blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

25 Apr 2024

Gaya Hidup Orang Indonesia Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya?



Setelah sekian purnama berlalu alhamdulillah akhirnya blog Cerita Ida ini bisa di-update juga dengan tulisan Gaya Hidup Orang Indonesia Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya?  ini.  Gara-garanya sih melihat berita tentang gaya hidup orang Indonesia yang melebihi pendapatannya per bulan.  


Duh, miris engga sih...Mendengar kenyataan seperti ini?  Dan akhirnya jadi ingin nulis tentang ini, mumpung berbagai kegiatan rutin pasca lebaran belum dimulai.  Sudah sebulan lebih semua kegiatan 'penghalang' ngeblog itu diliburkan tetapi nulisnya kok baru sekarang ya... :(

Sebelumnya mungkin ada teman-teman pembaca setia blog Cerita Ida ada yang penasaran (geer dikit boleh lah ya...hihi..) kenapa sekian lama saya menghilang dari dunia per blogger-an.  Sebetulnya rindu menulis itu pasti ada sih, karena itu sudah jadi kebiasaan sejak lama.

Masalahnya saya belum bisa membagi waktu dengan baik karena sekarang saya fokus upgrade diri untuk belajar dan mengajar ilmu agama.  Tiap hari Senin sampai Jum'at saya ada kegiatan  belajar maupun mengajar secara online.  

Ada pembelajaran bahasa Arab (nahwu dan shorof), tahsin, tahfidz dengan terjemah per kata atau kajian keislaman lainnya.  Bahkan sehari itu terkadang lebih dari satu zoom meeting.  Belum lagi kegiatan rutin off line yang sudah pasti tentu ada.

Salah satu yang sedang saya pelajari, terlambat tapi lebih baik daripada tidak :D


Jadi mana sempat menulis yah... hehe....Eh bukan tidak sempat, tapi jujurly saya belum bisa secara manajemen waktunya.  Karena belajar maupun mengajar membutuhkan persiapan yang panjang sebelum dan sesudahnya.  Banyak aktivitas terkait hal itu yang mengiringinya.

Merasa terlambat setelah usia menuju senja baru belajar perbekalan di akhirat akhirnya jadi kebut deh, belajar banyak hal dalam satu waktu.  Jadi serasa kuliah lagi, resikonya memang jadi tidak optimal, terkendala dengan kapasitas diri yang sudah jauh menurun.  

Tidak dipungkiri faktor usia membuat penyakit susah ingat dan mudah lupa mulai hadir. Tapi bukankah tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan?  Semoga semangat belajar ini tak lekang oleh waktu, semoga juga bisa menginspirasi teman-teman semua untuk menyisihkan waktu untuk belajar agama lebih mendalam karena itulah bekal kita sesungguhnya.  Next mungkin (semoga bisa menyisihkan waktu) saya akan membahas tentang pentingnya ilmu agama ini.



Gaya Hidup Orang Indonesia Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya?


Eh balik lagi ke laptop ya... kembali ke pembahasan awal Gaya Hidup Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya?  Jadi menurut sebuah media online bernama now dots hasil penelitian tentang perbandingan antara pendapatan dan gaya hidup menunjukkan Indonesia berada di rangking 9 dengan pendapatan rata-rata orang Indonesia Rp5.1 juta  per bulan dengan gaya hidup 7 juta.

Hal yang sama terjadi di Brazil dan Pakistan yang keduanya memiliki gaya hidup melebihi pendapatannya dimana Brazil pendapatannya Rp6,2 juta dan gaya hidup mencapai Rp10 juta sementara Pakistan pendapatannya Rp2,2 juta tetapi gaya hidupnya mencapai Rp5,1 juta.

Data tersebut menyebutkan bahwa pendapatan tertinggi diduduki oleh Swiss dengan pendapatan Rp92 juta dan gaya hidup Rp36,5 juta.  Posisi kedua diraih negara tentangga kita yaitu Singapura dengan pendapatan rata-rata Rp73,8 juta dan gaya hidup 35,8 juta.

