blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

15 Feb 2014

Romantika Anak Kost ..... (Jilid 2)

Cimahi, 15 Februari 2014

Bismillah,

Kurang lebih setahun yang lalu saya pernah menulis tentang kehidupan anak-anak kost dengan segala romantikanya. Sebetulnya ada rasa sungkan menulis tentang hal ini lagi karena saya hanya mampu menuliskan kegalauan saya tanpa mampu memberi solusi yang berarti. Kehidupan bebas di depan mata, namun saya hanya sanggup mengelus dada.  Pernah membicarakan hal ini dengan beberapa teman yang kebetulan menjadi dosen di kampus sekitar sini, tapi hal itu tidak memberikan solusi juga ternyata.

Beberapa hari yang lalu, saya sangat dikejutkan kembali dengan apa yang saya temukan, sebuah flash disk tergeletak begitu saja di dapur. Karena bentuknya seperti penghapus putih biru kecil, saya pungut dan disimpan di meja dapur.  Kukira memang penghapus anak-anak tetapi memang rada aneh juga penghapus kok bermerek hp, perasaan perusahaan hp tidak maemproduksi penghapus deh. Tapi saya tepis perasaan itu, dan benda itu saya lupakan begitu saja.

Entah siapa yang pertama menyadari benda itu sebuah flash disk, saya lupa, tapi begitu tahu itu flash disk saya segera mengamankannya.  Alkisah Miqdad anakku yang kedua meminta izin untuk memeriksa siapa kepemilikan benda itu.  Kebiasaan kami ketika menemukan flash disk, kalau jelas pemiliknya ada di cucian punya siapa langsung saja saya simpan di fakturnya.  Tapi kalau enggak jelas pemiliknya, kami periksa isinya, bila ada nama atau foto pelanggan yang kami kenal, langsung saja si flash disk kami beri nama, baru kemudian di pajang di etalase laundry. Kalau tak dikenal, flash disk kami pajang tanpa nama,  Setelah sekian lama tidak ada yang mengambil dan mengakui kempemilikan flash disk akan kami beli dengan mengganti secukupnya ke kotak infak.  Saya pikir daripada tidak berguna seperti itu lebih baik kami beli dan uangnya untuk infak.  Kebetulan di laundry kami memang ada kotak infak untuk menampung uang-uang yang tak jelas kepemilikannya yang memang selalu saja ada di setiap harinya.

Kembali lagi pada Aa yang akan memeriksa flash disk tersebut, baru saja dia akan memasang flash disk di kompi, tiba-tiba entah ide darimana saya berseru "Ntar aja Aa.... biar sama abi, khawatir ada virusnya nanti kompinya jadi banyak virus" kataku.  Aa menurut ia menyimpan flashdisk itu kembali di tempat semula.

Esoknya saya bertanya kepada abinya tentang flash disk tersebut.  Kata abi ia engga kenal siapa pemiliknya tapi flash disk itu banyak film dewasanya.  Deg....saya langsung teringat Aa... untung saja Aa saya larang untuk membuka flash disk tersebut. 

Penasaran dengan kepemilikannya, karena menurut abi banyak foto pemiliknya, akhirnya saya memeriksa flash disk tersebut. Begitu melihat wajah di foto tersebut, langsung saja saya tahu siapa dia, sempat beberapa kali bertemu ketika pegawai sudah pulang atau belum datang. Saya hafal betul karena anak tersebut begitu peduli dengan uang lima ratus yang lupa saya kembalikan,untungnya saya ingat lalu kembalian itu saya tempel di faktur laundryannya yang sudah selesai. Ternyata beberapa hari kemudian dia menagih uang tersebut.  

Saya sedikit heran biasanya mahasiswa yang laundry tidak begitu dengan peduli dengan uang lima ratusan, saya senang saja karena ada mahasiswa yang peduli dengan uang walau sedikit, berarti ia menghargai uang yang dikirimkan oleh orang tuanya.

Di file film flash disk tersebut ada beberapa file dengan nama yang sudah tidak asing lagi, Luna Maya, Cut Tari... hmmmmm....  film dewasa yang beberapa tahun lalu menggegerkan bumi Indonesia ini.  Mengerikan, anak yang kelihatannya baik ternyata menyimpan film seperti itu.

Jadi ngeri, saya ingat anak-anakku, harus semakin banyak berdo'a kepada Allah SWT, agar dia yang Maha Kuasa selalu menjaga mereka.  Pernah dengar juga kalau film dan foto-foto seperti itu disebar oleh orang yang tidak bertanggung jawab melalui bluetooth di sebuah SD .... hiks....

