaporkan ada alat kontrasepsi yang tertinggal di saku celana cucian. Pernah juga pil KB. Suatu saat pernah di celana dalam sang pria ada bercak darah bekas haid. Bahkan untuk celana dalam pun mereka sudah satu pakai !!

Lebih miris lagi, aku menemukan mereka sudah tidak bersama lagi setelah mereka berdua  lulus kuliah. 

"Teh L nya kemana Mas? " tanyaku pada seorang pelanggan yang kukenal dekat. Lama tak bersua, ternyata dia sudah lulus dan bekerja di kota lain. Memang awal-awal berdiri laundryku ini, aku banyak turun tangan. Hingga aku dekat dengan mereka, terutama pelanggan awal.

"Sudah tidak bareng lagi Umi" jawabnya malu.

"Haa ? Sudah bosan?" tanyaku terkejut campur  heran. Mengingat kebersamaan mereka dulu. Aku yakin mereka sudah hidup bersama layaknya suami istri. Banyak hal memperlihatkannya. Misalnya baju yang sudah tercampur, dan celana dalam pria bekas haidh. Belum lagi kebersamaan mereka yang luar biasa lengket.

"Sudah ngga cocok lagi, Mi" katanya menjawab pertanyaanku sambil senyum-senyum.

Masya Alloh... rugi banget tuh perempuan, lama sudah dipakai... eh setelah lulus ga jadi nikah....

Lain waktu, datang seorang pelanggan lamaku bersama seorang perempuan yang tak ku kenal. Ketika sang perempuan tidak bersamanya aku menanyakan pasangan lamanya.
"Kamana wae Mas, Ari si Eneng L na mana, kok ganti baru ?" tanyaku heran melihat dia berganti pasangan.
"Dah lulus bu, sekarang lagi maen kesini. Si Eneng mah sudah engga bareng lagi Bu" jawabnya enteng.

Itulah fragmen kehidupan yang sering kulihat saat ini. Miris memang. Muda belia jauh dari orang tua tanpa dibekali dasar agama yang cukup beginilah jadinya. Limpahan uang kiriman orang tua membuat mereka semakin bebas berbuat semaunya, tanpa aturan yang mengikatnya. Tempo hari, sebuah dompet kulit cantik sekali tertinggal di laundryku. Ketika kuperiksa di dalamnya ada sebuah kartu identitas berfoto perempuan berjilbab. Yang menarik selain ratusan ribu uang di dalamnya, adalah sertifikat keaslian dompet itu dari sebuah merk yang terkenal, tertera harga Rp 980.000 di atasnya. Yang muncul kemudian untuk mengambilnya, seorang mahasiswi sangat cantik bercelana pendek, padahal di kartu identitasnya jelas-jelas dia menggunakan jilbab rapi. 

Untuk sebuah dompet mereka membeli yang mahal, untuk kado ulang tahun pacarnya mereka mampu memberikan hadiah yang bagus. Sejuta bagiku, cukup untuk membayar lebih dari setengah SPP anak-anakku satu bulan. Berlimpah sekali mereka. Aku pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ketika seorang mahasiswa hendak membayar laundrynya. Setumpuk uang berwarna biru padat di dalamnya. Entah untuk apa uang sebanyak itu, mungkin untuk bayar kost an atau mungkin untuk membayar uang kuliah.

Beberapa bulan lalu, saat orang khusuk dengan syahdunya bulan Ramadhan. Di tempatku dikejutkan dengan ramainya polisi dan ambulans yang menuju ke sebuah tempat kost. Ternyata telah terjadi sebuah pembunuhan oleh seorang mahasiswa tingkat akhir terhadap pacarnya. Koran dan televisi pun ramai menberitakannya. Aku tahu perempuan  yang dibunuh itu, walau tidak kenal dekat tapi beberapa kali aku bertemu dengannya di tempat laundryku. Seorang perempuan cantik yang selalu berbaju super seksi. Celana pendek, dengan atasan pendek yang selalu memperlihatkan belahan dadanya. Namun beberapa bulan terakhir aku melihatnya selalu mengenakan jilbab rapi. Di tengah keributan mereka berdua pada dini hari, tak sengaja sang pacar membunuh sang perempuan dengan membenturkan kepalanya ke dinging kamar kost.

Beberapa kali di sini, ditemukan mayat bayi tak berdosa terbungkus plastik di buang di sebuah kebun.

Apa yang tampak di depan mata cukup membuatku miris. Sebuah potret kehidupan generasi muda penerus bangsa begitu jelas di pelupuk mata. Atsmosfir disini memang berbeda dengan kampus yang di jalan Ganesa sana misalnya. Kontras. Tetapi kuliah bukan di perguruan tinggi pilihan, seharusnya tidak membuat mereka lebih santai dalam meraih cita-citanya. Walau tidak semua tetapi lingkungan di sekitarku sedikit banyak mencerminkannya.

Masih banyak yang masih lurus-lurus saja dan belajar dengan baik memang. Ada juga beberapa yang membuat saya kagum. Seorang mahasiswa mampu kuliah sambil membuat usaha sendiri, walau mereka berasal dari keluarga berkecukupan. Selidik punya selidik ternyat dasar agama yang diberikan orang tua kepadanya memang cukup kuat.

Sebuah PR bagi orang tua. Kita semua. Untuk selalu membekali mereka, anak-anak kita dengan keimanan dan ketakwaan semenjak dini, agar dimana pun mereka berada, ada tidaknya kita orang tuanya, mereka tetap berada di atas relnya. Karena mereka memahami ada zat yang maha melihat yang selalu mengawasinya.

14 Sep 2012

Single Parent


Cimahi, 26 Januari 2012

Bismillah,

"Pernah membayangkan menjadi single parent? Belum? Hmm.... saya beri bocoran ya: Repot!" Demikian ungkapan seorang single parent di bukunya yang berjudul "Jumpalitan Menjadi Ibu". Saya membaca buku ini beberapa bulan yang lalu, tapi kenapa saya jadi teringat tentang ini ya? 

Tadi sore, seperti biasa saya mengikuti pengajian rutin mingguan. Sebetulnya, biasanya jadual hari rabu sore adalah antar jemput anak-anak les piano dan keyboard, tapi karena sesuatu hal jadual pengajian pindah ke hari rabu, tugas mengantar jemput anak-anak saya delegasikan. Nah saat pengajian itu, tiba-tiba saja diberi kuisioner tentang hubungan kita dengan pasangan. Intinya surveyor ingin mengetahui  keharmonisan kita dalam berumah tangga.