Gaya Hidup Tinggi Negara Maju dan Teori Treadmill


Menarik untuk dicermati ternyata negara-negara yang memiliki gaya hidup di atas pendapatannya itu adalah negara-negara dengan katagori negara berbunga alias negara berkembang.  Sementara negara-negara yang tergolong maju rata-rata gaya hidupnya meski tinggi tetapi masih di bawah pendapatannya.

Tingginya gaya hidup di negara maju mengingatkan pada teori Hedonic Treadmill, sebuah fenomena yang dikenal juga sebagai adaptasi hedonis dimana menunjukkan bahwa meski mengalami atau mendapatkan harta benda yang diinginkan tetapi seiring dengan berjalannya waktu tingkat kebahagiaan kita cenderung ke titik awal.  

Sementara untuk negara berkembang dengan pendapatan yang kecil bukan berarti karena tidak cukup kemudian harus gali lubang tutup lubang dong ya.  Tapi berusaha bagaimana caranya memenej keuangan kita agar dengan pendapatan yang ada bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.  

Bila setelah dimenej sedemikian rupa tetap kurang berarti masalahnya bukan pada besarnya pengeluaran (karena pengeluarannya sudah yang memang betul-betul kebutuhan bukan karena keinginan) tetapi penyebabnya adalah pada kecilnya pendapatan dan ini berarti kita harus berusaha lebih keras lagi mencari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan primer dan skundernya.

Didominasi Anak Muda


Eh tapi kita fokuskan tulisan ini sesuai judul ya, yaitu Gaya Hidup Orang Indonesia Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya?  Gaya hidup yang menurut peribahasa disebut besar pasak daripada tiang atau kata netizen gaya hidup elit ekonomi sulit ini ternyata didukung sebuah fakta yang cukup mencengangkan.

Diketahui sebuah fakta menyebutkan bahwa hingga akhir Desember 2023 total kredit macet pinjaman online di Indonesia mencapai 1,75 triliun rupiah.  Data ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 5% dari bulan sebelumnya.  

Disebutkan bahwa 75% pinjaman ini berasal dari pinjaman perorangan dan hampir 60% diantaranya pelakunya adalah anak muda.  Dan menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan) alasan peningkatan ini adalah untuk menutupi hutang sebelumnya alias gali lubang tutup lubang.

Penyebab Utama Gaya Hidup Melebihi Pendapatan


Kira-kira apa sih penyebabnya sehingga orang Indonesia terutama anak mudanya berprilaku seperti itu?  Apakah karena memang pendapatan rata-rata penduduk Indonesia itu sangat kecil sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya?

Dilihat dari jumlah yang  rata-rata sebesar Rp5,1 juta sih kalau menurut saya itu sudah di atas UMR di mayoritas tempat di seluruh Indonesia.  Artinya jumlah itu sudah melebihi kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara sederhana.

Jadi gaya hidup melebihi pendapatan ini bukan dikarenakan karena kecilnya pendapatan rata-rata penduduk Indonesia.  Tapi gaya hidup hedonisme, individualisme, konsumerisme dan materialisme tentu menjadi biang keladinya.  

Semua itu bersumber pada keinginan untuk diterima oleh lingkungan di sekitarnya.  Perasaan insecure takut tidak mendapat sambutan dari komunitas yang diikutinya atau lingkungan di sekitarnya adalah penyebab utamanya.  Gaya Hidup yang tinggi seringkali menjadi simbol status dan kehormatan seseorang di masyarakat kita.

Solusinya tentu adalah dari keluarga, karena diri yang mendapat cukup penerimaan dari orang-orang terdekat tidak akan menjadi pribadi yang haus akan penerimaan karena keinginan mendapatkan pengakuan ini sudah terpenuhi dari keluarga terdekatnya.