Sedikit beralih tema saya jadi ingin cerita hape, bagaimana saya menyikapi hp untuk anak-anakku.  Saat si sulung kelas enam pernah diberikan hp jadul bekas abinya, hanya bisa sms dan telepon. Lingkungan di rumah memang kurang baik. Anakku sering banget di sms sama lawan jenisnya hanya untuk menanyakan lagi apa? Sudah makan belum? dsb... dsb..  Khawatir dengan pergaulan mereka, akhirnya saya melarang mereka memakai hape.

Anak-anakku sekarang sudah paham sudah tidak bergaul intens lagi dengan mereka, tapi saya tetap tidak memberikan mereka hp, kecuali kalau memang mampu beli sendiri, itu pun dengan berbagai syarat lainnya. Galak ya saya... xixixi... Konsekuensinya uminya hrs rela memberi kebebasan memimjamkan hp pada anak-anak.

Si tengah kelas lima karena sudah bisa membeli hp sendiri dari hasil tulisannya, jadi punya hp.  Tapi alhamdulillah dia mau berbagi sama kaka adik-adiknya. Alhamdulillah dengan cara seperti itu anak-anak tidak ada yang ribut ingin hp, dan saya pun bisa memantau pergaulan mereka juga. Over protective kah? Engga tahu ya... tapi saya  merasa aman dengan seperti itu.  Selama anak-anak tidak komplain, berarti kebutuhan hapenya terpenuhi dengan cara seperti itu, itu cukup menenangkan saya.  Kebetulan juga sekolah anak-anak walau ada yang di negeri (dulunya SMP RSBI) memang melarang siswanya membawa hape.

Saya hanya sedikit ngeri, mereka bisa mengakses foto-foto yang tidak layak mereka buka.  Saya takut anak-anak saya seperti mereka para mahasiswa yang sering saya temui.  Tidak semua dari mereka seperti itu, tapi saya berani berkata BANYAK dari mereka.  Buktinya para pegawai laundry sering menemukan film dewasa serta alat kontrasepsi di cucian mereka.

Hiks... Hiks... ya Allah lindungi kami, lindungi generasi muda negeri ini ya robbi...., lindungi anak-anak kami.  Jadikanlah mereka anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan hati kami. Aamiin Allohumma Aamiin.

9 Feb 2014

Mencari Titik Temu .... Bertemukah?

Cimahi, 9 Februari 2014

Bismillah,

Hati siapa yang tak sakit bila saudara kita berbeda akidah dengan kita?  Tentu saja ada rasa perih yang dirasa. Saya mengalami  hal itu.  Nenek dari pihak ayah saya  beserta sebagian besar dari anak-anaknya yang berarti uwak dan paman bibi saya adalah pengikut setia aliran ahmadiyah.  

Mereka dulu sangat aktif mendakwahi keluarga saya, bahkan saya, ibu dan kedua adik saya, harus dengan sangat menjaga ayah saya yang hampir saja tertarik dengan ajaran itu, alhamdulillah Allah SWT masih sayang kepada almarhum ayah hingga tidak tergoda untuk ikut aliran itu.  Sedikit banyak saya tahu ajaran itu, yang menurut pemahaman saya memang sesat dan menyesatkan. Bagaimana tidak? Mereka beranggapan ada nabi setelah nabi yang terakhir, padahal di al qur'an jelas Nabi Muhammad SAW penutup para nabi.

Hanya Allah yang tahu, betapa dari lubuk hati yang terdalam, tak ingin saya mengkafirkan suatu kaum dan mengatakan suatu ajaran sesat. Demi Allah, saya pun sama dengan yang lain, ingin kedamaian, tidak ada pertentangan, tidak ingin merasa diri benar.  Tapi Allah SWT sudah memberikan petunjuk yang begitu jelas berupa al qur'an dan hadist.  Tidak serta merta seorang yang cerdas dan berakhlak yang katanya bagus itu seorang sholeh dan di jalan lurus seperti pemahaman seorang sahabat saya.

Atas dasar keinginan yang luhur (ceileeeeeeh bahasanya) maka walau pun masih dalam kondisi pemulihan pasca kuret, saya pun memutuskan untuk pergi mengikuti suatu kajian yang begitu menarik.  Saya berharap mendapat banyak masukan baru dengan ikut acara ini.  Saya ingin lebih berempati dan berkhusnudzon kepada teman-teman yang meyakini aliran syiah sebagai suatu kebenaran.

