blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

24 Mei 2020

Indikator Kesuksesan Ramadhan Kita




Indikator Kesuksesan Ramadhan Kita  Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan  nikmat iman, nikmat Islam nikmat sehat, nikmat usia hingga bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan.  Tak terasa ya..Ramadhan pun telah usai.. Waktu begitu cepat, serasa baru kemarin kita memulainya.


Adakah Indikator Kesuksesan Ramadhan Ada Dalam Diri?


Kita semua tentu berharap semoga semua amal ibadah  mendapat  penerimaan terbaik dari Allah SWT.  Sekarang kita tinggal mengevaluasi diri, adakah target dari puasa Ramadhan menjadi manusia yang bertaqwa bersemayam dalam diri kita?

Sudahkah kita mengukur sinyal-sinyal transformasi diri kualifikasi taqwa itu ada dalam diri kita? Kita bisa melihat itu dalam diri kita, mengukur dan mengontrol dengan standar dari Allah SWT dan Rasul Nya.

Ada dua isyarat sinyal taqwa ada dalam diri kita, yang pertama bila kita memiliki dorongan untuk terus meningkatkan amal shaleh dengan amal-amal sunah yang penuh kenikmatan.  Bersemangat sodaqoh, nikmat melakukannya, ibadah sholat lebih khusyuk meningkat secara kualitas dan kuantitas.

Dorongan kedua adalah memiliki kekuatan meninggalkan dan menjauhkan amalan salah yang tidak dibenarkan dalam agama.  Menjauhkan diri dari mata yang keliru memandang, pendengaran dari sesuatu yang tidak baik, lisan dari tak tepat bicara sampai kedua ujung kaki yang tidak terarah melangkah.

Jadi bila setelah keluar dari Ramadhan ini kita senang berbuat kebaikan dekat dengan Allah SWT dan menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat, itulah tanda bahwa kita telah sukses dalam Ramadhan kita.

Inilah orang yang meraih kemenangan, orang yang bahagia, orang yang sukses.  Selain ia merasa berbahagia saat berbuka ia juga akan berbahagia saat menerima amalan pahala puasanya di akhirat.

Yang Dilakukan Saat Ramadhan Usai


Itulah mengapa saat Ramadhan usai kita banyak bertakbir karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.  Sebagai sebuah syiar sebagai gambaran atas kesuksesan yang kita raih karena selama Ramadhan Allah SWT telah memberi banyak petunjuk dan hidayah.

Kemudian kita pun diberi contoh apa yang dilakukan saat bersyukur, di QS Al Kautsar disebutkan saat bersyukur harus melakukan sholat.  Itulah mengapa selain bertakbir kita pun melakukan sholat Ied.

Dua hal penting yang harus kita lakukan di penghujung perjuangan Ramadhan, perbanyak takbir sebagai ungkapan kebahagiaan atas kemenangan karena sinyal-sinyal transformasi ketaqwaan hadir dalam diri kita.

Kemudian melakukan sholat Ied sebagai bukti rasa syukur kita karena kita sudah mendapatkan banyak hidayah di bulan Ramadhan sehingga kita menjadi hamba yang bertaqwa.

Selanjutnya lebih jauh amalan yang dicontohkan Rasulullah adalah puasa enam hari di bulan syawal kemudian mempertahankan semangat beribadah dengan penuh kenikmatan dan  mempertahankan kekuatan menjauhi larangan Allah SWT dan Rasul Nya serta menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia sampai ajal menjemput.

Hidangan khas yang disajikan mertua saat mudik 

Tradisi Merayakan Idul Fitri di Negara Kita


Dua hal itu sebetulnya yang harus kita lakukan, namun kemudian ungkapan kebahagiaan itu ditambah-tambah yang akhirnya menjadi tradisi.  Membeli baju baru, menyiapkan makanan yang kemudian menjadi makanan khas lebaran dan kemudian ada juga tradisi mudik.

Tidak ada yang salah dengan semua itu selama tidak menjadi suatu keharusan yang wajib dan memaksakan diri.  Selama tidak meninggalkan esensi dari hari kemenangan itu sendiri.

Membeli baju baru mungkin berawal dari hadist Rasulullah SAW yang menganjurkan untuk memakai baju terbaik saat shalat Ied.  Padahal baju terbaik tak perlu yang baru, kadang kita memang mengada-adakan yang seharusnya tidak perlu.

