blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

8 Mar 2020

Menyusuri Lorong Waktu di Museum Al Amoudi Mekkah


Menyusuri Lorong Waktu di Museum Al Amoudi Mekkah  Baru saja tadi pagi saya membaca review buku Umrah Anti Mainstream karya Nordin Hidayat.  Review yang ditulis oleh seorang teman blogger yang juga mantan jurnalis yaitu Rach Alida Bahaweres.  Katanya dalam buku itu ingin menyampaikan bahwa Umrah Anti Mainstream intinya memiliki tiga kata kunci utama yaitu: menikmati perjalanan, menyelami budaya serta merasakan kuliner.


Seandainya saja saya menemukan buku itu sebelum pergi umrah jadi bisa lebih tahu lebih jelas lagi tentang buku itu dan lebih bisa diaplikasikan supaya umrah saya tak terlupakan.  Pastinya sih setiap perjalanan umrah pasti tak terlupakan ya...? Akan ada selalu yang berkesan berapa kali pun kita pergi berumrah.  Tapi kalau membaca reviewnya yang fokus pada tiga hal itu rasanya kalau menurut saya ada yang kurang deh.  Bagi saya umrah tak terlupakan harus tentang perjalanan ruhani yang penuh dengan kesan hingga bisa mengubah diri selanjutnya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih lembut, lebih pemaaf, lebih pengasih, lebih dekat dengan Allah dan semakin semangat beribadah.

Eh sebetulnya saya mau menulis tentang Museum Al Amoudi kok malah ke sana ke mari ya...hahaha.. Baeqlah saya mau fokus ke tujuan utama saja, tapi sebetulnya nyambung juga sih karena di Museum Al Amoudi ini kita bisa menyelami budaya Arab lebih dalam lagi.  Memasuki Museum Al Amoudi ini kita seperti memasuki sebuah lorong waktu karena museum ini berisi potret kebudayaan dan peradaban kehidupan Arab di masa silam.




Biasanya setiap ibadah umrah atau ibadah haji para jamaah berbondong-bondong ke tempat bersejarah umat Islam seperti Jabal Magnet, Jabal Uhud, Jabal Nur sampai Jabal Rahmah. Nah Museum Al Amoudi ini merupakan destinasi wisata yang masih tergolong baru di Mekkah. Jadi kalau umrah nya sudah lama pasti tidak mampir ke destinasi wisata yang satu ini karena baru beroperasi pada tahun 1435 H jadi baru sekitar 6 tahun.




Museum Al Amoudi ini berada di daerah El Shimeisi pinggiran kota suci Mekkah. Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit berkendaraan mobil dari Masjidil Haram.  Tampak depan bangunan Museum Al Amoudi ini seperti sebuah benteng, warnanya coklat terang karena terbuat dari campuran lumpur dan susu, mirip dengan rumah tradisional khas Arab masa lalu.




Museum seluas 2.000 meter persegi ini dibangun oleh Abu Bakar Al Amoudi, itulah mengapa museum ini bernama Al Amoudi, mengabadikan nama yang membangunnya.  Keberadaan museum ini selain memberikan wawasan tentang budaya dan peradaban Arab masa lalu juga jadi hiburan tersendiri, memberikan suasana lebih cair setelah khusyu beribadah selama beberapa hari di Kota  Mekkah (kebetulan saya ke Mekkah dulu baru ke Madinah).




Di Museum Al Amoudi ini kita bisa melihat deretan koleksi senjata dan pakaian tradisional Arab lengkap dengan aksesorisnya. Asyiknya lagi kita sebagai pengunjung berkesempatan untuk berfoto ria dengan menggunakan pakaian tradisional Arab tersebut.  Asyik kan..? Walau harus mengantri tetapi banyak pengunjung yang tak ingin ketinggalan mencobanya.




Ada juga foto Hajar Aswad, dimana para pengunjung bisa berfoto di dekatnya dan bergaya seolah-olah mencium Hajar Aswad yang sebenarnya.  Museum Al Amoudi ini juga berisi berbagai properti peradaban dan perlengkapan kehidupan sehari-hari masyarakat Arab di zaman dahulu. Mulai dari sumur, perlengkapan memasak, perlengkapan makan dan minum, toko, rumah, sofa, ranjang,  perhiasan, alat tenun, alat pemintal, telepon kuno hingga peralatan berburu dan peralatan perang tentara Arab.