Salah satu dari pertanyaan kuis adalah "Seberapa sering anda dan pasangan anda membicarakan masalah perceraian atau perpisahan?" Jawabannya Sering sekali, sering, jarang, jarang sekali dan tidak pernah. 

Hmm... sewaktu membaca bagian ini saya terhenti beberapa jenak. Bukan karena jawabannya sering atau sering sekali, jawaban saya alhamdulillah (?) tidak pernah. Tapi batin saya jadi bertanya "Amankah saya dan suami saya dari kata 'perceraian' atau 'perpisahan' ?" 
Dini hari ini saya jadi merenungi tentang ini. Siapakah sih yang menginginkan menjadi seorang single parent? Bahkan yang mengalaminya pun tentu tak pernah berharap hal itu terjadi pada dirinya.

Takdir ! Semua tidak terlepas dari yang namanya takdir. Tapi bukan berarti takdir itu kejam seperti kata lagunya Desi Ratna Sari "Tenda Biru" itu lho!. Semua yang terjadi atas kehendakNya. Manusia hanya berharap dan berencana, Alloh lah yang Maha Berkehendak dan Maha Menentukan. 

Yang perlu kita ingat sepahit apa pun yang terjadi pada diri kita, pasti ada ibroh di dalamnya, ada kebaikan yang tersembunyi dibaliknya. Alloh selalu memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapi cobaan yang Allah berikan pada kita.

Kembali ke masalah single parent. Siapa sangka coba pasangan yang begitu serasi, bahkan sering mengisi acara tentang keluarga sakinah berdua di sebuah televisi swasta, tiba-tiba bercerai? Setelah belasan tahun menikah bahkan mungkin lebih dari dua puluh tahun, tiba-tiba saja jodoh terhenti sampai disitu saja. Banyak yang tidak menyangka. Bahkan mungkin dirinya pun tidak menyangka ia akan menjadi seorang single parent dan rumah tangganya akan berakhir seperti itu. 

Orang tua dulu bilang "pondok jodo" katanya. Pendek jodoh bisa terjadi karena perceraian, bisa juga karena meninggalnya pasangan kita. Perceraian, banyak hal yang melatar belakanginya. Faktor utama dari penyebab perceraian adalah ketidakharmonisan. Tidak harmonis biasanya disebabkan krisis keuangan, krisis akhlak, adanya pihak ketiga, konflik peran, perbedaan prinsip, kurang komunikasi, seks dan sebagainya.

Merenungi itu semua, saya jadi berpikir, perlunya seorang perempuan bisa mandiri. Bukan berarti harus menjadi wanita karir lho!  Tidak tergantung secara finansial kepada suami tidak harus selalu bekerja di luar rumah. 
 
Beruntung sekali perempuan single parent di buku Jumpalitan Menjadi Ibu itu jago menulis, bahkan seorang yang sudah terkenal di dunia kepenulisan, sehingga bisa mandiri secara finansial walaupun menjadi single parent. 

Memang seyogyanya seorang istri mampu berkarya dan mengembangkan dirinya walaupun ia sudah menjadi ibu rumah tangga dan memiliki suami yang mampu menghidupinya, sehingga kalau sesuatu terjadi pada kehidupannya ia masih tetap bisa berdiri dengan tegak membesarkan dan mendidik putra-putrinya.

Harapan kita semua, rumah tangga kita bisa selalu harmonis, seiring sejalan sampai menjadi nenek, kakek dan maut memisahkan kita. Sukses membesarkan anak-anak kita kegerbang kebahagiaannya masing-masing. Tapi Allah lah yang Maha Berkehendak, kita hanya berharap dan berusaha. Tidak adanya salah kita semua selalu mempersiapkan diri untuk sesuatu kemungkinan yang terburuk. 

Semoga kita bisa !!!

Eksistensi Diri


Cimahi, 23 Januari 2012

Bismillah,

Ini memang lagu lama, tapi curhatan seseorang membuka kembali ingatanku tentang masalah ini. Seseorang telah bercerita tentang permasalahan dirinya dengan -terutama- anaknya. Tentang kebutuhannya untuk bekerja, tentang akibatnya pada kedua anaknya yang masih balita.

Kalau untukku, sangatlah tidak sulit ketika aku harus melepas embel-embel wanita karir yang sedang asyik-asyiknya kujalani. Karena cita-citaku sudah sangat jelas, menjadi ibu rumah tangga!  Sebuah keputusan yang selalu kusyukuri hingga kini.

Lain diriku lain pula sahabat mudaku. Ia masih ingin mengabdikan dirinya untuk sesuatu. Atas nama eksistensi, atas nama ingin membantu keluarga besarnya, jadilah dirinya dihadapkan pada satu dilema. Kerisauannya melihat dua balita lucunya, membuat ia dihadapkan pada dua pilihan yang sama beratnya.

Sahabat mudaku bekerja dari pagi sampai sore. Anak terkecil ia titipkan pada seorang pengasuh, sementara anak yang besar, sudah mulai sekolah pergi bersamanya. Anak yang besar ini lebih dekat pada neneknya. Sementara sang nenek sangat memanjakannya. Ia merasa tidak bisa mendidik anaknya sesuai dengan keinginannya karena pengaruh pendidikan mertuanya kepada anaknya cukup besar.  

Ia memahami waktu yang dimilikinya memang sedikit. Sementara untuk berhenti bekerja, ia melihat semua kakak wanitanya yang semuanya 'hanya seorang ibu rumah tangga' mengalami kejumudan. Stagnan! Bahkan mungkin bisa dibilang 'kemunduran intelektual'. Ia juga masih ingin membantu ibunya untuk turut membiayai seorang adiknya yang masih kuliah.

Dilematis memang....

Untuk alasan kejumudan, stagnasi atau bahkan 'kemunduran intelektual' aku mengamininya. Walau tidak semua. Menurutku itu tergantung individu masing-masing dalam menyikapinya. Aku memang melihat banyak ibu rumah tangga yang seperti itu. Berhenti belajar, tenggelam dalam lingkungan 'sumur, dapur dan kasur'. Terpuruk dan tertinggal oleh teman-temanya yang berkarir diluar. Rentang waktu yang sangat panjang dalam sebuah lingkup terbatas, sedikit banyak memang dapat mengubah pribadi seseorang.