Bagaimana tidak ?  Bedah buku yang berjudul "Mencari Titik Temu Syiah - Suni" ini memberikan suatu harapan baru bagi saya, judulnya menjanjikan sesuatu yang baru.  Harapan saya  pembicaranya tentu tidak akan menyudutkan pihak lain karena yang dicari adalah titik temu sesuai judulnya.  Oleh karena itu dengan badan yang belum pulih saya memaksakan diri untuk ikut acara ini di Gedung Harmoni jalan Budi Bandung.

Harapan tinggal harapan ternyata.... Pemateri yang seorang Doktor disebuah bidang agama Islam ini yaitu Dr. KH. Saeful Islam Mubarok, Lc MAg  tidak mewujudkan harapan saya.  Dari awal acara walau kebetulan saya agak terlambat (tapi hanya beberapa menit, saya tahu karena bertanya pada istri beliau yang kebetulan duduk disamping saya) sudah memperlihatkan kesesatan ajaran syiah.

Dimulai dengan memperlihatkan sebuah Video. Disana diperlihatkan bagaimana keakaraban seorang Ahmadinejad dengan para petinggi yahudi disebuah acara.  Mantan Presiden yang pernah berkoar-koar sebagai musuh nomor satu yahudi ini terlihat asyik bercengkrama di video yang tidak mungkin hasil rekayasa.  Ia bersalaman , cipika cipiki, tertawa bareng bahkan beliau mendapatkan sebuah penghargaan dari dedengkot yahudi berupa sebuah piala berak besar yang beliau terima dengan sumringah dan cipika cipiki lagi.

Video kedua, diperlihatkan bagaimana orang syiah sholat, video ketiga bagaimana mereka merayakan perayaan hari besar peristiwa Karbala.  Mengenang wafatnya Hasan dan Husen.  Di dalam video itu diperlihatkan bagaimana mereka menangis dan meraung, menyakiti diri sendiri hingga berdarah2 (saya harus menutup mata anak saya dan akhirnya meminta kedua anak saya bermain keluar, ngeri melihat adegan yg begitu sadis menyakiti diri secara berjamaah).   Melihat adegan ini saya langsung teringat sebuah hadist rasulullah yang melarang seseorang menangisi kematian seseorang sampai meratapi dan meraung.

Ustadz Syaeful Islam pun menambahkan bahwa beliau pernah melihat sebuah video pidato seorang dedengkot Syiah bernama Yasir Habib dihadapan umatnya yang tak terhitung banyaknya, sedang merayakan hari dimana mereka yakini sebagai hari Siti Aisyah dimasukkan ke dalam neraka.  Yasir Habib yang tenang dan kalem itu bisa sangat marah ketika berbicara tentang Siti Aisyah.  Saat ini diketahui Yasir Habib tengah mengalami azab di dunia berupa kanker di mulutnya hingga dia tak mampu lagi berkata suatu apa pun.

Ustadz Syaeful Islam pun menyitir sebuah hadist riwayat muslim yang mengatakan bahwa kelak pengikut dajjal terdiri dari 70.000 orang yahudi berasal dari sebuah tempat yang disebut Isfahan. Ternyata Isfahan nama sebuah provinsi di Iran yang berbatasan dengan Rusia.

Penasaran dengan isi buku saya meminjam buku tersebut pada seseorang yang kebetulan membeli buku itu. Buku tebal lebih dari 555 an halaman, terdiri dari empat bab. Bab Pertama: tentang sejarah; kedua: pengaruh sejarah terhadap aqidah, ibadah dan akhlak; ketiga: perbandingan antara syiah dan sunni, keempat jawaban dari pertanyaan apakah ada titik temu antara syiah dan sunni ini. Harganya Rp120.000, discount 10%, si emak ga beli karena pengennya yg discount 30% , mau beli di toko buku langganan dekat masjid Salman aja katanya heu heu....Ternyata dalam buku ini tidak secara langsung mengatakan ajaran ini sesat seperti pemaparan penulis di acara bedah buku ini. Buku ini lebih bisa dikatakan sebagai buku studi banding antara syiah dan sunni kemudian diperlihatkan kebenaran yang berdasarkan al qur'an.