Di Museum Al Amoudi ini juga kita bisa berfoto bersama dengan binatang padang pasir yang sudah diawetkan seperti unta dan burung unta.  Di sini juga kita bisa melihat Mekkah tempo dulu hingga kini dalam rangkaian foto.  Gambaran bagaimana kondisi Masjidil Haram, Kabah hingga bagaimana jemaah bertawaf dan bersa'i di masa lampau bisa kita lihat di sini melalui foto-foto.  Kita bisa melihat tawaf dan sa'i masa lalu yang masih begitu sederhana, belum serapi sekarang, sa'i pun masih di area terbuka dengan tanah berdebu.


Memasuki Museum Al Amoudi ini kita harus membayar tiket yang cukup murah yaitu 3SR atau sekitar Rp12.000,00.  Biasanya rombongan jemaah berkunjung ke museum ini di hari-hari terakhir mereka di Mekkah. Mampir saat menuju ke bandara sebelum kembali ke negaranya, atau dalam perjalanan menuju Madinah seperti yang saya alami.

Nah teman-teman sebagai destinasi wisata hiburan sekaligus menambah wawasan tentang kebudayaan dan peradaban Arab yang akan membuat perjalanan umrah kita lebih berkesan, Museum Al Amoudi ini memang layak untuk teman-teman kunjungi.  Mungkin akan memberikan nuansa berbeda dalam perjalanan ibadah ruhani teman-teman, setidaknya akan memberi warna yang membuat umrah semakin berkesan dan tak terlupakan.

Semoga tulisan Cerita Ida kali ini yang berjudul Menyusuri Lorong Waktu di Museum Al Amoudi Mekkah ini bermanfaat ya teman-teman :)

14 komentar :

  1. Subhanallah . ... indahnya perjalanan Teteh barakallah

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah.. barakAllah mba :) hati hati da semoga mabrur

    BalasHapus
  3. Semoga nanti kalau beribadah umroh bisa mampir ke museum ini. Seru kalau bisa menggenakan pakaian tradisional arab. Trims infonya kak

    BalasHapus
  4. Barakallah teh, perjalanannya menyenangkan sekali yaa. Duh keinginan kesana semakin menjadi - jadi nih, mudah2an secepatnya aamiin.

    BalasHapus
  5. kemarin mbak ida, pas gak aktif berarti lagi umroh ya? Alhamdulillah ya mbak

    BalasHapus
  6. Catat langsung, harus penuhi 3 hal ini ya kalo pingin perjalanannya berhasil :
    menikmati perjalanan, menyelami budaya serta merasakan kuliner.

    BalasHapus
  7. Masya Allah. Membacanya jadi serasa ikut dalam perjalananmu teh. Semoga aku dimudahkan ya menginjakkan kaki di sana aamiin

    BalasHapus
  8. Tiket masuknya murah sekali ya Mbak Ida...banyak wawasan yang kita bisa dapatkan dari Museum Al Amoudi Mekkah ini. Jadi lebih berkesan ya perjalanan umrahnya

    BalasHapus
  9. Suatu cerita yang memiliki banyak hikmah, semoga kita semua dimudahkan dalam perjalanan ke Baitullah. Amiin

    BalasHapus
  10. Gedungnya di bangun dengan campuran lumpur dan susu, wow... Ternyata susu bisa jadi campuran bahan perekat juga ya.

    BalasHapus
  11. Menarik ya museu. Ini.
    Noted, kl ada rizki bisa jd budket list nih museum Al Amoudi Mekkah

    BalasHapus
  12. Ya Allah.... rinduuu banget untuk kembali ke Mekkah - Medinah.
    Pengin ke sini jugaaaa
    Pengin ke Thaif jugaaa

    Semoga ALLAH mudahkan kita semua

    BalasHapus
  13. Barakallah mbak..Baca ceritanya jadi kepengen juga ke Mekkah dan Madinah. Kapan yaa..Bismillah..semoga Allah mudahkan..

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^