Tapi aku juga melihat banyak yang tidak seperti itu. Banyak sekali kulihat teman-temanku yang penuh semangat dalam menghadapi kesehariannya sebagai ibu rumah tangga saja. Ibu rumah tangga yang penuh kreatifitas dan tak pernah berhenti belajar, pandai mengatur waktu, bahkan akhirnya bisa banyak berkiprah untuk agama dan umat.

Pilihan menjadi seorang 'ibu rumah tangga' saja, memang pilihan yang tidak terlalu menarik. Pilihan yang 'kalau tidak pintar-pintarnya' kita melakoninya merupakan pilihan yang akan menjerumuskan pada kejumudan dan kejenuhan. 

Namun dibalik semua itu ada berkah yang luar biasa untuk anak dan keluarganya. Karena memang sejatinya tugas seorang ibu yang utama adalah mendidik anak-anaknya dan memenej urusan domestik dalam negerinya. Ketika urusan di dalam sudah beres barulah seorang ibu  bisa berkiprah dengan leluasa diluar.

Sementara pilihan untuk berkarir untuk sebagian orang merupakan pilihan yang lebih menarik, lebih menantang dan lebih 'menjanjikan' secara materi dan kemajuan intelektualnya. Berinteraksi dengan dunia luar memaksanya untuk selalu belajar dan memacu diri. Penuh warna dan kompetisi. Walau mungkin harus mengorbankan buah hatinya 'dipegang' orang lain yang nota bene dalam pemahaman serta pendidikan jauh di bawah standar seorang pendidik.

Tidak ingin menghakimi sebenarnya. Karena kedua pilihan itu memang ada konsekuensinya masing-masing. 

Idealnya  seorang ibu yang berpendidikan tinggi, mempunyai wawasan yang cukup mendalam dalam mendidik anak memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mencurahkan waktu dan ilmunya untuk tumbuh kembang anak-anaknya tanpa meninggalkan eksistensinya untuk berkiprah bagi sesama. Sebuah kondisi ideal!!

Tapi tidak semua bisa memilih itu. Ada hal-hal tertentu yang membuat kondisi ideal tidak dapat dipenuhi. Semua berpulang pada diri masing-masing. Selama tidak ada hak yang terdzolimi, selama semua kewajiban tertunaikan, ada hak bagi kita untuk bisa memilih.  

Diri kitalah yang lebih memahami internal rumah tangga kita, serta konsekuensi sebuah pilihan yang kita ambil.  Buatlah list sisi positif dan negatifnya pilihan kita, kemudian setelah itu,  jujur saja pada nurani. Itulah pilihan yang terbaik untuk kita. 

Untukku... mendampingi anak-anak disetiap tumbuh kembangnya... bersama keceriaan dan kemanjaannya...  adalah sebuah moment yang tak tergantikan dan tak mungkin terulang...... 

Menjadi 100%


Cimahi,  7 Januari 2012

Bismillah,

Jadi teringat sebuah pelatihan yang kuikuti hampir setengah tahun yang lalu. Sambil mengingatkan diri dan memotivasi diri, menulis apa yang masih terekam di benak.  Karena sudah menjadi sifatku semangat di awal saja.  Seiring berlalunya sang waktu pelatihan apa pun itu, sedahsyat apa pun itu hanya mampu memberiku energi satu bulan saja !! Ya itu rekor terlamaku....  

Ketika kita bertekad kuat untuk maju, energi yang harus kita berikan untuk itu keseriusan dan kesungguhan yang 100%.  Ketika kita tidak 100% berarti kita telah memberikan celah kepada syaitan untuk mengganggu diri kita.  Bila tidk 100% berarti kita telah menggadaikan mimpi-mimpi kita.

Sebagai contoh 
Bila kita berwudlu tidak 100%, misalnya membasuh tangan tidak sampai ke siku maka wudu kita tidak syah.
Sebuah AC  misalnya ketika pertama kali dinyalakan memerlukan 700 watt untuk setiap pk nya, ketika kita memberi energi 699 watt saja, AC itu tidak akan bisa menyala.
Sholat kita, kita kurangi tidak pakai ruku misalnya maka sholat kita tidak akan syah.

Tidak 100% = 0%

Orang sukses adalah orang yang menuntaskan 100% semua hal yang sudah dimulainya. Sedangkan orang gagal adalah orang yang hanya mulai, mulai, dan mulai saja.

Cara meraih mimpi:
1.  Ditulis
2.  Menggunakan kalimat positif
3.  Dibuat detail
4.  Divisualisasikan (dibayangkan)
5.  Dorongan yang kuat
6.  Mimpi boleh rasional ataupun tidak rasional
7.  Bermakna dan menantang untuk diraih
8.  Dibaca berulang-ulang
9.  Diceritakan dan di deklarisasikan.

Mimpi terbesarku :
Hapal Al Qur'an  (Aamiin, Aamiin Allohumma Aamiin)
Menjadi konglomerat SUKSES  (Aamiin Allohumma Aamiin)

Hayoooooooo SEMANGAT !!!

Go Extra Miles


Cimahi, 19 Februari 2012

Bismillah,

Tahun baru  baik Hijriah maupun Masehi, baru beberapa bulan kita lewati,  tetapi  semangat tahun baru dengan resolusi-resolusinya sudah mulai menurun dengan teratur tampaknya.  Menjaga semangat dan menjadi tekun memang tidak mudah, banyak hal yang akan terus menggodanya.

Resolusi saya tahun ini memang tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun yang lalu. Tapi tak ingin berakhir  tragis seperti resolusi 2011. Melihat begitu banyaknya orang yang gagal melaksanakan resolusi, konon kabarnya sampai 88%, apakah berarti Resolusi  = Kebodohan awal tahun? Tentu saja tidak. Dengan memiliki resolusi kita memiliki motivasi untuk bergerak kearah yang lebih baik. Bukankah seorang muslim memang harus seperti itu? Jika hari ini  masih sama dengan hari yang lalu maka kita termasuk orang yang merugi. Jika hari ini lebih buruk dari hari yang lalu maka kita termasuk orang yang celaka.

Secara umum resolusi tahun ini saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik di semua peran yang saya miliki.  Terdengar tidak fokus dan absurd ya? Bagi saya tidak! Resolusi yang absurd itu tidak jelas langkah dan batas waktunya.  Saya masih bisa merunut apa yang sang harus saya lakukan. Yang menjadi kendala adalah menjaga semangat selama 356 hari dan menjadi tekun dalam melakukannya.  Butuh sebuah energi yang ekstra karena disiplin bagi saya memang masih sebuah angan yang ingin kubuat menjadi sebuah azam.

