blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

12 Jun 2016

Kado Lebaran untuk Adikku


Hari Raya Idul Fitri atau biasa disebut dengan hari lebaran adalah hari kebahagiaan umat Islam. Setelah sebulan penuh berpuasa berharap mendapat ampunan, berkah dan terbebas dari siksa api neraka, di hari lebaran umat Islam merayakan hari lebaran dengan penuh kebahagiaan.  Usai Ramadhan biasanya disambung dengan acara silaturahmi dengan keluarga besar dan kerabat.  Begitu pula dengan kebiasaan keluarga besarku, beberapa hari setelah Idul Fitri tiba, keluarga besar kami akan berkumpul bersama untuk bersilaturahmi dan saling maaf-memaafkan.

Saat itu Idul Fitri tahun 2013, orang tuaku kebagian menjadi tuan rumah acara.  Berhubung hanya adik bungsuku  beserta keluarganya yang tinggal menemani ibuku yang hanya sendirian di rumah, akhirnya adikku yang bernama Eni inilah yang paling sibuk menyiapkan segala sesuatunya.  Karena kebetulan juga ia baru melahirkan melalui operasi sesar, akhirnya ia sudah mulai mencicil persiapan beberapa hari sebelumnya, agar tidak terlalu capai.


Hari itu, tiga hari menjelang lebaran, pagi hari Bi En begitu biasa kami memanggil, meminta suaminya untuk membeli es krim untuk acara halal bihalal nanti.  Tak dinyana, di hari itu pula saya mendengar kabar kalau Maizar suaminya Bi En kecelakaan. Maizar yang saat itu mengendarai motor ditabrak supir angkot yang ngantuk, sang supir angkot lepas kendali hingga melewati pembatas jalan dan menabrak Maizar yang sedang naik motor dengan membawa dua ember kecil berisi es krim.

Sumber: Fesbuk Maizar

Tak ayal lagi motor yang dikendarain Maizar pun hancur,  keadaan Maizar masih sadar, tapi ia tidak bisa bangun, darah mengucur di kepala dan kakinya.  Rupanya kepalanya terbentur, sementara kakinya tergencet kendaraan yang beradu cukup keras itu.  Beruntungnya Maizar masih sadar untuk menelepon istrinya walau dengan suara yang tidak begitu jelas.

Saya yang menerima kabar itu dari Bi En, ditemani suami  segera menuju rumah sakit yang disebutkan adikku.  Sesampainya di sana saya hampir tak kuat melihatnya karena melihat luka dan darah yang masih terlihat di kepala dan wajahnya.  Maizar tampak terbaring, tanpa bisa menggerakkan kaki kanannya.  Adikku sendiri tak bisa menjenguk karena ada bayi, sementara badannya pun belum terlalu kuat sehabis melahirkan.  Makanya dia memintaku untuk menjenguk dan melihat keadaannya.  Kasihan sekali adikku, suami kecelakaan, ia pun tak bisa menjenguknya apalagi menemani.

Rumah sakit tempat Maizar di rawat ternyata tidak sanggup merawat kaki Maizar yang mengalami remuk di lututnya.  Tempurungnya pecah, hingga membutuhkan operasi khusus.  Beberapa rumah sakit yang ditelepon pun menyatakan ketidaksanggupannya karena memang operasi lutut ini membutuhkan perlengkapan khusus. Akhirnya Maizar pun dibawa ke rumah sakit khusus tulang, di Bandung hanya ada satu yaitu Rumah Sakit Khusus Bedah Halmahera.

Tak cukup hanya di situ, setelah harus memindahkan Maizar ke RSK Bedah Halmahera, kali ini kami kesulitan darah.  Operasi lutut ternyata membutuhkan banyak persediaan darah segar.  Dan golongan darah Maizar adalah AB, sementara persediaan di PMI untuk golongan darah AB ternyata sedang kosong.  Sebetulnya golongan darah Bi En sama dengan Maizar tapi kondisinya yang sedang menyusui dan baru saja di operasi tidak memungkinkan baginya untuk menyumbangkan darahnya.

Saat-saat seperti inilah baru saya paham betapa pentingnya persediaan darah bagi PMI, selama ini mungkin kurang menghayati pentingnya  mendonorkan darah kita karena kita tidak sedang mengalaminya.  Ternyata jauh di luar sana banyak orang yang membutuhkan darah yang kita sumbangkan, bahkan untuk menyambung nyawanya...

Suamiku yang kebetulan memiliki banyak relasi meminta teman-temannya untuk menyebarkan berita tentang kebutuhan darah golongan darah AB ini. Tak lama berselang beberapa temannya menghubungi suamiku untuk menyumbangkan darahnya.  Suamiku pun segera mengarahkan teman-temanya untuk menyumbangkan darahnya ke PMI.



Alhamdulillah,  setelah persediaan golongan darah AB terpenuhi, akhirnya Maizar pun berhasil di operasi.  Mesti tidak langsung sembuh, tetapi pertolongan pertama untuk kakinya yang remuk segera dapat diatasi. Setelah itu akan ada masa penyembuhan yang memakan waktu berbulan-bulan, Maizar  hanya bisa terbaring lama di kasurnya.