Lalu apakah antara syiah dan sunni bisa mencapai titik temu?  Menurut buku ini hanya Allah SWT yang bisa menyatukannya sebagaimana Allah SWT dapat mempersatukan ahli kitab dengan para penyembah berhala.  Buku ini mengajarkan kepada kita untuk tidak menjadikan sejarah sebagai acuan.  Di buku ini kita bisa tahu bagaimana sebuah peristiwa bisa memiliki 13 pemaparan yang berbeda.  Jadi sejarah tidak bisa dijadikan acuan sebagaimana seorang syiah yang menjadikan sejarah sebagai acuan.  Sejarah bisa dibuat sesuai kepentingan masing-masing penulisnya. Al Qur'an menurut pengikut syiah terdiri dari 17.500 ayat, al qur'an yang sekarang menurut syiah telah dieleminir oleh para sahabat yang telah kafir sepeninggal rasulullah SAW seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Siti Aisyah. Kita bisa mengambil kesimpulan kalau mengikuti pendapat syiah ini berarti rasulullah telah gagal mendidik dan mengkader para sahabat.

Buku ini memaparkan juga bahwa sesungguhnya Syaidina Ali memiliki 33 putra putri berasal dari 12 kali pernikahan syaidina Ali (tentu saja dalam waktu berbeda, maksimal dalam waktu yang sama kan hanya dibolehkan empat orang saja).  Dipaparkan juga bahwa diantara putranya itu dinamai Umar dan Abu Bakar.  Bagaimana mungkin Syaidina Ali menamai anak-anaknya dengan seseorang yang dibencinya?  Pemahaman ajaran syiah, begitu membenci Abu Bakar dan Umar.  Ahlul Baith menurut syiah adalah Ali, Fatimah, Hasan, dan Husen. Sementara yang sebenarnya ada putri Ali yang bernama Ummu  Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khotob.

Terakhir beliau mengatakan dan mewanti-wanti agar kita harus banyak memperdalam al qur'an dan hadist.  Tidak cukup hanya tilawah, tidak cukup membaca artinya.  Seorang muslim harus betul-betul mengetahui isi kitab yang menjadi acuan hidup dan kehidupannya.

Jadi bagaimana sikap kita?  Saya setuju sekali dengan ucapan yg dikatakan Mohammad Natsir yang disitir oleh KH Miftah Faridl di kata pengantar buku ini yang mengatakan janganlah pengikut syiah menyebarkan ajaran di kalangan pengikut sunni dan begitu pula sebaliknya janganlah pengikut sunni menyebarkan ajarannya di pengikut syiah.

KH Abdullah Gymnastiar:

“Jika kita menyikapi urusan dg hati yang bersih, pikiran jernih, keilmuan yang benar, luas dan mendalam disertai informasi yang BAL (Benar, Akurat, Lengkap), Insya Allah kita akan mengambil sikap yg tepat dan bijak. semoga hadirnya buku ini menambah pengetahuan dan wawasan kita sehingga semakin tepat dalam menyikapi persoalan ini. Wallahua’lam.”



8 Feb 2014

Menjadi Pengusaha, Sulitkah?


Cimahi, 19 Januari 2012

Bismillah

Untuk menjadi sebuah negara maju, negara kita memerlukan minimal 2%  dari penduduknya menjadi pengusaha. Sebetulnya 2% itu sedikit ya? Tapi bila itu dari seluruh jumlah penduduk Indonesia, jumlah yang cukup banyak pastinya. Dan negara kita baru memiliki sekitar 400 ribu an pengusaha atau setara dengan 0,18 persen saja dari jumlah penduduknya.

Miris ya...?
Lalu apa sih sebenarnya yang menghambat kita untuk menjadi pengusaha? Padahal kita tahu Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah dari perdagangan. Lalu kita pun tahu bahwa sembilan dari sepuluh sahabat rasulullah yang dijamin masuk syurga adalah para pengusaha (saudagar).

Berwirausaha sulitkah?

Ada banyak hal yang membuat kita takut melangkah ketika akan memulai suatu usaha. Yang pasti sih takut rugi ya? (Saya banget gitu lho...). Lalu karena takut rugi maka sebelum kita melangkah banyak hal yang kita lakukan. Studi kelayakan, menguasai teknis, mengamati pesaing,mengumpulkan modal, mencari lokasi,mencari karyawan dan lain sebagainya. Lalu ketika hasil survey  tidak prospektif selangkah demi selangkah kita mundur beralih mempertimbangkan bisnis yang lain. Terus kapan mulainya dong?

