blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

3 Apr 2022

Mengenal Budaya Remixed


Budaya Remixed

Mengenal Budaya Remixed   Malam itu Rabu 30 Maret 2022 tepatnya pukul 19.30 sampai dengan 20.30 saya mengikuti sebuah IG Live di akun @merajut_indonesia.  Sebelumnya saya melihat di flyer-nya tertulis IG Live Bincang MIMDAN #5 Budaya Remixed: Perjalanan Budaya, Perjalanan Menemukan Diri.  Dengan nara sumber Lil'li Latisha dengan host Evi Sri Rezeki seorang penulis dan blogger dari Bandung.

Terus terang saja saat membaca flyer itu sempat membuat saya banyak bertanya-tanya terutama tentang Budaya Remixed ini.  Definisi  bebas dari dua kata yang merupakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris itu di benak saya adalah budaya campuran.  Dan akhirnya saya paham bahwa penulisan frase Budaya Remixed ini merupakan contoh dari budaya remixed itu sendiri.

Setelah menyaksikan bincang IG Live MIMDAN #5 pertanyaan-pertanyaan itu pun satu demi satu terjawab.  IG Live yang membuka insight baru tentang akun Merajut Indonesia, tentang  Budaya Remixed dan juga tentu saja tentang sosok Lil'li Latisha, sosok milenial dengan banyak prestasi.


Merajut Indonesia dibentuk oleh PANDI yaitu Pengelola Nama Domain Internet Indonesia sebagai sebuah respons terhadap globalisasi dan modernisasi dengan tetap mempertahan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri masyarakat Indonesia. 

PANDI lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) ini berupaya melestarikan dan mengembangkan aksara supaya generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara Nusantara di perangkat digital. Wah mantap kan yah...genarasi milenial tidak akan kehilangan jejak tentang aksara nusantara ini.

Di IG Live Bincang MIMDAN #5 ini sang host Teh Evi memberi prolog bahwa budaya akan turut membentuk identitas seseorang.  Saya setuju dengan pernyataan ini dimana suatu budaya akan mempengaruhi kebiasaan seseorang dan dari kebiasaan itu maka terbentuklah karakter.

Seseorang yang diasuh oleh lingkungan berbudaya sunda dia akan memiliki karakter yang lembut dan sering merasa sungkan karena memang kebiasaan orang sunda seperti itu.  Sedangkan seseorang yang diasuh oleh budaya batak biasanya ia akan menjadi pribadi yang keras.  Inilah contoh karakter yang terbentuk dari budaya tunggal.

Lil'li sendiri merupakan contoh dari produk budaya remixed karena ia diasuh dengan beragam budaya. Lil'li yang berdarah Tionghoa, ayahnya dari Medan sementara ibunya dari Surabaya.  Kedua orang tuanya studi di luar negeri sehingga bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari Lil'li.  

Sebenarnya budaya remixed ini telah melekat pada kultur pada manusia sejak dari zaman prasejarah dulu. Manusia mengenal budaya ini melalui pengamatan.  Diawali dengan mengamati benda dan lingkungan di sekelilingnya.  Manusia menciptakan dan memodifikasi apa yang ia lihat untuk bertahan hidup.

Budaya remixed pada dasarnya tercipta dari perilaku mengkombinasikan, menyunting dan mengubah sesuatu dengan tujuan memproduksi karya berwujud baru atau ter-updateRevolusi digital yang terlahir dari kehadiran teknologi secara menyeluruh membuat budaya remixed berkembang secara massal. 

Dampak dari pesatnya teknologi mempengaruhi information demand masyarakat. Dorongan ini lah yang juga memicu semakin bertumbuhnya budaya remixed ini.  Menurut Lil'li ini adalah previlage yang kita miliki saat ini, bisa mengakses berbagai budaya dengan mudah dan murah.

Dengan derasnya arus teknologi mungkinkah kita akan kehilangan jati diri kita?  Lil'li mencontohkan bagaimana ia merasakan ketidaknyamanan saat orang-orang di sekelilingnya memanggil guru mereka dengan panggilan nama saja.

Kenyataan selama ini bahwa budaya membentuknya untuk memanggil seseorang yang lebih tua dengan panggilan Kak, Bapak, Tante dan sebagainya ternyata telah menjadi ciri dasar dirinya sekarang ini.  Menurutnya budaya apa pun yang ia pelajari tidak menjadi masalah karena pada akhirnya ia tetap memiliki ciri sebagai orang Indonesia.

Live IG Bincang MIMDAN #5 Budaya Remixed menyajikan perbincangan yang menarik.  Menghadirkan Lil'li memang cocok karena sebagai contoh produk budaya remixed yang benar-benar nyata. Tidak menutup kemungkinan mayoritas masyarakat Indonesia memang demikian juga. Banyak yang memiliki latar belakang yang bermacam-macam. 

Tanpa kita sadari budaya remixed ini memang sudah begitu banyak di sekitar kita di berbagai bidang kehidupan.  Budaya remixed ini tak mungkin kita tolak terlebih lagi dengan derasnya arus informasi saat ini.  