Sebagai muslim saya memahami dan meyakini dan membuktikan bahwa ternyata Islam sebagai way of life menjadi solusi terbaik dari segala permasalahan kehidupan.  Seorang muslim yang baik tentu yang menjadi tujuan hidupnya adalah Allah SWT dan itu sudah cukup untuk menekan jiwa yang meronta ingin mendapat pujian dari sekitarnya.

Menanamkan dasar keagamaan di dalam keluarga secara aplikatif membentuk pribadi yang memiliki tujuan hidup untuk akhirat, dan ini menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi orangtua.  Parenting Islami adalah jawaban segala kekacauan yang terjadi pada anak-anak kita.

Menanamkan pemahaman akan sabar dan syukur adalah hal yang harus kita lakukan terhadap anak-anak kita.  Dengan pemahaman ini mereka tidak akan terjebak pada kehidupan lebih besar pasak daripada tiang.  

Dengan pemahaman ini saat kita memiliki pendapatan tinggi pun tentu tidak akan terjebak pada hedonisme, konsumerisme dan materialisme.  Karena target hidupnya sudah jauh melampaui dunia ini yaitu kebahagiaan di akhirat.  Kekayaan yang Allah SWT titipkan di dunia akan dijadikan sarana agar mendapat kehidupan yang nyaman di akhirat nanti.

Terlebih lagi untuk sampai meminjam untuk memenuhi keinginannya itu tidak akan terjadi, karena saat mereka menjadi pribadi yang beriman mereka akan taat pada ajaran agamanya sehingga tidak akan sampai terjebak pada pinjaman online yang sudah jelas itu riba dan hukumnya diharamkan.

Di bawah ini adalah salinan dari postingan fesbuk saya yang sepertinya relate dengan permasalahan ini.  Dimana solusi semua parenting itu adalah kembali pada pedoman hidup yang telah Allah berikan kepada manusia.  