Mengingat begitu banyak waktu yang telah saya buang dengan sia-sia.  Mau tidak mau saya memang harus “Go extra miles” berbuat dan berusaha melebihi standar untuk mengejar seluruh ketinggalan saya.

Seorang muslim seyogyanya selalu memiliki lompatan kualitas, meng up grade diri nya terus - menerus. Modal yang Allah berikan kepada kita berupa waktu dalam kehidupan kita, harus selalu kita optimalkan, hingga kita menjadi pribadi yang terus lebih baik. Sehingga kita memiliki ‘sesuatu’ yang bisa kita persembahkan sebagai bukti pertanggung jawaban kita di akhirat nanti.

Memperbaiki kualitas diri dan terus berbagi kesadaran dan motivasi kepada sesama harus berawal dengan niat yang ikhlas mencari ridla Nya. Niat kita pun harus selalu kita evaluasi apakah berubah atau tidak dari niat awalnya. Semua itu agar ‘perjuangan’ kita tidak menjadi sia-sia dimata Nya, Allah SWT.

Bagi yang merasa stagnan, untuk menjadi pemenang memang harus berlari kencang melebihi yang lainnya.   Yuk… bersama-sama kita....Go Extra Miles…..

8 Sep 2012

Lama Sudah....

Cimahi, 8 September 2012

Bismillah,

Berapa lama ya....? Hmmm hampir dua bulan !!  Ya virus malas menulis menyerangku... hikss.... Terakhir menulis 1 September 2012  itu pun sangat 'maksakeun'. Mudah-mudahan tulisan tentang kebaikan seseorang dan bernilai dakwah memberikan keberkahan untukku dalam urusan tulis menulis.

Terus terang saja ada rasa kangen untuk menulis. Tapi mungkin aku terlalu lelah hingga enggan untuk berpikir. Tapi itu bukan sebuah alasan tentu saja. Aku harus lebih mampu memenej diri dan waktuku lagi. Mungkin olah raga harus kutingkatkan agar aku tidak mudah lelah dan selalu fresh.

Masih punya hutang satu tulisan untuk melengkapi sebuah buku antalogi, masih harus mindahin tulisan-tulisan di multiply yang akan segera ditutup akhir tahun ini. Bener-bener multiply mau kiamat sepertinya. Blogspot sebenarnya okey juga... tapi aku nggak tahu cara berteman dengan blog yang lainnya... jadi serasa kesepian disini jauh dari tetangga..

O ya bulan Syawal ini aku banyak berkeliaran di Gedung Pakuan, rumah dinasnya pak gubernur.  Mendampingi tokoh-tokoh dari Cimahi yang ingin bersilaturahmi dengan istri gubernur. Asyik juga siih. Walau harus ngorbanin Maghfi untuk tidak bersekolah bahkan si Kaka pun sempat aku minta untuk tidak sekolah  hihi... (ibu macam apa pulak aku ini...).

Ada pengalaman yang berkesan, saat harus memberi sambutan panitia di awal acara pertemuan kedua, aku ngedadak lupa kepanjangan ibu Netty hingga aku sebut Ibu Netty Herawati.....hingga dalam ceramah beliau sedikit beliau bahas perihal nama ini... hihi... Biarlah malu sedikit engga apa-apa.....

Nyempetin mejeng dulu sama si Ibu ^_^

Tulisan ku garing ya.... yaiyalah aku betul-betul lagi malas menulis... semoga 'badai' ini cepat berlalu dan aku semangat menullis lagi. Menciptakan buku-buku best seller tentu saja.  Aamiin Allohumma Aamiin... Kabulkan ya Rabb... mudahkan perjalananku ini......

6 Agu 2012

Asyiknya Acara Ngabuburit Dapat Duit Bersama IIDN



Cimahi, 6 Agustus 2012

Siang itu hari Minggu, 5 Agustus 2012 suasana terasa begitu panas menyengat, matahari bersinar begitu teriknya.  Suasana ramadlan tahun ini memang sepertinya akan selalu ditemani suasana seperti ini . Namun hal itu tak menyurutkan langkahku untuk mengikuti sebuah even pelatihan menulis yang diadakan IIDN Bandung yang bertajuk Ngabuburit Dapat Duit – Meraup Uang dari Menulis Biografi, sebuah tema yang benar-benar menggodaku.  Sepulang acara sebuah pengajian di suatu tempat di Cimahi saya bergegas pergi menuju Bali Heaven tempat acara berlangsung. Terlalu cepat memang , waktu masih menunjukkan kurang dari pukul 13,  namun pulang ke rumah dulu rasanya akan lebih merepotkan….

Betul saja saya datang terlalu cepat. Tiba di tempat tak ada tanda-tanda anggota IIDN yang tampak, waktu masih menunjukkan pukul 13.30.  Celengak- celinguk mencari teman yang kukenal,  iseng berjalan tak tentu arah, alhamdulillah dari kejauhan kulihat sebuah chevrolet abu dikendarai seseorang yang berjilbab, pasti Asri , pikirku. Di tempat bernuansa sebuah pura ini, terlebih di bulan puasa, siang bolong pula, sangat jarang yang berjilbab, karena Bali Heaven memang tempat makan-makan, siapa lagi yang berjilbab selain pasti anggota IIDN.  Benar saja tebakanku Asri Andarini, sahabatku yang baik hatinya,  melambaikan tangannya ke arahku, Alhamdulillah akhirnya ada teman yang datang, aih ternyata di dalam mobil Asri ada juga Ibu Panitia , Si Eneng Markom Geulis mba Lygia dan peserta IIDN yang sangat aktif Mba Evi Larasati.

Setelah cipika cipiki dan say hello, kami bergegas menuju tempat acara berlangsung, ternyata di dalam seorang anggota IIDN tapi bukan ibu-ibu alias bapa-bapa sudah duduk menanti (deuh lupa lagi deh namanya…).  Ikut sok sibuk membantu teh Ligya memasukkan Majalah Potret ke dalam map plastik berisi notes book, makalah dan ballpoin untuk peserta. Sebuah coklat menyerupai permen loli bergambar IIDN, setumpuk buku doorprice, goody bag juga turut disiapkan. Sesaat kemudian rombongan Teh Indari dan Mba Dyah Prameswari alias mba Didi datang.  Alhamdulillah ada untungnya datang awal, selain bisa sedikit membantu teh Gia, (hadeuh asyik ngobrol sama peserta sampai lupa kalau saya dititipin amanah megang uang majalah Ummi...) ternyata sepuluh peserta yang datang awal mendapat hadiah buku. Saya kebagian buku barunya mba Ari Kurnia yang berjudul Bisnis Untung dan Berkah untuk Anak Sekolah… Asyiiik buku seru siapa tahu berguna untuk inspirasi anak-anakku dalam berbisnis.