Setelah itu Eni adikku harus berjuang merawat dua 'bayi', satu bayi kecil yang baru dilahirkannya dan satu lagi Maizar yang kembali seperti bayi karena harus dirawat dengan seksama, dimandikan, disuapin dan diterapi karena harus mulai berlatih berdiri, duduk lalu berjalan.  Belum mereka pun bolak - balik ke RSK Bedah Halmahera yang lumayan jauh dari rumah.  Selain itu biaya operasi yang lebih dari 40 juta rupiah tentu saja jadi pikiran tersendiri.

Semua itu sudah berlalu, kini Maizar sudah kembali normal, peristiwa itu menjadi sebuah kado lebaran untuk adikku.  Kenapa musibah disebut kado?  Kadang sesuatu yang terasa pahit oleh kita, kita anggap sebagai sebuah keburukan, padahal di balik semua itu Allah SWT telah mempersiapkan kebaikan yang berlipat.  

Sebuah kado dari Tuhan untuk hambaNya yang bila sabar ia akan mendapat sesuatu yang jauh lebih baik dari kepahitan yang ia dapatkan.  Dan inilah yang adikku rasakan,  berlimpah keberkahan ia dapatkan setelah ia lalui semua kesulitan itu dengan penuh kesabaran...

Sebuah peristiwa yang membuka mataku untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT, dan juga sebuah pelajaran untuk berupaya selalu berbagi atas apa yang kita miliki, karena jauh di luar sana banyak orang yang membutuhkannya.  

Sumber: lampost.co

Seperti mendonorkan darah kita di PMI yang selama ini jarang kita pedulikan dan sering kita lupakan, saat kita mengalaminya barulah kita sadar dengan melakukan itu kita telah membantu banyak orang yang membutuhkannya bahkan untuk menyambung nyawanya. Semoga jangan sampai terjadi, kita merasakan betapa kita membutuhkan darah, baru kemudian menyadarinya. Mari kita rasakan betapa indahnya berbagi...



26 komentar :

  1. Waduh, mak. Aku jadi tersentak nih >.< selama ini belum pernah donor darah krn alasan takut jarum suntik. Sebenernya kepengen bbnget, cm kadang... ah entahlah :(

    Habis baca ginian, next kalo ada acara donor darah aku mau ikut. Hitung2 beramal :)


    tulisandarihatikecilku.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mba amalan yg sangat bermanfaat pastinya :)

      Hapus
  2. Kado lebarannya bener2 spesial ya Teh

    BalasHapus
  3. aduh jadi negbayangin waktu suamiku kecelakaan , butuh darah B yang susah adanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyu dia...banyak banget yg perlu darah kita ternyata :)

      Hapus
  4. Pengen bnget bisa jadi donatur darah. Tapi sayangnya tubuhku ga dukung buat itu :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa beramal yg lain aja...hihi...ini mah buat yg memenuhi syarat. Sy jg ga bs da... :(

      Hapus
  5. ulu termasuk sering donor darah, dari jaman kuliah sampe sekarang. pengalaman nerima donor pernah juga, satu tabung darah waktu abis operasi patah tulang. heuheuheueu....ternyata nerima darah lebih bikin stres daripada donorin darah heuheuheu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sudah jd pedonor darah ya :)
      Kenapa stress teh...karena mau dioperasi kayaknya ya :)

      Hapus
  6. Iya ya, berbagi di bulan Ramadhan bisa juga dgn donor darah. Tapi kalau lagi puasa emang boleh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh kok mba, sdh ada fatwa MUI nya, tp hrs mentingin kesehatan jg :)

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. dulu waktu SMA sering ikut donor.. alhamdulillah banget. hehe

    BalasHapus
  9. Wah keren bisa donor darah..berarti sehat fisiknya :)

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Darah seperti penyambung nyawa seseorang ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup mba....sangat diperlukan dlm situasi genting spt operasi :)

      Hapus
  12. Donor darah juga bisa sebagai wujud bentuk kepedulian kita terhadap sesama manusia,ya

    BalasHapus
  13. kalau Papih memang sudah ada niatan pengen coba, klo saya sudah ditolak terus sejak SMA karena BB gak lebih dr 45kg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba suamiku jg suka donor darah, tp sy tdk krn sy sering kurang darah. Kita ganti dgn berbagi yg lain aja :)

      Hapus
  14. donor darah adalah salah satu alasan saya untuk menaikkan berat badan. beberapa kali mau donor, bb kurang muluuuuu XD

    BalasHapus
  15. saya belum pernah donor darah, kebetulan tensi darah sy cenderung rendah..
    di bekam pun katanya gaboleh.. >.<

    BalasHapus
  16. Postingan ini jadi reminder banget buatku, Mbak. Dulu pengin donor tapi belum bisa. Sekarang, kemungkina bisa, malah lupa terus. Duh, malu. :(

    BalasHapus
  17. sebenernya pengen sih donorin darah, tapi kok takut ya mba,ngeri-ngeri gimana gitu

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^