blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

1 Jan 2021

Meritokrasi dalam Islam

Meritokrasi adalah


Hari ini adalah hari pertama di tahun 2021 dan Blog Cerita Ida ingin memulai hari pertama tahun ini dengan sebuah tulisan motivasi.  Berharap tahun 2021 lebih baik dari tahun 2020, tentang tahun 2020 ini Cerita Ida sudah menulis sebagai bentuk rasa syukur di tahun 2020 dengan menulis Refleksi Tahun 2020 di sini.


Belajar dari Singapura

Ingin menjalani hidup lebih baik di tahun 2021, saya ingin menyemangati diri dengan banyak menulis tentang motivasi.  Masa depan kita ditentukan dengan apa yang kita kerjakan sekarang, jadinya jangan hanya sibuk tapi juga produktif, jangan hanya produktif tapi juga memiliki makna terutama di hadapan Allah SWT.

Kalau melihat kesuksesan yang bisa kita lihat secara jelas dengan kasat mata kita bisa bercermin pada negara Singapura.  Bagaimana tidak? Dalam tempo 55 tahun sudah berhasil mensejajarkan dirinya dengan negara-negara maju di dunia.

Padahal di hari pertama negara ini berdiri seorang Lee Kwan Yew menangis  melihat Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam dengan sedikit penduduk.  Rentan dengan penyakit malaria, tidak memiliki bahan bakan dan air bersih, 70% penduduknya miskin, sepertiga penduduknya tinggal di pemukiman kumuh, GDP penduduknya hanya $516.

Apa itu Meritokrasi

Apa yang dilakukan Lee Kwan You?  Dia menerapkan politik Meritokrasi, sebuah sistem politik yang menerapkan keadilan peluang.  Apa itu Meritokrasi?  Menurut wikipedia meritokrasi adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi bukan kekayaan senioritas dan sebagainya.

Konsep meritokrasi pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Aristotle dan Plato yang percaya bahwa sebuah negara seharusnya dipimpin oleh orang-orang yang paling pandai, paling baik dan paling berprestasi.  

It's Start with The Same Opportunities

Lee Kwan Yew sendiri konon terinspirasi menerapkan Meritokrasi di negaranya setelah membaca buku Michael Young yang berjudul The Rise of Meritocracy.  Dengan sistem ini kita bisa bersaing secara sehat sehingga kebijakan negara selalu dirancang oleh orang-orang yang terbaik di negaranya.  Earned not given, not hereditary.

Michael Young sendiri di dalam buku tersebut sebenarnya tidak memuji meritokrasi.  Menurutnya meritokrasi sama saja dengan sistem sosial lain, tidak berbeda dengan aristokrasi, oligarki, monarki dan sistem lainnya yang memunculkan kelas elite sosial.  Every selection of one is rejection of many itu kata Young.  Selalu ada penyingkiran dalam prosesnya.

Apakah memang seperti itu?  Melihat contoh Singapura yang berkembang maju sedemikian rupa rasanya apa yang dipikirkan Michael Young tentang meritokrasi ini tidaklah benar adanya.  Lalu bagaimana menurut Islam.


Meritokrasi dalam Islam

Dalam Islam ada sebuah ayat Al Qur'an tentang ini, tepatnya di QS. Al Baqarah ayat 148 yaitu Fastabiqul khairat yang artinya "Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan".  Rasulullah SAW mengajarkan tentang aplikasi berlomba-lomba dalam kebaikan ini dalam beberapa peristiwa bersejarah.

Pertama kita bisa melihat di perang pertama melawan kebatilan yaitu perang Badar.  Rasulullah SAW membagi dua bagian pasukan perang yaitu pasukan Muhajirin yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib dan satu lagi pasukan Anshar yang dipimpin oleh Sa'ad bin Muaz RA.

Salah satu hikmah dari pembagian pasukan berdasarkan kelompok keislaman ini adalah agar setiap kelompok berlomba menumpas pasukan kebatilan.  Siapa di antara kelompok tersebut yang berhasil keluar sebagai pemenang.