Tepat pukul 15.00 teh Gya membuka acara, setelah Teh Iin memberi kata sambutan pak Pitoyo sang pembawa materi di daulat untuk membagi ilmu.  Teh Iin pun membacakan riwayat hidup pak Pitoyo, mendengar riwayat hidupnya ternyata beliau seorang yang luar biasa selain Pimpinan di Tribun Jabar dan Kaltim juga beliau adalah pimpinan KompasTv –STV Bandung selain itu sederet pengalaman, pendidikan dan karya beliau menambah decak kagum para peserta. Tak salah IIDN mengundang beliau, beruntungnya kami yang hadir disini mendapat ilmu menarik dari beliau.

Awal pembicaraan beliau bercerita tentang proses kreatif beberapa buku biografi yang beliau buat, dua diantaranya adalah buku biografi Walikota Bandung Bapak Dada Rosada dan Bapak Hadianto pemilik Cipaganti Rent Car setelah itu beliau memaparkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat biografi.  Selanjutnya pemateri kedua  Bapak Dann Julian penulis buku GayaGay (Kontroveri Dunia Gay Investigasi Jurnalistik Mendalam) mantan reporter majalah Popular yang tidak asing lagi bagi anggota IIDN karena beliau adalah satu dari tiga bapak-bapak anggota IIDN …  Beliau terlihat aktif di beberapa diskusi di fesbuk IIDN Pusat. Beliau juga memberikan tips-tips pembuatan biografi serta berbagi pengalamannya selama beliau menjadi reporter.

Acara diselingi dengan tanya jawab, peserta yang bertanya mendapat hadiah dari sponsor.  Acara Ngabuburit Dapat Duit ini memang bertabur hadiah dari para sponsor, ada goody bag dari Tabloid Nova Buku-buku dari GPU, Indie Publishing  dan Indscript,Raka FM,  Majalah Potret, kaos dan Dispenser dari Miyako, Manisan dari Dragon Manisan dan lainnya.  Mami Ina Inong yang datang jauh dari Serang kebagian doorprice Dispenser, Mba Rosdiana dari IIDN luar negeri yang kebetulan sedang berlibur ke Indonesia kebagian juga goodybag asyiik dari Tabloid Nova, Teh Dina yang lama di Jepang mendapat goodybag dari Miyako karena menjawab bahasa Miyako itu berasal dari bahasa Jepang (hihi... pas banget gitu lho maksudnya..) Saya kebagian lagi deh satu buku, kali ini bukunya GayaGay nya Pa Dann Julian. Mengikuti jejak Asri, saya bergegas minta tanda tangannya si Bapak.... hihi...

Acara diakhiri dengan buka bersama.  Hidangan pembuka pun datang menyapa. Dilanjut makan berat bersama.  Sebuah pengalaman asyik dan menarik hari ini saya dapatkan semoga ilmunya pun dapat segera diterapkan.  Satu tugas alias lomba mini menanti peserta membuat biografi pengusaha kuliner…. Hmmm semoga saya bisa….

Alhamdulillah, hari ini ramadlanku diisi dengan banyak menimba ilmu baru... semoga berkah. Amin Allohumma Aamiin. ^_^

*Sayang lupa tidak membawa kamera… nanti saya mau nyomot ah…kalau udah ada yg upload ^^

23 Jul 2012

Berita Narsis

Asyiik mejeng di tabloidnova.com ^^
Iseng copy paste tulisan Mak Sary Melati di tabloidnova.com  ^^ (daripada kelamaan ga posting hehe..)


Kumpulan Emak-emak Blogger atau yang lebih dikenal dengan KEB adalah komunitas tempat berkumpulnya para blogger perempuan Indonesia di dunia maya. Digawangi 4 orang makmin (Emak Admin), yaitu Mira Ayank, Sary Melati, Indah Juli Sibarani dan Nike Rasyid, pada hari Minggu tanggal 8 Juli 2012 sukses menggelar acara gathering yang kedua kalinya di Festival Citylink Bandung. Gathering KEB kali ini mengangkat tema “Berbagi Inspirasi dan Menghasilkan Karya Melalui Blog.”
Jaman dulu perempuan biasa menulis di buku diari. Seiring perkembangan jaman dan teknologi, sekarang banyak perempuan yang memanfaatkan media digital untuk menulis, seperti misalnya di blog. Sudah banyak perempuan yang membuktikan eksistensinya dan mewujudkan mimpinya melalui blog, baik dari hasil tulisan-tulisan di blog maupun produk usaha sendiri yang dipasarkan secara online melalui blognya.
Dalam event Gathering di Bandung kali ini, KEB mengundang Indari Mastuti sebagai founder IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan pemilik Indscript Creative sebagai narasumber untuk sesi sharing Mompreneur. Kemudian ada Meti Mediya, pemilik sekaligus penulis blog Tips Dunia Anak yang setiap hari pengunjung blognya mencapai ribuan orang. Nike Rasyid, salah satu Makmin KEB pun turut menjadi narasumber. Nike adalah fellow dari Internet Sehat, sebuah program kampanye dari ICT Watch tentang penggunaan internet yang sehat khususnya dalam keluarga. Erry Andriyati, salah seorang member KEB yang baru saja memenangkan hadiah jalan-jalan gratis ke Korea melalui sebuah kontes menulis di blog, ikut membagi kisah suksesnya selama ngeblog. Meliyanti Setyorini mewakili BlogDetik, menjadi narasumber tentang indahnya berkomunitas.
Gathering KEB di Bandung juga dimeriahkan oleh penampilan tari Jaipong dari Lisma Universitas Pasundan Bandung. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian KEB terhadap kebudayaan asli Indonesia. Kegembiraan dan antusiasme para peserta juga bertambah karena banyaknya hadiah yang dibagikan dalam acara ini. Salah satunya adalah paket-paket keren dari Tabloid Nova. Selain itu semua peserta yang hadir masing-masing mendapatkan nomor perkenalan Tabloid Nova.
KEB mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung terlaksananya event ini, khususnya kepada Tabloid Nova sebagai salah satu media untuk perempuan Indonesia. KEB mengharapkan melalui event-event seperti ini, perempuan Indonesia khususnya para ibu, termotivasi untuk mulai menulis dan mengenalkan karyanya melalui blog karena inspirasi itu bisa datang dari mana saja, termasuk dari sebuah karya yang menurut pembuatnya hanya sebuah karya sederhana.