Waktu kita lulus kuliah dulu terpikir engga sih untuk berbisnis? Kalau saya enggak deh. Yang kepikiran ngelamar kemana nih? Atau dilamar siapa niih hehehe...Kenapa ya? Apakah menjadi seorang pebisnis ini memerlukan bakat turunan?  Mengingat bidang ini di negara kita banyak dikuasai oleh teman kita turunan Cina. Kalo memang bakat, bukankah kata lagu "Nenek moyangku seorang pelaut..." Pelaut ya...! bukan nelayan. Pelaut kan dari lautan menuju lautan, dari samudra menuju samudra. Untuk apa? Ya berdagangkan? Nenek moyang kita pedagang lho! Jadi kita semua punya bakat di bidang itu hihi..  

PR besar bagi negara kita untuk menciptakan para enterpreuneur baru. Dan ini semua bermula dari sistem pendidikan yang harus diubah. Mengapa demikian? 

Pendidikan di negara kita sangat memanjakan otak kiri. Dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi terlebih pasca sarjana, otak kiri lah yang banyak di asah. Sementara otak kanan hanya dilatih ketika pendidikan di usia dini saja, play grup dan taman kanan-kanak. Otak itu seperti pisau semakin di asah semakin tajam, tidak diasah akan tumpul.  Jadi jangan heran kalo negara kita banyak yang jago otak kirinya. Otak kanan golongan minoritas!

Sementara untuk terjun  di dunia bisnis, otak kananlah yang berperan. Kalau otak kiri yang kita gunakan ujung-ujungnya selalu banyak pertimbangan, urut - urut dan terencana. Menjadi pebisniskan harus kreatif, imajinatif, intuitif berani menghadapi perubahan dan resiko. Semua itu otak kanan kitalah yang berperan. Jadi jangan heran kalau di negara kita lebih banyak yang menjadi karyawan daripada menjadi pedagang. Enterpreuneur itu minoritas !!

So.... mulai sekarang saya harus mengasah otak kanan anak-anakku juga dong ...  
PR lageeee.......!!

Menyiapkan Generasi Robbani (Tips untuk Ibu Hamil )

Cimahi, 8 Desember 2013

Bismillah,

Seorang ibu adalah
+




Pencerdasan anak-anak yahudi ternyata sudah dimulai sejak persiapan awal melahirkan. Setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, maka si ibu akan lebih sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan, kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya "Apakah ini untuk anak mu ?”

"Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." jawab ibu itu.

Peristiwa ini membuat Stephen tertarik untuk mengikuti terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam (almond) dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya adalah roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak, sedangkan kepala ikan mengandung kimia yang tidak baik dan dapat merusak perkembangan serta penumbuhan otak anak di dalam kandungan. Ini adalah adat dan semacam kewajiban orang-orang Yahudi ketika ibu-ibu mengandung, yakni mengkonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang-orang Yahudi. Pada setiap undangan yang sama, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet) ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, maka tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi campuran ikan dan daging tidak bagus dimakan bersama, salad dan kacang harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah-buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika anda diundang ke rumah Yahudi anda akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi/roti) dahulu kemudian buah-buahan akan menyebabkan merasa mengantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel merokok adalah tabu, apabila anda diundang makan dirumah Yahudi jangan sekali-kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh anda keluar dari rumah mereka, menyuruh anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusak sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh) suatu penelitian dari ilmuwan gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah-buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas, rata-rata mereka memahami tiga bahasa yakni : Hebrew, English, dan bahasa Arab. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain biola dan piano, ini adalah suatu kewajiban.

Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ, sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Menurut para ilmuwan Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak, tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak-anak Yahudi diajari matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatannya, Stephen mengatakan "jika dibandingkan dengan anak-anak di California dalam tingkatan IQ-nya, bisa saya katakan 6 tahun ke belakang!!"
Segala pelajaran akan dengan mudah ditangkap oleh anak Yahudi.

Selain dari pelajaran tadi, olah raga juga menjadi kewajban mereka. Olah raga yang diutamakan menurut teman Yahudinya Stephen adalah memanah dan menembak karena dapat melatih fokus otak. Di samping itu menembak adalah bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tingkat menengah. Di sini murid-murid di perdalam dengan pelajaran sains. Mereka di dorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadang kelihatannya lucu dan memboroskan tetapi diteliti dengan serius. Apalagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi. Satu lagi yang diberi keutamaan adalah fakultas ekonomi, saya sungguh terperanjat melihat begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi.

Di akhir tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus mempraktekkannya. Anda hanya akan dinyatakan lulus jika team anda (10 orang setiap kelompok) berhasil mendapat keuntungan sebanyak US$ 1 juta. Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. Kesimpulan pada teori Stephen adalah melahirkan anak & keturunan yang cerdas adalah keharusan, tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalam, bahkan mungkin perlu proses melewati beberapa generasi.