Peristiwa kedua adalah di dalam perang Khandaq yang terjadi di musim dingin.  Saat itu malam gelap, cuaca sangat dingin sementara kondisi para sahabat dalam keadaan sangat kelaparan, sangat haus dan sangat ketakutan.  Mereka akan bertempur melawan pasukan musuh yang merupakan gabungan musuh yang terkuat saat itu.

Rasulullah menginginkan ada salah satu sahabat yang menyusup ke dalam pasukan musuh untuk mencari informasi yang dibutuhkan.  Kemudian Rasulullah SAW melombakan hal ini dengan bersabda "Siapa di antara kalian yang berani menyusup ke pasukan musuh dan mencari informasi yang aku butuhkan niscaya ia akan menjadi temanku di dalam surga".  Metode seperti ini ternyata sering diterapkan oleh Rasululah SAW.

Ayat tentang berlomba-lomba ini sifatnya perintah dan karena ini perintah maka hukumnya wajib.  Tidak hanya berlomba-lomba tapi kita diminta untuk bersegera dalam berbuat kebaikan, tidak menunda-nunda termenej secara rapi dan teratur.

Kata khayrat di dalam ayat tersebut merupakan kata jama yang menunjukkan bahwa yang dimaksud kebaikan bukan hanya satu kebaikan tetapi kebaikan kebaikan. artinya bila telah selesai melakukan satu kebaikan maka lakukan kebaikan yang lain.  Kita diminta istiqomah di dalam melakukan kebaikan.

Apakah dengan sistem berlomba-lomba ini akan mendatangkan rasa hasad pada mereka yang dikalahkan yang lain dalam hal kebaikan?  Tentu saja tidak karena orang yang berlomba dalam kebaikan menginginkan kebaikan sementara rasa hasad bukanlah sebuah kebaikan malah sebaliknya merupakan sebuah keburukan.  

Orang yang telah berhasil mencapai target atau beramal lebih baik dan lebih banyak dari yang lain merupakan karunia Allah yang Allah SWT berikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya.  Yang merasa kalah hendaknya berdoa memohon kepada Allah SWT agar diberikan karunia seperti itu tanpa harus mengharap karunia itu hilang dari saudara kita yang berhasil meraih kemenangan.

Melaksanakan satu ayat ini akan memacu kita untuk terus berbuat kebaikan tanpa henti, istiqomah dalam melaksanakannya.  Dan ini akan menjadikan kita pribadi terus lebih baik dan lebih baik lagi karena selalu berusaha terus berbuat kebaikan.




Meritokrasi untuk Negara Kita ?

Jadi meritokrasi sebenarnya dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan sepertinya ini akan bagus bila diterapkan di negara kita yang sudah semakin terpuruk ini.  Negara kaya raya dengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah namun salah di dalam mengelolanya.

Aih jadi berbicara tentang negara sih...hahaha.... maksud Cerita Ida menulis ini adalah sebagai sebuah motivasi agar terus berbuat kebaikan.  Karena masa depan kita nanti tergantung apa yang kita lakukan hari ini.  Dan masa depan kita yang paling penting adalah masa depan di hari keabadian.

Nah teman-teman semoga tulisan Cerita Ida yang berjudul Meritokrasi dalam Islam ini bermanfaat untuk kita semua ya... Terutama mengingatkan diri untuk berusaha terus lebih baik lagi.

.

19 komentar :

  1. Udah lama ga kunjungin blog teteh ini, alhamdulilah dapat ilmu baru seputar meritokrasi ini. Semoga 2021 terus ya teh berlomba-lomba kebaikan ga hanya sharing blog tapi kulihat teteh juga aktif nih IG livenya. Sehat selalu teh

    BalasHapus
  2. Suka, Mbak Ida. Menarik banget. Baca ini saya dalm hati bilang, "Iya yah, agama Islam mengajarkan itu." Kaum elite bisa saja ada, mereka yang kita lihat dalam jajaran orang2 yang beramal shalih tapi tentunya tak melabeli diri sendiri.

