blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

10 Jul 2015

Ketika Seseorang Menemukan Passionnya (Hikmah Perjalanan Bandung Jakarta)

Cimahi, 30 Januari 2012


Bismillah,
Sebuah perjalanan menarik kualami hari Minggu, 29 Januari 2012. Hanya ke Jakarta saja, tapi benar-benar perjalanan yang sangat menyenangkan.  Perjalanan penuh pelajaran berharga di dalamnya. Ceritanya, saya dan sulungku Kak Azizah, Alhamdulillah lolos audisi sebuah naskah  novel anak di babak pertama, peserta yang lolos berhak untuk mengikuti acara Workshop First Novel di Jakarta hari minggu, 29 januari 2012.
Karena acaranya dimulai jam 09.00 dan lokasinya cukup jauh di daerah Rawamangun, saya dan kakak pergi pagi sekali.  Naik Travel Cipaganti keberangkatan jam 05.45. Tiba di kantor masih tutup karena kami tiba kepagian, masih jam 05.20.  Sengaja berangkat cepat sebelum si bungsu bangun, takut terjadi kericuhan karena sudah dapat dipastikan sedu sedan akan mengiringi keberangkatanku.

Selang beberapa saat, tiba seorang bapak berperawakan kecil, berpayung karena ternyata shubuh itu hujan.  Kusapa, dia menjawab ramah. Kukira pegawai Cipaganti Travel ternyata penumpang yang hendak berangkat juga.  Menariknya ketika pegawai datang, si bapak ternyata seperti sudah kenal dekat dengan pegawai itu, saling melempar senyum, saling sapa dan bersalaman. Sambil menanti keberangkatan saya terlibat percakapan yang menarik dengan si Bapak, kak Azizah hanya menjadi pendengar saja. Si Bapak terlihat sumringah. Benar saja, ia pergi ke Jakarta untuk menjemput anaknya yang tadi malam menjuarai lomba Drumer se Indonesia.

Percakapan terhenti, driver sudah datang, waktu keberangkatan sudah saatnya. Menariknya lagi, ternyata si driver pun kenal erat dengan si Bapak. Si Bapak memilih duduk dekat driver, saya dan kakak memilih duduk tepat di belakangnya.  Jadilah kami bertiga terlibat percakapan seru sepanjang perjalanan.Si driver ternyata kenal dekat dengan si Bapak. Rupanya dia orang tua murid si Bapak. Si Bapak mempunyai sekolah musik di cimahi, ia bersama sang istri mengajar, gitar klasik, piano dan keyboard.  Percakapan kami jadi semakin nyambung. Bukan karena saya senang musik, sama sekali tidak. Bahkan anak-anakku pun yang ikut les musik sebenarnya tidak terlalu menyukai musik, biasa sajalah… berlatih kalau les tiba…. Standar, hanya ingin melatih otak kanannya saja, yang belakangan ketika workshop saya tahu, ternyata menguasai alat musik berguna untuk kemampuan menulisnya. Saya hanya bertanya yang berkaitan dengan les musik.

Saya tertarik pada apa yang kami bicarakan. Ternyata anaknya yang kemarin juara se Indonesia itu akan mengikuti lomba di Jerman dan mendapat beasiswa sekolah drum selama enam bulan di Amerika Serikat.  Yang menarik adalah perjuangan si anak.  Ia rajin berlatih tiga jam sehari tanpa diminta, petatah petitih sang bapak tentang kehidupan pun syarat dengan makna.Tanpa melihat prestasi dia di bidang apa.
 
sumber:strategimanajemen.com

Saya dapat mengambil pelajaran tentang arti kesungguhan ketika seseorang sudah menemukan passionnya. Tentang semangat dan motivasi yang harus ditularkan orang tua terhadap anak. Terhadap gaya mendidik anak. Luar biasa !!  Inspiratif. Bapak itu menjadikan anaknya sebagai seorang teman dan tidak memaksakan kehendaknya. Mau jadi apa terserah. Mau jadi tukang beca asal itu pilihan anaknya terserah. Tapi si anak harus bertanggung jawab terhadap pilihannya, “Setahun kamu jadi tukang becak, tapi setahun kemudian harus jadi juragan becak” begitu ucapnya. Saya juga tidak suka memaksakan kehendak…, tapi membiarkan anak jadi tukang becak… tak sampai hatilah, walau setahun kemudian jadi juragan becak hihi….
Perjalanan jadi tak terasa, belakangan saya tahu nama bapak itu, saya lupa panjangnya tapi biasa dipanggil Ari. Ternyata bapak Ari itu pencipta lagu Himne sekolah si sulung yaitu SMPN I Cimahi.

Ketika turun karena harus transit di km 32, saya berseloroh pada kaka… “Waah kaka ketemu pencipta lagu hymne sekolahnya niih ...”  Dan kami berdua pun tertawa ……

5 komentar :

  1. memang benar, mendidik anak tidaklah harus dengan kekangan, biarkan dia mencari pessionnya sendiri dan kita hanya perlu membimbing dan mendidik :)

    BalasHapus
  2. Saya mencoba untuk bisa bersikap seperti itu, Mb Ida. Memberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan warnanya masing-masing. Kebetulan sulung saya suka ikut2an nulis dan ngeblog, ya cucok deh... kami bisa ngobrol asyik berdua klo sudah ngomongin ttg buku dan ngeblog. Malahan sekarang pinteran dia utak-atik kode html di blog. Klo saya sih pasrah aja lah utk urusan desain blog, mumet banget soalnya klo kudu mantengin kode-kode html :)

    BalasHapus
  3. kalau anak udah ketemu passionnya mereka enjoy dan ga gampang ikut arus pergaulan negatif ya

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. inspiratif banget mba, Jadi pembelajaran berharga buat saya yang memang sedang belajar membesarkan anak-anak kami,.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^