blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

7 Mar 2022

Memberi Tidak Boleh Menyakiti Hati Penerimanya

Memberi Tidak Boleh Menyakiti Penerimanya


"Teh tunggu yang datangnya banyak dulu ya....." Seorang anggota panitia berkata padaku.

"Mendingan sekarang aja mulai dibagikan, kan kasihan nanti mereka nanti harus antri" Jawabku terheran-heran.

"Justru makin antri makin bagus, nanti kan pas difoto jadi makin banyak dan kelihatan antriannya .." Jawabnya.

"Oow....." Saya tak bisa berkata-kata karena ini memang jadi semacam SOP kegiatan sosial, harus ada bukti keramaian kegiatan atau antrian penerima manfaat dari kegiatan sosial ini.

Percakapan antara saya dan seorang teman panitia ini terjadi sudah sangat lama tapi masih saya ingat terus karena sangat membekas di hati. Penjualan minyak goreng dengan harga jauh di bawah pasar ini memang bertujuan membantu orang yang tidak mampu. Untuk mengingatkan diri akhirnya saya posting dalam tulisan yang berjudul "Memberi Tidak Boleh Menyakiti Hati Penerimanya"

Tidak ingin menjadikan ketidakmampuan mereka menjadi objek karena tentu akan mengiris hati nuraninya.  Harus berpanjang-panjang antri hanya untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga murah. Padahal sebetulnya bisa saja diberikan saat mereka satu per satu datang.

Serba salah memang kalau dalam kegiatan yang memiliki banyak sponsor di satu sisi memang harus ada bukti kegiatan yang melibatkan banyak orang, di sisi lain kita juga ingin menghargai orang yang diberi agar tidak terusik harga dirinya.

Menulis ini karena saat searching sesuatu menemukan ungkapan seorang tukang becak yang merespon pemberian sebungkus nasi dari seseorang.  "Loh ini tidak diambil foto dulu mas?" Saat dijawab sudah ada bahan untuk dokumentasi si abang becak pun merespon dengan kata-kata yang cukup membuat saya terhenyak.

"Oh begitu, saya sudah biasa diberi nasi seperti ini, biasanya malah difoto-foto dulu. Emang kami yang dianggap miskin ini paling enak kalau dijadikan ladang beramal dan berfoto mas".   

Kita yang berbagi donasi kadang merasa mengambil foto untuk kepentingan dokumentasi tidak berpikir lebih jauh lagi.  Tapi bagi penerima donasi kadang lebih sensitif. Tanpa kita sadari sikap kita menyakiti penerima pemberian dari kita.

Mulutmu Harimaumu

Akhirnya jadi pelajaran saja, untuk berhati-hati dalam berkata-kata dan bersikap. Orang yang sedang terpuruk kadang jadi seperti agak baperan.  Self esteem atau rasa percaya diri mereka kadang suka ada yang anjlok akibatnya jadi lebih sensitif.

Kalau untuk kegiatan-kegiatan amal seperti baksos atau berbagi donasi yang harus ada bukti kegiatan untuk mendapatkan dokumentasi harus terlebih dahulu minta izin dengan kata-kata yang santun dan sikap penuh penghargaan kepada mereka.

Untuk pemberian bersifat pribadi juga jadi warning nih bagiku, walau tidak meminta foto-foto tapi harus menjaga ucapan dan sikap juga. Jangan sampai ada perasaan merasa 'lebih' dan merasa berjasa kepada si penerima, karena orang yang merasa lebih biasanya keakuannya lebih tinggi.

Contohnya selain pemberi kepada penerima kita bisa melihat orangtua kepada anak-anaknya, atau kepada bawahannya, pemberi job dengan penerima job. Bahkan di grup-grup WA yang tidak ada ikatan atasan bawahan, tapi orang yang merasa lebih kadang suka bersikap tanpa dipikirkan dulu apakah itu menyakiti atau tidak bagi orang lain.  Harus berhati-hati saja karena tidak semua orang memiliki hati yang tegar yang kuat menerima celaan atau ucapan kita.

Harus bertanya pada diri apakah dengan bersikap seperti itu ada manfaatnya atau tidak bagi diri dan bagi orang lain.  Belajar bersikap lebih lembut akan meminimalisir orang-orang yang tidak sengaja tersakiti oleh kata-kata kita. Bukan mustahil di hari akhir akan banyak orang yang meminta pertanggungjawaban atas perasaannya yang membuat pahala amalan kita berkurang terus.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” 

(QS Al-Baqarah: 264)


 

Perasaan Merasa Lebih Awal Keburukan 

Perasaan merasa 'lebih' ini datangnya biasanya dari bisikan syeitan yang selalu berusaha menggoda dan menggelincirkan manusia.  Bukankah syeitan itu sudah minta izin kepada Allah SWT untuk memperbanyak teman-temannya di neraka nanti?

Tinggal kita berusaha melembutkan hati kita, hingga tidak ada kesombongan dalam diri.  Merasa lebih adalah awal dari perbuatan-perbuatan buruk yang membuat orang lain tidak suka atau bahkan tersakiti.  Bukankah awal yang menggelincirkan iblis menjadi syetan penggoda manusia adalah kesombongan?

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Abdullah bin Abdurrahman keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail bin Amr dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

"Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Dan tidak akan pula masuk neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah."

Abdullah berkata; Kemudian seseorang berkata kepada beliau, "Sesungguhnya aku merasa bangga, jika pakaianku bagus dan sandalku juga bagus." Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai keindahan. Akan tetapi yang dimaksud kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." (HR Tirmidzi)

Bukankah karena iblis merasa lebih dari Adam karena ia terbuat dari api sementara adam terbuat dari tanah hingga membuatnya enggan mengikuti perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam? Kesombongan memang mencelakakan, jadi berusaha untuk menghilangkan rasa lebih yang akhirnya membuat kita bersikap atau berkata seenaknya kepada orang lain wajib dimusnahkan dalam diri kita.

