"Mi.. nanti aku S2 nya mau di Oxford ya, cuman setahun kok.." Sulungku berkata suatu ketika.
"Lha..terus kapan nikahnya..?" Timpalku. Kaka hanya tertawa.
"Berat kali ya Ka... ke Oxford mah?" Lanjutku kemudian.
"Iyaa Mi..Toefl nya aja harus 600.." jawab Kaka.
"Iyaa ... berarti harus belajar yang rajin, bahasa inggrisnya juga harus terus ditingkatkan..." kataku. Sambil mikir ini anak S1 aja belum mau mulai sudah mikir S2...xixixi....Kerenlah semangatnya mah.. :)
Di saat lain...
"Mi aku dikasih coklat..." Si Tengah menyerahkan sebatang coklat.
"Dari siapa.." Buru ku.
"Si A..." Jawabnya menyebutkan nama seorang teman laki-laki sekelasnya.
"Terus Teteh terima.?." tanyaku.
"Gak enak nolaknya, tapi aku mastiin kalau coklat ini gak ada arti apa-apanya..Balikin aja gitu Mi...?" jawabnya dilanjut dengan pertanyaan.
"Kalau teteh sudah ngejelasin ga ada apa-apa ya udah ga usah dibalikin...makan aja" Jawabku
"Ih..ga mau ah.." Si Tengah menjawab dengan nada jengah.
"Ya udah..buat Umi aja.." Si Umi pun mengambil coklat itu dengan bahagianya. Hahaha...
Momen-momen seperti itu adalah momen-momen yang membuat saya sebagai ibu merasa bahagia. Anak mau berbicara tentang masa depan, tidak malu terbuka berbicara tentang temannya yang naksir atau hal lain yang membuatnya galau.
Anak-anakku.... |
Memang tidak mudah menjadi sahabat anak, terlebih lagi sebagai orang tua terkadang kita tidak dibekali dengan persiapan mental maupun ilmu. Menjadi sahabat anak harus tahu dunia anak, nyambung saat diajak bicara apa pun tentang dunianya. Padahal dunia kita sebagai orang tua jauh berbeda dengan dunianya. Ada gap yang begitu besar hingga kadang kita tidak paham dengan apa yang ada dalam isi kepalanya. Hingga anak akhirnya lari mencari teman berbicara yang nyambung dengan dunianya.
Kasus lain....
"Mi... aku mau punya dede ya.." Entah untuk keberapa kalinya dalam seminggu ini Si Bungsu meminta adik,
"Kenapa...kok jadi minta adik..? Tanyaku heran,
"Biar nanti aku ada temen kalau sudah dibeliin congklak sama Umi.." jawabnya polos
"Ya sama umi aja atuh main congklaknya.." timpalku.
"Kemarin-kemarin..katanya, umi sudah besar, ga main congklak lagi.." jawabnya
Hadeuuuh salah deh... hehehe..
Kasus saya dengan si bungsu menunjukkan bahwa proses persahabatan memang harus dibina dari sejak kecil. Orang tua harus mau masuk ke dunia anak, bermain dengan anak dengan mengorbankan segudang tugas yang menggunung. Susah kan ya... di sisi lain kita ingin dekat dengan anak, bermain dengan anak, di sisi lain banyak hal yang harus kita kerjakan. Mana yang kita dulukan? Tergantung skala prioritas kita sih jadinya...
Menjadi sahabat anak adalah salah satu bentuk pola pengasuhan yang bisa diterapkan orang tua dalam pendidikan keluarga. Perkembangan dan kepribadian anak berawal dari rumah, karena anak merupakan plagiator ulung sementara lingkungan terdekat merupakan role model bagi anak. Dalam kesehariannya anak-anak tidak hanya membutuhkan figur orang tua, Anak-anak juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya. Bersama partner nya inilah ia akan merasa senang, nyaman dengan diri dan lingkungannya. Dan sebagai orang terdekat orang tua seyogyanya memposisikan dirinya sebagai sahabat anak.
Bila di era milenium ini orang tua merasa sama sekali tidak mengenal dunia anak masa kini, kita bisa membuka mata dan telinga kita, melihat sekitar kita termasuk belajar dari film tentang dunia anak-anak. Be open minded, saya juga gak begitu suka film, sangat jarang bahkan, di rumah enggak ada televisi, anak-anak juga jarang nonton televisi memang. Tapi sekarang mereka bisa bebas buka youtube dan kalau kita bisa tertinggal dari dunia mereka, bisa bahaya dong, kita jadi sosok yang tidak tahu dunia mereka oleh anak-anak kita.
Ada baiknya bila kita bisa menonton film tentang kondisi dunia anak di zaman milenium ini. Salah satunya adalah Film My Generation besutan Upi, sutradara yang banyak mensutradai film bertema remaja zaman sekarang. Film yang akan mulai tayang tanggal 9 November 2017 ini memang kental sekali dengan dunia remaja di era millenials.
Upi serius sekali membuat film ini. Dalam pembuatan film ini Upi melakukan riset social media listening selama dua tahun, sedangkan pengerjaan filmnya sendiri selama satu tahun. Di dalam film ini juga Upi memasukan beberapa dialog khas anak millenials di sosial media hingga dialog dan karakter di film ini sesuai dengan gaya bahasa dan trend anak muda zaman sekarang.