Sary Melati

13 Jul 2012

Memanusiakan Manusia (2)

Cimahi, 13 Juli 2012

Bismillah, 

Janji melanjutkan catatanku hasil seminar di acara seminarnya Indonesia Juara. Tapi diriku kesulitan ternyata, momentnya sudah tidak pas keliatannya. Maksudnya memori di kepalaku sudah rada-rada sulit dipanggil.. hihi, tertutup beberapa acara yang menguras banyak emosi. Waktu di Sabuga memang susah mencatat karena ruangan gelap. Biasanya kalau begitu saya suka menulis di Hp, tapi takut mengganggu konsentrasi alias kurang fokus memperhatikan Pa Munif Chotib jadilah saya sangat berharap pada makalah yang akan dibagikan lumayan sedikit mengingatkan... tapi tetap harus kerja keras menciptakan suasana di Sabuga dalam ingatan. Sebuah pelajaran berharga kembali yang selalu terulang dan terulang: Jangan Menunda Suatu Pekerjaan !!  
Okey, skip berbicara tentang penyesalan. Konsentrasi mengingat kembali materi. Yang pasti acara memang di setting sedikit teori, tetapi lebih banyak sessi pertanyaan untuk memuaskan dahaga kepenasaran para hadirin yang ternyata banyak yang datang dari jauh, banyak juga dari propinsi lain seperti Jawa Timur, Kepulauan Riau, Jakarta dan sebagainya... lupa lagi deh....

Dengan konsep Multiple Intellegence sudah dapat dipastikan bahwa tidak ada seorang anak pun di dunia ini yang bodoh. Semua anak terlahir juara dengan bakat yang unik. Kecerdasan seseorang tidak terkait: Kondisi Fisik, Kondisi Brain, dan Hasil tes-tes standar. Pemahaman ini memang terkait kepada sudut pandang, bagaimana memaknai kata bodoh atau memaknai kata cerdas. Jika anak memiliki masalah hambatan belajar maka kita harus mencari kondisi terbaiknya.

Kondisi terbaik adalah saat ia masih bisa memberi manfaat untuk orang-orang disekitarnya dalam kehidupannya. Minimal untuk dirinya sendiri kemudian bergerak ke lingkungan yang lebih luas:  orang tuanya, lingkungan rumah, teman-temannya dan sebagainya. Benefit yang dimiliki seseorang pun harus diartikan luas tidak sempit misalnya menghasilkan ide cemerlang, karya nyata, memberi inspirasi sampai pada 'hanya' memberi senyum pada orang disekitarnya. Jika ternyata ada orang yang memiliki banyak hambatan tetapi orang tersebut menemukan kondisi terbaiknya maka hipotesa pa Munif benar adanya, Tidak ada manusia yang bodoh.

Percayalah ketika seorang anak di vonis Autis, ADHD, Downsyndrom dan sederet label lainnya, itu hanya satu cluster yang rusak. Masih ribuan cluster lainnya yang harus dan bisa kita munculkan.

Kembangkanlah anak kita dan kuburlah kelemahannya !!


Menurut Pak Munif kesulitan anak di dalam menerima pelajaran sekolah artinya gaya belajar anak tidak sama dengan gaya belajar guru. Jika anak kita masih membutuhkan les bidang studi di luar sekolah, hal itu menandakan gagalnya pekerjaan guru di sekolahnya. 

Waw... saya sih setuju tidak setuju dengan pernyataan ini. Setuju bila jumlah perbandingan guru dan muridnya memang realistis. Pelakukan pendekatan secara individu kepada anak memang hanya bisa dilakukan bila seorang guru tidak banyak memegang murid, jadi guru bisa bebas memberikan kepada anak yang kesulitan belajar dengan pendekatan yang disesuaikan dengan modalitas yang dimiliki anak. Baik itu Visual, Auditori ataupun kinestetik. 

Kok jadi nulis pandangan pribadi.... intinya sih saya menyarankan kita semua harus membaca bukunya pak Munif  yang  berjudul "Orangtuanya Manusia".... Bukan promo, tapi kelihatannya memang seperti itu... 

Satu kata apa yang bisa saya ambil dari apa yang diajarkan Pa Munif adalah mendidiklah dengan hati.... 

Saya percaya Pa Munif sudah melakukan itu, kebaikan hatinya, cintanya kepada anak-anak tergambar dari dedikasinya selama ini... Pandangannya yang teduh, ungkapan dan pikirannya memang selalu berpihak kepada anak. Beliau termasuk salah satu anggota Majelis Penguji Penataan Ulang Kurikulum 2014, janji beliau akan ada banyak perubahan di sistem pendidikan negara kita di tahun 2014 (bila tidak banyak perubahan politik yang berarti). Mudah-mudahan aja.

Ketika seorang penanya mendo'akan beliau menjadi Mentri Pendidikan Indonesia lebih dari seribu yang hadir mengaminkannya..... semoga saja...ada garis takdir yang menorehkan tinta Bapak Munif Chatib sebagai Mentri Pendidikan Indonesia... dan berubahlah sistem pendidikan kita.... Aamiin Allohumma Aamiin...

Kala penyelam menemukan harta karun
adalah masa bahagia
adalah masa eksistensi manusia terpancar.
Allah Mahaadil
memberi bakat dan minat kepada hamba Nya
ketika kelak anak kita punya profesi
yang bermanfaat buat banyak orang,
itulah hasil dari benih bakat yang kita jaga

(Munif Chatib)

12 Jul 2012

Yang Super Asyik dari Klub Emak Blogger

Cimahi, 10 Juli 2012

Bismillah,

Hihi... judulnya kok lebay ya.... enggak lah, betulan kok saya sangat menikmati acara asyik ini. Beruntung sangat saya memaksakan diri untuk datang ke acara Gathering ini. Oow... memaksakan diri? Ya awalnya ada rasa sungkan untuk datang, banyak hal yang membuat saya ragu untuk ikut gabung ke acara ini, pertama, saya newbie di kelompok ini, baru gabung sebulanan karena ada ajang lomba, kedua enggak ada teman yang kenal hanya Emak Indah yang sempat beberapa kali ketemu, tapi posisi beliau juga sebagai panitia dan teh Iin sang boss di Indscript itu juga posisinya sebagai pembicara, ketiga saya harus pergi sendiri naik motor dibuntuti dua krucils ku yang terkecil yang enggak pernah betah diam berlama-lama di suatu acara, keempat yang paling parah saya tak tahu rute menuju Festival City Link...