Nah teman-teman tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul Memberi Tidak Boleh Menyakiti Hati Penerimanya ini bermanfaat ya.  Mudah-mudahan bisa mengingatkan diri agar menghilangkan rasa ujub atau merasa lebih dari orang lain.


19 komentar :

  1. Memang serba salah ya mba, kalau memberikan sesuatu yang bersponsor seperti itu. Jadi Ingat kejadian waktu banjir di kota saya. Ada kampung yang menolak bantuan karena katanya, memberinya sedikit tapi foto2nya banyak. Kalau sudah begini, masing2 harus bisa introspeksi diri

    BalasHapus
  2. Iya betul mbak, kadangkala memang serba gak enak, namun kadang sop-nya demikian agak susah juga ya. Jadi inget pembangunan lapangan depan rumah, setelah selesai, warga harus kumpul foto dan membuat video dulu menyebutkan salah satu nama pejabat. Hehe.

    BalasHapus
  3. Waoooo juga ya caranya, justru antri terlihat bagus.
    Duh sedih banget dong ya, sering banget liat antrian beli minyak goreng yang akhir-akhir ini bikin miris, ternyata kadang sengaja dibikin antri ya :(

    BalasHapus
  4. Kata kata dari Abang Becaknya dalem banget.... Tapi aku merasa juga, sebagai orang yang dulunya pernah menerima bantuan, rasanya memang terselip rasa sedih ya, jika diposisikan demikian. :) walaupun tetap banyak banyak terimakasih atas bantuan yang diberikan....

    BalasHapus
  5. namual sekali pesan mendalam di sini mbaa.. seringkali kita tidak sadar ya..ada banyak hal sederhana yang ternyata menyakiti orang lain huhu. Semoga kita selalu ingat untuk menghindarinya

    BalasHapus
  6. seperti biasa, postingan teh Ida selalu berhasil membuat saya tercenung, terlihat sederhana maknanya sangat dalam

    BalasHapus
  7. Baca postingan ini jadi bikin hati adem agar tetap memberi bantuan dan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa menyakiti siapa pun.

    BalasHapus
  8. Iya teh, ini harus dijadikan pegangan ya untuk yang bekerja sebagai relawan kemanusiaan, atau yang suka baksos, jangan sampai pemberian kita yang gak seberapa menyakiti hati penerima. Semoga Allah ampuni kesalahan kita di masa lalu dan berbuat lebih baik di masa kini.

    BalasHapus
  9. SOPnya mungkin bisa diubah ya Mba. Biar penerima bantuan tidak berkecil hati dan bantuannya bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan

    BalasHapus
  10. Iyaa bener juga ya, mbak. Apa lagi sekarang melihat panjangnya antrian yang mau membeli minyak dengan harga wajar. Malah kemarin melihat berita ada yang sampe meninggal, huhuhu

    BalasHapus
  11. Judulnya menampar sekali. Dan setuju sih kak. Sejatinya yang namanya memberi itu kan pasti dekat dengan sedekah. Dan sedekah yang baik yah kalau bisa selain tidak diketahui siapapun, juga tidak membuat si penerima menjadi sedih/ rendah diri. Semoga kita semua bisa jadi orang yang lebih baik ya kak

    BalasHapus
  12. Astagaaa hati saya nyesek mbak baca kata-kata tukang becaknya, saya selalu berpikir setiap nonton video YouTube bagaimana perasaan mereka yang difoto atau direkam saat diberi, mungkin saja seperti yang dirasakan tukang becak itu yaa

    BalasHapus
  13. Memang benarlah pepatah ini, saat tangan kanan memberi, tangan kiri sebaiknya tidak tahu. Karena dikhawatirkan akan terjadi riya dan kesombongan. Makasih sudah menuliskan ini, Mba

    BalasHapus
  14. MAsyaAllah makasih sudah memberikan cerita dan pengingat yang luar biasa in mba ida, memang setuju memberi tidak boleh menyakiti. Semoga kita menjadi orang-orang yang rajin memberi tanpa menyakiti siapapun

    BalasHapus
  15. Aku pernah loh sedih saat diberi seseorang, pertama karena dia memberi aku makanan yang sudah tidak pantas dimakan. Duh, di rumah aku ngasih kucing aja masih layak makan

    BalasHapus
  16. Ya Allah~
    Aku juga jadi terhenyak baca tulisan teteh. Pasalnya memang apa yang kita anggap biasa, belum tentu bagi orang lain. Terkait foto ini benar adanya untuk dokumentasi dan bukti.
    Mungkin alangkah baiknya untuk mulai memberikan sesuatu tanpa harus terlihat seperti acara amal yaa..

    Menjadi pribadi yang ikhlas ini sungguh sulit dan banyak rintangannnya.

    BalasHapus
  17. Mba Ida makasih sudah mengingatkan. Berapa memang penting doa doa agar Allah selalu lembutkan hari. Doa doa juga agar kita tak menjadi manusia yang sombong

    BalasHapus
  18. Terima kasih sudah diingatkan Mbak. Benar2 jadi reminder banget nih. Mungkin masih banyak yang berpikiran ke sana, menganggap mengambil dokumentasi saat melakukan kegiatan baksos merupakan hal yang lumrah tapi tidak sampai memikirkan perasaan si penerima. Dan yah saya setuju banget nih dengan judulnya. Intinya memberi tapi jangan sampai menyakiti hati si penerima

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud saya masih banyak yang tidak berpikiran ke sana

      Hapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^