Film My Generation merupakan film terbaru dari IFI Sinema memperkenalkan empat pemain fresh yang sesuai dengan karakter remaja millenals. Mengisahkan tentang persahabatan empat remaja dengan latar belakan yang berbeda. Semuanya memiliki konflik yang berbeda yang memang banyak terjadi di dunia zaman sekarang. Jadi keempat remaja ini mewakili potret sebagian kecil masalah yang terjadi di dunia remaja masa kini. Konflik bermula dari gagalnya mereka berlibur karena mereka dihukum setelah viralnya video yang mereka buat tentang protes mereka terhadap guru, sekolah dan orang tua. Siapa yang mengira ternyata hal itu membawa pada kejadian dan peristiwa yang sangat berarti dalam kehidupan mereka.
Bagi yang penasaran dengan film ini sila saksikan thriller dari film ini :
Semoga saja dengan menyaksikan sendiri kondisi dunia mereka, membuat kita para orang tua menjadi lebih paham akan dunia mereka hingga dapat menyikapinya dengan lebih bijak. Orang tua bisa menyelami dunia mereka hingga bisa dijadikan partner oleh anak dalam menyikapi dunianya. Bahwa di luar sana, di luar anak-anak kita yang mungkin telah menjadi pribadi yang baik..mungkin ya... ada kehidupan lain bahkan begitu banyak yang bisa saja mempengaruhi kehidupan mereka. Jadi kita bisa memberi mereka imun.
O ya ada beberapa tips agar kita bisa menjadi sahabat anak-anak, antara lain adalah:
- Menjadi pendengar yang baik dan aktif bagi anak sehingga anak merasa dihargai dan dicintai. Berilah respon positif saat mereka curhat, karena saat mereka curhat berarti kita telah dianggap sahabat oleh anak dan diharapkan masukannya.
- Melibatkan diri kita dalam dunia dan kegiatan anak. Ikut bermain dengan anak, pahami kebiasaan-kebiasaan mereka, lihatlah kreativitas mereka. Dengan dekat dengan anak kita bisa tahu kelebihan dan kekurangan anak-anak kita.
- Berikan Reward dan Punishment yang disepakati bersama, konsistenlah dengan semua itu.
- Berilah kepercayaan kepada anak, dalam sebuah persahabatan ada kepercayaan ada penghargaan kepada sahabat. berikanlah semua itu kepada anak-anak kita. Biarkan mereka mandiri, dengan kepercayaan yang kita berikan akan tumbuh rasa percaya diri dan jiwa kreativitasnya.
Jadi dapat masukan ilmu nih buat saya tentang persahabatan orangtua dengan anak yang bisa saya diaplikasikan nantinya
BalasHapuskadang ada beberapa hal yang bisa dibicarakan dengan orang tua tapi tidak dengan sahabat, begitu juga sebaliknya. Tapi kalo aku mah lebih banyak cerita sama orang tua sih terutama mama hehe jadi udh kaya sahabat sendiri
BalasHapusJd ingat bapak ibuku, really my dad and my mom is my best friend forever
BalasHapuswaaah, makasih sharing pengalamannya teh Ida,bener banget,mesti menjalin persahabat sejak anak-anak kecil,semoga saya bisa
BalasHapusBahagia menjadi seorang ibu itu sebenarnya sedehana ya,bisa komunikasi baik dengan anak-anak itu sangat membahagiakan
BalasHapussaya juga pengen banget nanti bisa jadi sahabat buat anak saya
BalasHapusKata orang anak cowok lebih suka curhat sama mamanya, sementara anak cewek lebih suka curhat sama papanya. Itu bener ngga sih?
BalasHapusSekarang memang mendidik anak itu harus penuh dengan cinta dan bersahabat secara dekat ya Teh. Kalau anak digertak nantinya malah jadi pemberontak :)
BalasHapusSejak sekarang saya sama Marwah sudah membentuk persahabatan, biar nanti sudah besar terbiasa terbuka
BalasHapusTeteh luar biasa bisa menjadi sahabat kelima anak Teteh :)
BalasHapusBaru 1 anak aja nih ulu udah lieur menjalin hubungan sbg sahabat, apalagi 5 kayak teh ida. Anaknya teh ida bageur-bageur pisan. Ulu baru ketemu 1 tapinya ya, 4 lagi belon hehehe
BalasHapusfilm yang digarap serius ya, sampe 2 tahun riset. tonton ahhhh
BalasHapusSeru ya kak punya banyak anak, jadi keluarga besar tu banyak saudara nantinya. Sukses selalu mbak.
BalasHapusAkupun lg belajar utk lbh bisa memahami anak. Ga mau menghakimi, ga mau asal melarang tanpa mendengar alasan mereka sebelumnya. Intinya, aku ga mau anak2 jd tertutup seperti aku dulu ke ortuku mba. Kita semua ga ada yg deket ama ortu ya krn dulu didikan mereka itu streng bener. Ala militer lah.. Yg ada kita semua takut, dan diem2 malah memberontak. Aku bgt sih itu. Ga pgn aja anakku jg begitu :(
BalasHapusTeteh... Hebat ih. Bisa jadi sahabat kelima anak.
BalasHapusMakasih udah bagi resepnya :))