Berbekal semangat empat lima dan di didorong oleh keinginan yang luhur mengikuti Gathering Klub Emak-Emak Blogger...hehe...dengan rayuan tema yang sangat menarik "Berbagi Inspirasi Menghasilkan Karya Melalui Blog", akhirnya berangkatlah saya bertiga dengan kedua krucilku. Saya bekali mereka dengan perbekalan yang lumayan banyak supaya tidak rewel sewaktu acara. Sayangnya peta yang diberikan suamiku tertinggal di rumah hingga saya sempat salah belok dan tersesat jauh hingga Jalan Pasir Koja. Untungnya ditengah perjalanan saya menyadari kesalahan lalu belok arah kembali ke jalan yang lurus hihi..

Tiba di Festival City Link, celengak celinguk tidak ada petunjuk keberadaan acara, untungnya para satpam tahu persis posisi tempat Gathering KEB berlangsung. Pertama yang kulakukan mencari sepatu dulu, soalnya sandal anakku jatuh di jalan, nemu sandal unyu-unyu eh lihat harganya empat ratus ribuan huhu... akhirnya nyari toko sepatu B*t* biar murmer, alhamdulillah nemu, setelah soal sandal beres, naik satu tingkat saya berhasil menemukan lokasi gathering di lantai tiga. Disambut ramah Emak Mira dan Emak Indah, eh ketemu juga teh Iin, cipika cipiki, say hello dan sebuah tabloid Nova berpita mendarat manis di tanganku.

Terlambat sudah pasti... ketika saya duduk Emak Mety Mediya si emak blogger, tengah mempresentasikan materi tentang blog. Sedikit bingung karena tidak dari awal. Untung ada acara tanya jawab jadi ada sedikit informasi yang terekam. Mak Meti Mediya menjadikan ngeblog sebagai hobinya yang menghasilkan uang dan bermanfaat bagi sesama,  blog emak yang satu ini, yaitu tips-dunia-anak.blogspot.com sudah ribuan orang yang menjambangi tiap harinya. Sessi tanya jawab diisi dua penanya, masing-masing penanya mendapat sebuah goodybag persembahan dari Indscript. 

Selanjutnya Mba Indari Mastuti atau yang akrab disapa Teh Iin mempresentasikan materi mompreneur dengan menarik. Teh Iin yang juga founder IIDN ini, menginformasikan bahwa dari ngeblog bisa menghasilkan uang. Pada sessi ini saya bertanya tentang keluar dari zone nyaman dan motivasi Teh Iin sehingga berhasil menjadi seorang Mompreneur yang sukses. Dan taraaa... sebuah tas kuning cantik pun diberikan Emak Mira untukku isinya buku, majalah dan ada boneka tangan yang langsung di peluk mesra si kecil Maghfira.

Pembicara ketiga Mbak Meliyanti Setyorini Community Manager Detik.com yang mengemukakan pentingnya sebuah komunitas. Kita tidak perlu malu bergabung dengan satu komunitas yang kita sukai ada banyak manfaat yang bisa diambil dari komunitas, antara lain akan banyak pengalaman-pengalaman yang dapat kita serap di dalamnya. Kali ini Blog Detik bagi - bagi hadiah untuk para penanya. 

Acara di break makan siang. Ayam goreng Fatmawati jadi menu utama, rasa mendoannya juga luar biasa...hmm.. maknyus... baru deh ikut acara seperti ini makan siangnya gratis. KEB memang top, pintar cari sponsor hingga bisa membuat acara keren yang sangat bermanfaat, gratis dan bertabur hadiah. Kali ini acara ini disponsori oleh Tabloid Nova, BLOGdetik, Indscript Creative dan Internet Sehat.  Lokasi acara di Festival City Link juga pemilihan tempat yang cerdas, yang membawa boyongan suami dan anak-anak bisa sambil jalan-jalan cuci mata. Walau memang harus bersaing suara dengan acara Cherrybelle di lantai bawah. Maghfira dan Mushab anakku juga tumben tidak rewel selama acara, mungkin tempat yang luas bisa lari kesana kemari dan banyak pemandangan menarik membuat mereka tidak bosan menanti uminya.  Sambil menanti acara Isoma selesai para emak memanfaatkannya dengan berfoto ria.

Usai Isoma dan foto-foto, acara dilanjutkan presentasi tentang internet sehat oleh emak Nike Rasyid.dari fellowship Internet Sehat. Emak Nike membawakan materi tentang pengoptimalan penggunaan internet agar memberikan manfaat yang banyak bagi penggunanya. Salah satu cara menggunakan internet yang sehat adalah dengan menggunakannya untuk ngeblog, selain kita bisa berlatih menulis kita pun bisa banyak berbagi untuk yang lain.

Terakhir, Emak Erry Andriati membawakan Standup Testimonial mengenai perjalanannya ke Korea hasil dari ngeblog. Pembawaan Emak Erry yang santai dan jenaka membuat acara menjadi semakin meriah dengan tawa para peserta. Top deh Emak Erry yang multi talenta ini, dari ngeblog emak yang satu ini berhasil memboyong banyak hadiah keren.

Selanjutnya Emak Mira berkenan membagi-bagi hadiah kembali dari sponsor. Saya kebagian lagi... soalnya memang saya ngebet serta semangat 45 ingin mendapat hadiah kenangan dari acara ini hihi... O ya ada yang lucu respon si bungsu Maghfira soal hadiah ini. Sebelum mendapat hadiah saya sempet ke depan juga, sayang pertanyaannya ngga bisa saya jawab, yaitu tanggal berdirinya KEB... maklumlah kan masih newbie, saya pun kembali duduk dengan tangan kosong, eh si kecil nyeletuk

"Umi kok ngga bawa hadiah lagi?" tanyanya lugu
"Umi ngga bisa jawab, jawaban umi salah, jadi engga dapat hadiah" jawabku
"Aaaah Umi, kalau jawab jangan salah-salah dong...jadi engga dapat hadiah lagi" Maghfira menjawab dengan nada kecewa...
hihihi....dasar bocah....
Eh untungnya setelah itu saya diberi kesempatan ke depan lagi, Alhamdulillah dapat hadiah lagi deh hihi...

