blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

16 Mar 2022

Mengejar Kebahagiaan

Mengejar Kebahagiaan


Mengejar Kebahagiaan  Dulu saya suka sekali nonton film banyak juga film yang saya tonton.  Namun saat memiliki anak saya menghentikan kebiasaan nonton itu.  Tidak anti film atau televisi tapi lebih karena ketidakmampuan saya mengatur waktu dan konsistensi dalam jadual nonton televisi anak-anak.

Saat anak-anak kecil sempat terbiasa ada acara nonton film karena film memang sesuatu yang sangat menarik. Akhirnya saat kami memutuskan tidak ada televisi di rumah jadi menguranginya dengan bertahap sewa VCD seminggu sekali. Lama-lama karena kebingungan mencari film bagus akhirnya kebiasaan nonton film hilang dengan sendirinya di keluarga kami.

Tidak menutup mata kalau ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari film. Jadi saya tidak anti pati dengan film, namun lama kelamaan saya jadi tidak terlalu menyukai aktivitas nonton.  Anak-anak pun demikian, kebiasaan nonton tidak ada dalam jadual kegiatan mereka sehari-hari.  Untuk itulah mengapa saya menulis Cerita Ida yang berjudul Mengejar Kebahagiaan

Film Upin-Ipin

Paling anak bungsu yang meski sekarang sudah duduk di kelas 9 masih suka nonton film Upin-Ipin. Jadilah film Upin-Ipin menjadi agenda tetap tontonan kami saat makan bersama. Di masa banyak pekerjaan dan sekolah dilakukan di rumah maka makan bersama pun jadi rutin sehari tiga kali, dan agenda nonton pun jadi tiga kali...

Lucunya mau selesai atau tidak film Upin-Ipin itu kalau acara makan sudah selesai, maka selesailah acara nonton bersama..hahaha.  Begitulah. Saat ini dengan bermunculannya para youtuber dengan berbagai konten menarik akhirnya anak-anak pun akhirnya jadi suka nonton walau di rumah tidak ada televisi.  Mereka jadi memiliki youtuber favorit masing-masing.

Bercerita tentang film, zaman anak-anak kecil, saat seminggu sekali menyewa film, ada beberapa film favorit yang sampai berkali-kali kami tonton.  Bahkan mungkin ada yang sampai puluhan kali kami tonton, saking bingung mencari referensi film yang bagus.

Beberapa film yang saya ingat yang sering kami tonton dulu adalah fim Sang Murobbi, beberapa film motivasi seperti Facing The Giant, The Billionaire, Merry Riana, Pursuit of Happiness dan film parenting Taare Zamen Paar ada juga film tentang perang melawan Alien Ender's Game serta Planet of The Apes.

Kali ini saya ingin menuliskan tiga dari beberapa film yang sering kami putar itu yaitu film The Pursuit of Happiness, The Billionaire serta Facing The Giant.



The Pursuit of Happiness (Mengejar Kebahagiaan)

Film The Pursuit of Happiness atau Mengejar Kebahagiaan ini berkisah tentang Chris Gardner seorang ayah yang pintar, rajin dengan semangat kerja yang tinggi. Ia mempunyai impian besar untuk keluarga.  Sayangnya keberuntungan belum berpihak kepadanya saat ia memutuskan untuk menggunakan hampir seluruh tabungannya untuk membeli stok persediaan alat kedokteran yang baru dan canggih.

Setelah mencoba memasarkannya ia baru sadar kalau alat kedokteran itu bagi sebagian besar dokter terlalu mahal dan kurang dibutuhkan.  Akhirnya ia tidak memiliki uang lagi, istrinya yang selama ini membantunya dengan bekerja selama 14 jam sehari di sebuah laundry akhirnya  pergi meninggalkan dirinya dan anakknya untuk tinggal bersama adiknya di New York.

Singkatnya, ia dan anaknya terusir dari rumah kontrakannya dan menjadi tuna wisma.  Dia dan anaknya sampai harus tidur di toilet stasiun kereta api dan menguncinya agar bisa tidur di dalamnya.  Akhirnya ia menemukan sebuah tempat untuk persinggahan para tuna wisma dengan kondisi yang sangat sederhana dan harus antri, rebutan dengan tuna wisma yang lain.

Akhirnya Chris Gardner tertarik menjadi seorang pialang saham.  Perjuangan Chris Gardner menjadi pialang saham sungguh luar biasa, harus kursus selama 6 bulan dan harus menjadi rangking satu diantara para peserta lainnya agar terpilih menjadi pialang saham.  