Rindu

Cimahi, 8 Februari 2014

Bismillah,

Saya tidak sedang merindukan seseorang, saya tidak sedang rindu pada sesuatu, saya tidak sedang rindu pada menulis.  Lalu mengapa tulisan ini berjudul rindu? Saya rindu pada sebuah semangat belajar yang kurasakan dulu.  Semangat belajar menulis yang cukup menggebu yang pernah kumiliki. Semangat belajar yang menghasilkan beberapa buku antalogi, baik yang sudah terbit maupun yang akan terbit.

Ini tulisan pertama di tahun ini, tulisan yang akan menjadi saksi hidupnya kembali semangat yang menggebu.  Tidak banyak tulisan yang kutoreh di tahun 2013 kemarin, hingga banyak moment yang luput kurekam sebagi kenangan rekam jejak kehidupanku yang menyenangkan....

Beberapa peristiwa yang menarik yang masih kuingat adalah saat mengantar si tengah Fathiya Amatullah yang mengikuti KPCI untuk ketiga kalinya di Jakarta.  Tahun 2013 ini diadakan di Hotel Twin Plaza Jakarta Barat.

Hadeuuh Menjungkel Beginong

Terbitnya buku antalogi terbaruku



Buku terbaru kakak :



Fathiya menulis lagi....
 



Kelihatannya tahun ini saya akan mulai aktif lagi belajar menulis, tak ada target, tapi saya berjanji I do My Best.  Sebagai langkah awal besok saya mau beli keyboard komputer sebagai penunjang yang sangat mempermudah proses menulis.

Salah satu faktor yang membuat saya dan anak-anak menjadi agak sulit bin malas menulis karena sarana yang tidak support.  Laptop rusak, tab juga rusak, bb hilang, kompi satunya lagi rusak, yang sedang dipakai ini keyboardnya amburadul bikin bete setengah hidup karena beberapa huruf hilang, hurufnya ada tapi ketika tuts di ketik hurufnya tak tampak dilayar seperti huruf:  n, b ? - angka dan beberapa yang lain.  Huruf2 hilang itu jadi pakai On Screen Keyboard kalau mau nulis.  Betul betul bikin repot.

Yaah begitulah suka dukanya, masih banyak pengalaman yang tak sempat terekam, nanti sajalah kalau sudah beli keyboard.... mudah2a tahun ini bisa beli laptop plus CPU anyar.  Aamiin Allohuuma Aamiin.

14 Des 2013

Mengapa Tak Kutinggalkan? Karena Aku Bahagia Ada Di Sini

Cimahi, 14 Desember 2013

Bismillah,

Tergelitik dengan sebuah pertanyaan yang isinya kurang lebih "Kalau niatnya untuk mencari ridla Allah kenapa yang dulu kau tinggalkan?"  Walau pertanyaannya tidak ditujukan khusus untukku, tetapi aku yang pernah meninggalkan sesuatu tentu saja tergelitik untuk menjawabnya.

Kenapa aku disini sekarang?  Bertahan lebih dari tujuh belas tahun, sementara yang dulu aku hanya 'kuat' dua tiga tahun saja. Mengapa diriku kuat selama itu ada di sini? Padahal aku muda dulu sering loncat sana loncat sini? Mencari apa yang ingin kudapati.

Disini bersama wajah wajah teduh, kalian saudaraku yang saling menguatkan saling mengingatkan.  Memutabaah amal harianku, mengingatkan untuk selalu ikhlas beramal, mengingat tempat kepulangan kita yang abadi. Biarlah orang lain berteriak sesuai keinginannya. Tak kenal maka tak sayang...

Aku bahagia di sini teman.... Biarlah ini menjadi tempat akhir perjuanganku. Aku senang di sini. Selalu tertantang untuk membersihkan hati, meluruskan niat, selalu... bila tidak mudah tergelincir nanti.

Bukankah zaman rasulullah dulu saat perang penuh dengan iming iming ghanimah yang menggiurkan ?  Bukankah zaman rasulullah dulu para sahabat banyak mengorbankan hartanya untuk berperang ?

Kalau sekadar berkumpul, mengaji, mengkaji ilmu yang begitu sistematis dan terarah, saling menguatkan, saling mengingatkan itu sudah dan sedang kami alami.  Aplikasi dari apa itu ikhlas, apa itu jihad itu tuntutan yang kami hadapi sekarang...