Sebagai seorang tua saya harus memahami ini.  Menyikapi ini semua adalah memupuk kemampuan  anak-anak untuk memfilter budaya yang masuk.  Memberi pondasi agama dan dasar moral yang kuat sehingga mereka bisa menyaring sendiri mana budaya yang bagus untuk diadopsi mana yang tidak cocok atau tidak boleh dalam agama mereka.

Semoga tulisan Cerita Ida tentang Mengenal Budaya Remixed ini bermanfaat untuk siapa pun yang membacanya ya teman-teman ...

14 komentar :

  1. Budaya remixed, kalau tidak diantisipasi orang tua bisa membuat anak lupa akan akarnya juga ya, Mbak ... adanya talkshow yang dilaksanakan PANDI seperti ini jadi membuat kita makin aware dan makin menghargai satu sama lain. Salut sama Mbak Lil'li Latisha (itu baca namanya bagaimana ya?) .... mau diajak bincang budaya seperti ini.

    BalasHapus
  2. baru dengar istilah budaya remixed.. jadi, percampuran budaya gitu ya? setuju sih aku. yg penting bisa tetap melestarikan dan mengembangkan aksara Nusantara..

    BalasHapus
  3. Mamaku gabung di group merajut mbak. Jadi dia sistemnya ada challenge-challenge setiap sebulan sekali untuk bikin baju, tas, sepatu dll dari rajutan. Kalau aku merajut kurang mahir. Hihi

    BalasHapus
  4. Ya bener mba Ida. Tak mudah memang untuk berada di era yang arus informasinya terlalu kuat. Tapi bagaimanapun memang kita harus tetap berusaha menjaga kelestarian nusantara ya mba

    BalasHapus
  5. bener banget mba, jaman sekarang eranya remixed, jadi kita belajar dari generasi muda, generasi muda juga belajar dari kita ya mba :)

    BalasHapus
  6. Betul Teh, sebagaimana orang tua kita dulu, yang selalu menekankan tataktama, adab dan sopan santun, kita harus terus mengajarkan itu kepada anak kita. Buat budaya barat atau mana sekalipun datang, akhlak baik anak kita tetap terjaga.
    Betul banget itu murid/santri yang tidak sopan sama gurunya, kami alami sendiri lho... Miris memang...

    BalasHapus
  7. Budaya yg di remix kalau masih ada nilai yg dalam akan menyenangkan. Namun, kalau sudah bergeser terlalu jauh akan menimbulkan hal yg tidak baik terkhusus generasi saat ini.

    BalasHapus
  8. remixed culture is really one thing we all need to understand. Ini yang kami alami sehari - hari mba, karena aneka budaya yang kita lihat dan jalani saat di perantauan

    BalasHapus
  9. Wah aku jadi keinget anak2ku, ortunya beda suku, hidup di tempat dengan budaya yang berbeda pula. Aku jg kadang bingung ngajarin apa haha, dahlah jd org Indonesia aja yg kenal beragam budaya tp tentu aja jangan sampai lupa akarnya :D

    BalasHapus
  10. Terabas budaya sudah jadi kejamakan saat ini yaa... tapi sebagai orangtua, kita tetap penginnya anak-anak kita masih mengikuti budaya leluhurnya, terutama terkait adab dan sopan santun. Misalnya kayak Lil'li yang risih dengan panggilan ke orang yang lebih tua langsung dengan nama gitu, penginnya ya anak muda masih punya kehalusan budi pekerti kayak Lil'li gitu meskipun sudah tinggal di negara lain. Ciri khas sebagai orang Indonesia harus dipertahankan.

    BalasHapus
  11. Duh, gak kebayang kalau guru gitu hanya dipanggil namanya langsung. Bahkan guru yang seumuran dan misal udah berasa akrab banget, gak elok rasanya kalau hanya dipanggil nama. Gak usah itu, saya aja nih.. karena di rumah terbiasa panggil saudara yang lebih tua dengan sapaan 'Kak..' sebelum namanya, kadang berasa aneh ketika ke rumah teman dan mereka hanya panggil kakaknya dengan nama. Hehehe

    BalasHapus
  12. Kerja ekstra untuk para orangtua masa kini bahwa adab banyak adab yang harus dijaga di tengah gemuran dunia yang mulai mencapur adukkan hal-hal di luar kebudayaan asli Indonesia.

    BalasHapus
  13. Ini apa sama dengan konsep remix di post-post sosial media mbak? Kesan awal yang tertangkap, ya memgkombinasikan dua hal dan dipertunjukkan barengan.
    Jadi tau, remix telah menjadi salah satu jenis budaya. Semoga menjadi salah satu cara yang tetap di jalur positive vibes ya.

    BalasHapus
  14. namanya remixed ya ternyata.. aku tadi udah kepikiran remix lagu2 gitu hahah.. ternyata istilah ini bisa kita terapkan juga ke hal2 lainnya

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^