Bismillah,
Saat membaca tentang kisah seorang remaja putri yang mengumumkan akan membuka hijabnya.....
Saya malah jadi teringat dengan ibu Wirianingsih, ibu dengan 10 anak hafidz dan hafidzah.
Kini beliau sedang menikmati kebahagiaan memiliki anak-anak sukses, cerdas serta sholih dan sholihat.
Terakhir satu tahun yg lalu saya mendengar anak keempatnya diwisuda magister di UI.
Dua tahun lalu anak bungsunya, Himmah diwisuda dengan predikat cumlaude di jurusan Psikolog Undip, sebelumnya Himmah mendapat kesempatan belajar di Univ Edinburgh Scotland selama satu semester.
Sebelumnya juga mendengar kabar kalau anak ketiganya Maryam Qonita meraih gelar Doktor dari IIUM Malaysia.
Dua ulama muda Ustadz Fariz Jihadi, Lc, MA dan Saihul Basyir, Lc yang pernah menjadi juara tahfidz Qur'an 30 juz se Asia Pasifik dan hapal ribuan hadist adalah anak anak beliau.
Semua anak beliau cerdas, sukses, sholih dan sholihat dan dekat dengan Al-Qur'an. Masya Allah...
Bagaimana kiat menjadikan anak-anaknya menjadi pribadi yang sholih dan sholihat serta cerdas sukses dunia akhirat?
Bukan dua atau tiga anak tapi ini sepuluh... dan sukses semua. Kita yang dititipi dua atau tiga anak saja sering keteteran....
Apa karena kesibukan kita ? Jangan ditanya bagaimana kesibukan Bu Wirianingsih dan almarhum suaminya...yang aktif sebagai pendakwah dan aktif di berbagai organisasi.
***** ****** ****** ******
Kiat-kiat beliau mendidik dan membentuk anak-anaknya sedemikian rupa tersebar di berbagai tulisan dan video. Tinggal tanya Mbah Google pasti akan bermunculan.
Saya pribadi pernah sedikit menulis tentang gaya parenting beliau di buku saya: Ibu Smart, Anak Hebat.
---------------
Intinya, bermula dari visi misi suami istri dalam membangun keluarga.
Orang tua yang memiliki visi terhadap pendidikan anaknya akan menyertakan Al Qur'an dalam proses membersamai tumbuh kembang anak-anaknya.
Anak-anak terlahir dalam keadaan fitrah. Tugas kita mempertahankan fitrah itu dalam diri anak agar fitrah itu tidak tercemar dan menguap hilang bersamaan bertumbuhnya mereka.
--------------
Kalau orang tua berhasil mempertahankan fitrah anak maka tidak akan kesulitan dalam mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih dan sholihat.
Jadi kalau ada anak kita yang kemudian jauh dari Al Qur'an tinggal berkaca saja pada diri sendiri apakah kita sudah memberikan role model pada anak-anak kita untuk dekat dengan Al Qur'an?
Mungkin juga ada yang salah dengan gaya parenting kita.
Janganlah kita berkiblat pada parenting ala barat sebelum menyelami parenting ala Islam.
Tak perlu dulu membaca parenting gaya barat sebelum khatam kitab Tarbiyatul Aulad....
Menyelami shiroh para sahabiyah kita bisa melihat parenting Islami itu terbukti melahirkan pribadi-pribadi hebat yang luar biasa namun taat pada Tuhan-nya.
Nama mereka tetap hidup dan harum ratusan tahun setelah mereka tiada.
Itu karena parenting Islami berasal dari Sang pencipta yang betul-betul memahami ciptaan-Nya.
----------------
Bagaimana kalau sekarang anak-anak sudah besar dan sudah terlanjur sulit untuk dibentuk lagi?
Tidak ada yang bisa kita lakukan selain berserah diri padaNya.
Banyak beristighfar, memohon ampunan atas kesalahan kita dalam melangkah dan atas kelalaian kita dalam menjaga amanah-Nya.
Mengakui kelalaian dan kesombongan kita yang mungkin telah angkuh telah menjauh dari petunjuk-Nya yang sebenarnya akan menyelamatkan kita dan keluarga kita di dunia dan akhirat.
Mendekatkan diri kita kepada-Nya agar menjadi hamba yang pantas dikabulkan do'anya sekaligus sambil memberikan tauladan kepada anak-anak kita dengan menjadi pribadi baru yang tidak larut dengan keindahan dunia.
Jangan lupakan untuk terus berdo'a.....
Mendo'akan anak-anak kita agar menjadi anak-anak sholih dan sholihat, bisa kembali dekat dengan Al-Qur'an.
Mendo'akan mereka agar menjadi anak-anak yang akan membahagiakan orang tuanya tidak saja di dunia tapi hingga kita di alam kubur nanti dengan do'a -do'a nya yang kelak akan sangat kita butuhkan.
Menjadi anak-anak yang menjadi insan yang bertaqwa yang bermanfaat untuk sekitarnya.
Anak-anak yang menjadi investasi di akhirat bukan malahan menjadi anak-anak pemberat beban kita di akhirat.
Jadilah keluarga visioner yang bercita-cita bisa bersama-sama sampai di surgaNya kelak.

Yah begitulah teman-teman, semua kembali pada Islam sebagai way of life karena memang ternyata sudah terbukti hidup mengikuti aturan Islam itu memberikan kebahagiaan tidak hanya di akhirat nanti tapi juga di dunia ini.

Sudah dulu ya semoga tulisan Gaya Hidup Orang Indonesai Melebihi Pendapatan, Apa Penyebabnya? ini bermanfaat dan bagi saya menjadi motivasi untuk kembali menulis :D


4 komentar :

  1. Waah seneng baca lagi tulisan teh Ida. Sehat selalu dan memberi insirasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... terima kasih. Semoga bisa istiqomah bisa menulis lagi....:D

      Hapus
  2. Mantap tulisanya👍

    BalasHapus
  3. Syukran jazaakillah khairan teh Ida

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^