Menyiapakan makanan mungkin sebagai ungkapan kebahagiaan, dan untuk menghormati tamu yang datang berkunjung dan bersilaturahmi.  Sementara tradisi mudik berawal dari niat bersilaturahmi yang berubah menjadi tradisi mudik yang kadang mengganggu kekhusyuan puasa di sepuluh hari terakhir.

Jangan sampai ya kita disibukkan dengan persiapan tradisi kemudian mengganggu kekhusyuan kita beribadah di penghujung Ramadhan, hingga merusakan puasa kita.

Sajian lebaran yang kami buat tahun ini...


Merayakan Idul Fitri #DiRumahAja


Idul Fitri kali ini memang berbeda, tradisi mudik  untuk bersilaturahmi tidak bisa kita lakukan karena ada wabah corona.  Berharap suasana lebaran tidak hilang karena banyak berubah, akhirnya kami sekeluarga berinisiatif tetap memasak panganan khas lebaran.

Biasanya kami berlebaran kumpul di rumah ibu hingga memasak untuk lebaran pun selalu dilakukan di rumah ibu bersama adik dan ipar, masakan khas keluarga kami adalah ketupat, opor, sambal goreng kentang, dan sayur cabe.

Kali ini lebaran hanya kami sekeluarga berenam saja, kaka di Turki pun sudah tiga lebaran ini tidak bersama.  Kaka pulang ke Indonesia sekitar bulan Juli biasanya.


Kue-kue khas lebaran yang kami buat tahun ini... 



Jadi sekarang untuk pertama kalinya kami memasak sekeluarga saja dengan menu tetap sama.  Selain itu saat sedang berhalangan alias tidak puasa saya dan anak-anak pun membuat kue-kue.  Hanya kue putri salju dan kastangel saja.  Sehari sebelum lebaran kami membuat dua loyang bolu keju, satu loyang untuk ibu dan satu lagi untuk kami sekeluarga.

Hanya itu, tidak mengada-ada, tidak terlalu merepotkan, karena anak-anak semua sudah besar jadi banyak tenaga yang membantu.  Bergotong royong mengerjakannya jadi tidak terlalu melelahkan.  Sambil mengajari anak-anak memasak dan membuat kue juga.

Bolu keju siap dikirim untuk ibunda tersayang....

Alhamdulillah, itulah teman-teman Cerita Ida tentang lebaran alias Idul Fitri kali ini, sedikit agak campur aduk ya hehe...Dimulai dari bercerita tentang Indikator Kesuksesan Ramadhan Kita sampai ke tradisi menyiapkan panganan lebaran.

Oya tulisan ini merupakan tulisan kolaborasi dengan Komunitas Bandung Hijab Blogger, dimana tema kali ini adalah tentang hidangan saat lebaran.

Berharap semoga ini Ramadhan terbaik kita, dan bisa berjumpa dengan Ramadhan yang akan datang dan menjadi Ramadhan yang lebih baik lagi.  Berharap Indikator Kesuksesan Ramadhan ini dalam diri kita hingga kita semua menjadi hamba yang bertaqwa yang pantas untuk merayakan kebahagiaan di hari yang fitri ini...



20 komentar :

  1. Ceritanya lengkap teh, mulai dari indikasi kesuksesan Ramadan, ini bisa jadi catatan diri juga. Heheh Sampe ke sajian khas lebaran, sama menu khas lebarannya. Walaupun lebaran kali ini ngga sama tapi esensinya tetap ngga berubah ya teh.

    BalasHapus
  2. Minal aidzin waal Faidzin ya teh, tahun ini lebarannya di rumah aja ya 😭 tapi semoga tidak mengurangi rasa syukur kita. Menikmati sajian lebaran bersama keluarga di rumah aja juga bisa asik ya teh. Semoga tahun depan bisa merayakan lebaran bersama keluarga besar lainnya. Aamiin

    BalasHapus
  3. Note buat aku juga teh, minal aidzin walfaidizin mohon maaf lahir bathin ya teh,, Alhamdulillah masih bisa kumpulkeun keluarga ya teh

    BalasHapus
  4. Wadoooh eta jengkoool meni menggoda, duh jadi kangen makan jengki ini udah lamaaa banget ga makan nih.
    Meski lebaran tahun ini sangat spesial, tetep ya ga mengurangi keberssamaannya ya Teh.