Selain itu diumumkan juga pemenang lomba ngetweet yang diselenggarakan selama acara gathering ini berlangsung. Para pemenang yang terdiri dari tiga orang itu mendapatkan hadiah dari para sponsor. Selamat ya....

Tak terasa hari pun beranjak sore, acara pun harus selesai, Emak Indah Julianti Sibarani yang baik hati dan tidak sombong pun menutup acara. Emak Indah berpesan agar kita tidak takut untuk menulis di blog dan terus berusaha menghasilkan karya-karyanya di blog. Terakhir beliaupun menyampaikan pengumuman kepada para blogger Bandung yang mengikuti acara ini untuk mengikuti lomba review acara gathering ini yang berhadiah seru, DL tanggal 20 Juli 2012.

                                           Kenang-kenangan dari Gathering KEB ^^

Acara yang sangat menarik, full ilmu dan informasi serta so pasti bakal ngangenin.... semoga akan ada acara selanjutnya... di Bandung tentu saja... ^_^  Terima kasih KEB semoga pahala tercurah untuk segala jerih payah mencerdaskan emak-emak blogger ini.

                                           Foto bareng usai acara .... *foto diambil di grup KEB


10 Jul 2012

Memanusiakan Manusia

Cimahi, 9 Juli 2012

Bismillah,

Berulang kali saya menghapus air mata yang tiba-tiba menganak sungai di pipi. Entah karena sedang terkena PMS hingga menjadi sedikit lebay atau memang ia sangat berkarisma hingga mampu membuat diriku menangis setiap melihat tatap matanya ketika memandang anak-anak dengan segenap kasih.

Ya dialah pribadi Munif Chotib yang mampu membuat saya menangis dalam gelap berkali-kali. Untung sekali suasana Gedung Sabuga di setting gelap hingga tidak ada yang melihat saya menangis, malu juga rasanya kalau ketahuan, rasa-rasanya memang saya sedang sedikit sensi hari ini.

Beruntung juga saya memaksakan diri bisa hadir mengikuti seminar ini, setelah sebelumnya banyak hal yang  hampir menghambat kepergian saya. Itu juga yang pastinya dirasakan oleh lebih dari seribu peserta seminar yang hadir memadati Gedung Sabuga. Seminar yang diadakan oleh Indonesia Juara itu memang sangat menginspirasi, menghadirkan sosok Munif Chotib seorang pencita anak dan pendidikan sejati. Penulis banyak buku yang empat diantaranya kini banyak menjadi rujukan dalam mendidik anak yaitu Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, Orangtuanya Manusia dan Sekolah Anak-Anak Juara.

Acara diawali dengan tampilan angklung binaan Sekolah Juara yang telah menjadi juara harapan 1 se Indonesia kejuaraan angklung yang diadakan  ITB. ( Sebetulnya saya tak tahu pasti apakah ini tampilan pertama atau bukan karena saya datang agak terlambat ). Suara merdu sang penyanyi diiringi alunan musik angklung yang dimainkan membentuk sebuah harmoni yang indah untuk didengar. Terpana saya mendengarnya terutama ketika menyanyikan sebuah lagu indah berbahasa latin walau tak memahami isinya tetapi disitu kelebihannya saya jadi fokus menikmati keindahan musiknya.

Pak Chotib memulai pembicaraan dengan menayangkan sebuah slide cerita imajinatif di sebuah hutan yang akan mendirikan sekolah. Peserta pun ramai hadir dan mendaftar. Datang seekor kelinci ia berkata "aku pandai berlari" setelah di tes ia pun berhasil lulus masuk menjadi siswa di sekolah hutan itu. Di sekolah itu sang kelinci di ajari berenang. Berulang kali di latih kemudian di test ia gagal, meskipun puluhan kali diremedial gagal juga, akhirnya sang kelinci jadi sedih dan menangis. Ia menangis bukan karena sedih ia gagal tetapi sang kelinci sedih karena kemampuan berlarinya lambat laun berkurang.

Siswa kedua seekor elang, ia mendaftar dan berkata "aku jago terbang" setelah di test ia diterima menjadi siswa sekolah hutan itu. Disana ia diajari menggali tanah. Setelah lama dilatih dan di test ia selalu gagal, menangislah sang burung bukan karena kegagalannya tetapi lambat laun kemampuan terbangnya berkurang. Begitu seterusnya binantang-binatang diajari sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan dan bakat dasarnya.

Sebuah sindiran untuk sekolah-sekolah yang ada di negeri kita... (To be continued)

9 Jul 2012

Tips Internet Aman Untuk Anak


















Untuk menghindari dampak negatif dari internet ada beberapa tips yang dapat kita terapkan :
  1. Orang tua harus melek internet
  2. Gunakan perangkat lunak (software) yang bisa menyaring kontent-kontent negatif (lebih bagus lagi produk lokal selain bisa menyaring hal-hal negatif berbahasa inggris juga bisa menyaring hal-hal negatif berbahasa Indonesia)
  3. Daripada pergi ke warnet yang sulit kita pantau, lebih baik siapkan fasilitas internet di rumah kita (sekarang sudah lebih murah daripada ngerental ke warnet) Tempatkan fasilitas internet di tempat terbuka - ruang keluarga- agar kita mudah memantau aktivitas anak
  4. Batasi anak dalam menggunakan internet, beri mereka jadual yang disepakati bersama
  5. Beri daftar situs yang boleh diakses anak
  6. Bila anak sudah mengenal jejaring sosial, beri mereka rambu-rambu seperti: berteman dengan yang mereka kenali saja, tidak boleh mengobral informasi bersifat pribadi, alamat email jangan di ekspose ke publik untuk menghindari pengiriman hal-hal negatif dari orang yang iseng.
  7. Melarang melakukan chating dan janji bertemu dengan orang yang tidak dikenal
  8. Beri hukuman tegas bila anak kita melanggar aturan
  9. Hal yang lebih penting komunikasi yang baik dengan anak kita dan beri mereka tauladan yang baik
gambar diambil dari abah google