Berkat kegigihan dan cita-cita besarnya akhirnya dia terpilih hingga akhirnya menjadi pengusaha yang sangat sukses.Chris gardner akhirnya sukses menjadi seorang pialang saham kemudian mendirikan perusahaan pialang saham sendiri dan menjadi multimilyader.  

Tak ingin menjadi orang yang lupa kacang pada kulitnya ia pun menjadi dermawan membantu penyediaan tempat penampungan bagi para tunawisma.

The Billionaire

Seperti halnya The Pursuit of Happiness, The Billionaire pun merupakan film berdasarkan kisah nyata.  Film produksi negara Thailand ini menceritakan kegigihan Top seorang remaja Thailand dalam berbisnis.

Banyak hal yang bisa diambil dari kisah Top ini misalnya saja bahwa ide bisnis bisa diambil dimana saja. Saat remaja Top berjualan senjata melalui avatar game online yang ia mainkan.  Top juga ulet berjualan kacang saat baru masuk universitas.  Masak sendiri, mencoba bumbu berulang kali trial and error.

Top juga berani mengambil resiko, menjual sisa asset yang dimiliki untuk modal usahanya.  berani mengambil keputusan tapi tidak gegabah.  Berani mencari bisnis yang lain, ulet dan kerja keras memajukannya.

Dengan keuletan, kerja keras, keberanian serta totalitas akhirnya Top berhasil di dalam bisnisnya dan menjadi pengusaha sukses di usia mudanya.

Facing The Giant

Dalam karirnya yang sudah enam tahun sebagai pelatih football, Grant Taylor tidak pernah memenangkan sebuah musim kompetisi pun.  Kepercayaan dirinya terus merosot, terlebih saat pemain terbaiknya pindah ke sekolah lain dan bergabung dengan tim football yang lebih bagus.

Kondisi keuangan yang parah, ditambah mendengar bahwa sekelompok orang tua murid meminta dirinya dipecat membuat Taylor benar-benar kehilangan harapan.  Sebuah mimpi dan kejadian aneh mengubahnya dan membantu dirinya menemukan tujuan lebih besar daripada sekedar menang dalam pertandingan.

Perjalanan spiritual yang terjadi dalam dirinya dan keberanian untuk percaya dengan Tuhan membuatnya mampu membuat semangat baru dalam hidupnya.  Akhirnya semua itu membuahkan keberhasilan di dalam dan di luar lapangan football

Itulah tiga film yang paling berkesan, mohon maaf karena saya bukan seorang sufi alias bukan seorang yang suka film. Terakhir nonton film dengan serius sudah lama sekali, mungkin zaman sebelum pandemi, artinya sudah lebih dari dua tahun yang lalu.

Semoga tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul Mengejar Kebahagiaan ini ada manfaatnya ya teman-teman.

8 komentar :

  1. lah aku juga sampe sekarang masih doyan banget nonton kartun mbaa.. haha kayak happy aja gitu nontonnyaa.. beberapa anime aku juga masih ngikutin hehehe :D

    BalasHapus
  2. The Billionare bagus bgt ini, aku sampai suruh anakku nonton juga. Makna ceritanya bagus buat bikin semangat dan belajar untuk pantang menyerah.

    BalasHapus
  3. Kyknya aku perlu nonton film2 yang direkomen mbak. Soalnya belakangan lagi merasa gak bahagia #tsaahh.
    Memang sih sesuai janji Tuhan setelah rasa sempit pasti ada rasa lapang, tp kadang melewati masa sempit itu memang agak susah ya

    BalasHapus
  4. Dari sekian film hanya Upin Ipin aja yang sudah nonton. Menurutku Upin Ipin bisa melebur ke segala usia, malah pernah nonton Upin Ipin di bioskop. Mengejar Kebahagiaan yang unyu, hehe

    BalasHapus
  5. Film-filmnya memang bagus dan deep banget itu maknanya Teh, karena memang relate banget sama kehidupan sehari-hari, terkadang memang hidup itu ada di bawah dan ada di atas

    BalasHapus
  6. Kebahagiaan sejatinya memang sudah ada di dalam diri masing-masing manusia yaa..
    Dan cita-cita atau harapan ini akan semakin melengkapi kebahagiaan jika sesuai dengan apa yang kita rencanakan atau kita usahakan.

    BalasHapus
  7. kalau bagi saya film The Pursuit of Happiness sih yang paling berkesan dan paling nggak bisa dilupakan

    BalasHapus
  8. Yang pursuit of happines tuh aku udah pernah nonton mba, sedih pas moment si ayah harus kesana kemari membawa anaknya, bahkan harus tidur di toilet hiks... Namun perjuangannya yang tidak mengenal putus asa akhirnya membawanya ke dalam kesuksesan ya. Bagus nih filmnya.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^