    BalasHapus
  5. Makasih remindernya teteh, setuju banget jangan sampai kesibukkan persiapan lebaran mengganggu kekhusyuan kita beribadah. Mohon maaf lahir bathin ya teh

    BalasHapus
  6. Selalu, tulisan Teh ida jadi reminder buat aku. Hehehe. Maaf lahir batin ya, Teh🙏🏼😊

    BalasHapus
  7. Bunda maaf lahir batin yaa.. mau aku bolu kejunya💖 pasti enak itu.. dirumah gada bolu huhu..

    BalasHapus
  8. Bunda maaf lahir batin yaa.. mau aku bolu kejunya💖 pasti enak itu.. dirumah gada bolu huhu..

    BalasHapus
  9. Selamat idul fitri ya Mba, mohon maaf lahir dan batin :)
    btw itu sajian lebarannya enak banget.

    Saya kemaren lebaran di rumah mertua, makan bakso hahaha.
    Mertua nggak bikin opor, hari kedua baru deh masak opor :D

    Lebaran kali ini memang beda ya, tapi tetep semangat :)

    BalasHapus
  10. Hidangan saat lebaran kalau di rumah saya kemarin, lontong sayur Medan, gulai nangka, serundeng, rendang daging sapi, tauco udang pake kembang tahu, sambel teri/kering tempe, krupuk merah putih. Masaknya sampe laamaaaa di dapur hehe

    BalasHapus
  11. Semoga kita semua memiliki indikator kesusksesan itu kak. Melakukan kebaikan dan amal Sholih memang yang paling berat adalah istiqomahnya. Namun kalo terbiasa dilakukan terus menerus bakala jadi habbit yang serasa wajib dikerjakan. Salah satunya kayak sedekah ya kak. Kalo udah terbiasa, begitu gak sedekah kayak ada yang mengganjal.

    BalasHapus
  12. Kue kuenya buat pengeennn hehe
    Kalau dr segi menjaga makanan pasca puasa, saya kalah... Baju kembali sempit hehe
    Makasih pencerahannya yaa

    BalasHapus
  13. Saya malah tidak masak sama sekali, Teh. Pertama karena ga bisa. Kedua memang tidak pernah mengada-ada, hehehe...
    Apalagi pas musim covid-19 ini, banyak tetangga yg kekurangan tidak punya usaha karena di kota tidak bisa kuli, kami merasa harus menjadi bagian dari mereka.
    Sangat bersyukur, kami bisa bertahan. Sementara banyak tetangga sudah pontang-panting cari utangan, jual gadai, dll.
    Selalu ada hikmah dari semua itu.

    BalasHapus
  14. Senang sekali ya bisa bikin kue kering, Teh. Selain melatih ketelatenan juga memberi cemilan untuk mengisi perut.

    BalasHapus
  15. Kalau sdh membabas indikator keberhasilan Ramadhan, saya tuh jadi sedih,huhu. Deg-degan apa saya termasuk orang yang berhasil di bulan Ramadhan, apa ibadah-ibadah saya diterima. Jadi suka mikir2 begitu euy :(. Makanya, saya kalau menghadapi lebaran itu perasaanya justru campur aduk, antara perasaan senang sama sedih.

    BalasHapus
  16. Saya belum merasa maksimal ibadahnya saat Ramadan kemarin. Indikator keberhasilan ramadan jadi reminder buat saya. Lebaran Kali ini berbeda karena pandemi tapi tetap jadi hari yang istimewa.

    BalasHapus
  17. MasyaAllah makasi mba pengingatnya, memang setelah ramadhan seharusnya ibadah kita tetap dipertahankan ya

    BalasHapus
  18. Masya Allah terima kasih ya mbak sudah diingatkan memang sebaiknya ibadah kita semakin baik setelah bulan Ramadan dan menjaga kesehatan.

    BalasHapus
  19. Lebaran kemarin kami lalui seperti biasa. Biasanya di rumah aja maksudnya karena memang saya tinggal bersama orangtua. Memasak hidangan lebaran seperti biasa kayak ketupat, rendang daging, opor ayam, dan sayur lodeh. Sambel goreng kentangnya kelupaan. Kalau lebaran, saya sudah 10 tahun nggak pernah beli baju khusus. Anak-anak pun nggak kenal baju lebaran.

    BalasHapus
  20. Aduhhh jadi ngiler lihat foto makanan dan kue-kuenya, mba
    Sajian lebaran meski nggak mudik pun tetap lengkap ya. Enak emang kalo anak-anak udah mulai besar, banyak tenaga yang bisa diandalkan untuk bantuin di dapur atau beresin rumah

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^