    Tapi yaah, siapa yg bisa menyadarinya untuk sebuah negara kalau terlalu banyak kepentingan ada di sekitar kekuasaan? 😅

    BalasHapus
  3. Makasih buat sharing nya yah Teteh, jadi dapet ilmu baru nih setelah mampir ke sini deh

    BalasHapus
  4. iya, Mbak. Permasalahan di negara kita adalah salah mengelola. Padahal kan sumber daya alam dan manusia kita sangat banyak. Sekarang saya banyak berpikir untuk diri sendiri. Berusaha sebanyak mungkin melakukan kebaikan

    BalasHapus
  5. Yeayyy dapet ilmu lagi dari mbak Ida, makasih yak. Pokoknya tetap semangat berbuat dan menebar kebaikan ya, mbak.

    BalasHapus
  6. Pantas saja ya president Singapura bergiliran. Sebelumnya dari orang keturunan China, India lalu sekarang Melayu. Bergiliran.

    BalasHapus
  7. I believe we have already implemented the similar system in many important areas although maybe not as strict, as disciplined, or as rigid as Singapore. Hopefully we can take valuable lessons from that

    BalasHapus
  8. Di awal tahun dapet pencerahan dari mbak Ida, semoga menjadikan kita orang yang selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi dengan dimodali ilmu juga

    BalasHapus
  9. Ngobrolin negara memang agaknya menjadi luas dan melebar yaa..
    Apalagi dengan keanekaragamannya.
    Tapi fastabiqul khoirots ini memang harus dilakukan sedikit demi sedikit agar terbiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan.

    BalasHapus
  10. Mantap! I like it. semoga banyak masyarakat yang membaca artikel ini supaya faham dalam menentukan pemimpin dilingkungannya baik rt rw walkot gubernur n presiden.
    Biar mereka yg muncul jadi pemimpin adalah orang-orang terbaik dinegrinya. Bukan karena kayanya, dan keturunan mebangsawanannya. ❤️❤️❤️❤️❤️
    Thank A lot.

    BalasHapus
  11. kadang aku merasa bahwa ungkapan "yakin pasti bisa" ini hanya sebuah hiburan utk diri sendiri, pikiran ini muncul ketika sudah sangat sakit hati dengan perlakuan orang2 diatas sana yang menindas rakyat kecil mba. Aku yang terjun di lapangan bertemu dengan mereka yang tidur pun beralasakan tanah, rasanya ingin marah :(

    BalasHapus
  12. Tidak tahu apakah sistem ini bisa diterapkan di negeri ini. Ya mungkin yg bagus2nya bisa diambil.
    Saya pun sebagai rakyat jelantah maunya dipimpin oleh org yang terbaik dan nomor satu amanah.

    BalasHapus
  13. Makasi banget ulasannya. jadi mengingatkan diri kita untuk berlomba2 berbuat kebaikan. pengetahuan yang sangat bermanfaat sekali.

    BalasHapus
  14. Masya Allah, baca ini jujur mba yg aku bayangkan adalah bagaimana kalau Indonesia menerapkan hal itu ya, sepertinya satu persatu masalah di negeri ini bisa terselesaikan.

    BalasHapus
  15. Setuju mba, setiap dari diri kita sebaiknya memang tak pernah lelah melakukan kebaikan. Kebaikan yang tulus, bukan yang tanpa pamrih. Soalnya kalau berdasar pamrih berarti niatannya udah beda ya. Terima kasih ya mba untuk pengingatnya ini.

    BalasHapus
  16. Tambah ilmu baru nih aku, terima kasih sudah berbagi, Mbak, dan terima kasih sudah mengingatkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan semoga Indonesia makin baik ke depannya ya

    BalasHapus
  17. Teh Ida, masyaAllah TabarokAllah.
    Terima kasih sudah menghadirkan artikel yg sangat bernas dan "bernyawa"
    Iya Teh, kita kudu paham dan semangaaatt untuk menggapai yg lebih baik ya.
    Termasuk dalam hal kepemimpinan.

    BalasHapus
  18. Baru tau aku tentang Meritrokasi. Dan setuju banget sih kita semua harus berlomba-lomba dalam kebaikan toh semua itu akan kembali ke kita sendiri.

    BalasHapus
  19. Wah keren banget ini Meritokrasi. Jadi seorang pemimpin dipilih karena kemampuan ya ga. Semoga ke depannya Indonesia juga bisa menerapkannya. Bukan sekadar dukungan partai.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^