Banyak onak dan duri, banyak yang tumbang, ada yang terlena, ada yang terperosok.  Itulah perjuangan yang menuntut kita untuk segera bangkit kembali dari keterlenaan.  Karena itulah hakikat perjuangan, penuh dengan tantangan.

Kalau kami boleh memilih tentulah kami lebih senang saat dulu kami mengawali, tapi itu hanya teori saja tak pernah kami teruji untuk mengaplikasikannya dalam realita kehidupan.

Kami berkumpul bersama dalam satu lingkaran tanpa saling berebutan untuk mendapatkan sebuah kursi duniawi yang menggiurkan dan melenakan.  Kami duduk bersama saling mengingatkan, saling menyemangati... Aih sebuah keindahan yang sulit aku temukan di tempat yang lain.

Wajah wajah itu, yang berkorban waktu dan tenaga serta harta untuk sesuatu yang tak mungkin ia dapatkan karena ia tidak berkesempatan..... wajah wajah penuh keikhlasan... untuk Indonesia yang lebih baik.  

Teman..., aku bahagia disini...... Bersama saling menguatkan memerangi musuh dalam diri maupun musuh yang nyata yang tidak menyukai kejayaan Islam...

Kalau kau katakan HT itu sistem melawan sistem, kenapa saat dulu ribut RUU Ormas mereka datang sowan kepada kami untuk bahasa halusnya minta tolong agar kami berjuang untuk menolak RUU yang akan menghasilkan rezim yang represif...

Teman, ada sini membuat kami lebih berarti... lebih berguna untuk masyarakat, tidak untuk diri sendiri, jangan bersuuzon dengan niat niat duniawi karena niat adalah amalan hati.... Ribuan dari kami turut berjuang untuk menghantarkan satu dua orang dari kami yang terbaik.....

Di sini memang kami sering babak belur, banyak yang terpeleset, tapi itulah hakikat perjuangan, penuh onak duri, kami harus selalu menjaga hati, harus selalu bertarbiyah dzatiyah...... 

Kalau hanya duduk melingkar mengkaji dan mengkaji tidak ada aplikasi apalah artinya.  Bukankah sebaik baiknya manusia adalah yang paling banyak kemanfaatan untuk orang lain....

Teman kalau kau katakan demokrasi adalah produk kafir yang haram, engkau harus membaca ini http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/22/berpartai-adakah-contohnya-dari-nabi/.

Untuk teman temanku... fastabiqul khoirut lebih baik, daripada mencaci...  Karena kami mempunyai hujjah yang akan kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti, kau pun memiliki hujjah... bukan?  Saling menghormatilah... Bukankah sebaik baiknya bekal untuk akhirat nanti hanyalah TAQWA.?

13 Des 2013

Anak Bungsu, Memang Bedakah ?

Cimahi,  13 Desember 2013

Bismillah,

Ada yang berbeda di acara arisan hari itu, sepulangnya acara itu aku jadi banyak berpikir tentang anak bungsu.  Bukan tanpa alasan, saat acara arisan temanku bercerita tentang anak bungsunya yang mogok tidak mau melanjutkan sekolah. Si bungsu lebih suka ikut mamanya kemana mamanya pergi.  Usianya menjelang empat tahun, lucu, tidak gemuk tapi berisi, putih, wajahnya tampan rupawan.

Aku jadi teringat pada bungsuku Maghfira Aulia Amatullah yang biasa kupanggil Maghfi, bungsuku yang 7 Desember kemarin tepat berusia enam tahun.  Dua kali mengalami pengalaman yang sama, mogok sekolah, sesuatu yang tak pernah terjadi pada keempat kakak-kakaknya. Bukan hanya masalah biaya, pikiranku pun cukup tersedot dengan masalah ini.  Hal sama juga terjadi pada bungsu seorang temanku yang lain, sering malas malasan pergi sekolah. 

Pertama kali kami memutuskan Maghfi sekolah karena keinginan Maghfi yang setiap hari merengek ingin sekolah.  Akhirnya dengan pertimbangan dekat dan sudah punya pengalaman dengan sekolah itu karena ketiga kakaknya pernah sekolah di sana, akhirnya kami memutuskan memilih sekolah tersebut.  Sejak awal Maghfi selalu ingin ditemani, ditunggui terus menerus.  Ketika berhasil dilepas, aku mendapat laporan Maghfi menangis.  Ternyata setelah ditelusuri Maghfi ketakutan terhadap kata kata bu guru yang mengatakan yang bisa jawab boleh pulang.  

Dalam benaknya terpikirkan yang tidak bisa berarti engga boleh pulang...hihi... pemikiran lugu anak anak tapi harus menjadi pelajaran pada gurunya untuk hati hati dalam memilih kata.  Kali yang lain, Maghfi ribut masalah kuku, setiap mau pergi sekolah ia ribut kukunya, sudah pendek atau masih panjang.  Ternyata ia pernah ditegur karena kukunya panjang.  

Maghfi mogok.  Tidak mau sekolah.  Akhirnya kami memutuskan mencari sekolah yang lain.  Aku menemukan sebuah sekolah kecil, sekolah rintisan dari sekolah besar.  Pemiliknya seorang kristiani konsultan sekolah sekolah yang konon memiliki reputasi yang bagus.

Hasilnya sama saja, Maghfi selalu merasa tidak nyaman. Ingin ditemani, sekolah berkonsultasi dengan sang guru yang juga pemilik sekolah tersebut akhirnya aku harus membiarkan Maghfi menjerit jerit nangis setiap kutinggalkan sekolah.  Seminggu semua itu kami lalui.  Setiap hari ada saja janji yang harus kuberikan padanya, agar mau berangkat sekolah, beli sepatu lah, beli baju lah, mainan dan sebagainya.
Aku tahu Maghfi kesulitan mendobrak zona nyaman yang ia rasakan selama ini. Tidak bisa kupungkiri si bungsu memang mendapat perhatian yang lebih dari orang tuanya.  Bukan karena kami pilih kasih tapi itu lah yang terjadi.  Bungsuku memang memiliki waktu lebih banyak untuk mendapat perhatian daripada kakaknya.  Bagaimana tidak,  kalau kakak kakaknya dua atau tiga tahun sudah mendapat 'saingan' adik baru, sehingga perhatiannya terbagi. Sementara si bungsu tidak mendapat saingan lain bahkan kakaknya pun turut memberikan perhatian pula.

Kami orang tunya harus mendobrak hal itu. Harus mencari sekolah yang membuatnya merasa nyaman hingga bisa sedikit melupakan kenyamanannya di rumah.  Alhamdulillah akhirnya kami menemukan sebuah 'sekolah' yang cocok untuknya.  

Sebetulnya awalnya kami masih merasa sedikit ragu, karena sekolah yang dipilihnya berbeda dengan yang lainnya.  Juga level sekolah yang di atas usianya.  Ketika Maghfi masuk usianya masih 5 tahun 7 bulan padahal sekolahnya level SD. 

Tapi memang ajaib sih, hari pertama saja Maghfi sudah bisa kulepas setelah lima belas menit menunggu.  Hari kedua sempat mogok, tapi dengan sedikit ancaman akhirnya ia mau sekolah. Ketika di sekolah baru lima menit nunggu, aku sudah 'diusir' nya untuk pulang padahal sebelumnya ia wanti -wanti minta ditunggui.

Setiap hari pun Maghfi terlihat semangat untuk sekolah.  Pulang sekolah selalu tertidur, satu dua jam dia terbangun, kemudian yang ditanyanya besok hari apa? Pakai seragam apa? Kemudian dia menyiapkan bajunya untuk besok, terkadang ia mencuci kaos kakinya kalau terlihat kotor.

Keraguan menyekolahkannya terlalu dini terhapus sedikit demi sedikit melihat dia enjoy. Aku mendengar kalau menyekolahkan terlalu dini nanti anak bosan dan mogok di tengah jalan.  Mudah- mudahan tidak untuk Maghfi, mengingat sekolahannya yang homescholling grup yang tidak seperti sekolah biasa.  Sampai sekarang Maghfi belum diajarkan membaca dan menulis karena menurut gurunya sebelum usia tujuh tahun anak fokus mengoptimalkan kemampuan pendengarannya.

Seperti kakaknya Fathiya yang bisa membaca secara mandiri, Maghfi juga terlihat seperti itu, walau belum pede untuk membaca.  Kerajinannya belajar membuat ia terlihat sebetulnya sudah bisa membaca.  Ia sudah bisa menulis seperti ini misalnya: Cita citaku jadi penulis, Umi aku penulis, kaka aku penulis. Jadi aku mau jadi penulis.  Atau disaat lain dia menulis cerita tentang sesuatu yang ujung- ujungnya entah inspirasi darimana selalu ada cerita ayam mati... hehe... 

So far so good.... mudah-mudahan semua lancar selalu ya sayang....