Awalnya saya sedikit kecewa dengan pesantren tempat sekolah anak ketigaku. Tidak sesuai dengan ekspetasi awal, dan apa yang saya baca di pamflet promonya. Sekolah tahfidz tapi saat lulus anakku 'hanya' hapal belasan juz. Terlebih secara akademis pun tertinggal cukup jauh.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu saya malah jadi bersyukur anakku Fathya masuk ke pesantren tersebut. Fathya yang memang pada dasarnya anak yang baik ternyata tumbuh menjadi pribadi muslimah sholihat.
Sepulang menuntut ilmu dari pesantren tersebut, meski hapalan Al Qur'annya tidak sesuai harapan tapi alhamdulillah dari segi akhlak dan kedewasaan berkembang pesat. Betul-betul menjadi muslimah sholihat yang taat kepada Rabb-nya. Fathya juga anak ceria yang menjadi qurrota ayun bagi orangtuanya, santun, pengasih, rendah hati, lembut, rajin, hemat dan tidak cinta dunia.
Sebagian dari anak2 yang mengaji di rumah sedang nobar film Nusa The Movie |
Terbukti saat ini sangat bersemangat mengajarkan Al Qur'an, dan selalu menolak saat ada orang tua muridnya yang memberinya uang. Murid mengajinya sekarang hampir 30 orang, dua diantaranya kini ikut membantunya mengajar ngaji.
Fathya sering mengingatkan anggota keluarga yang lain kalau misalnya berkata-kata yang kurang baik. Termasuk kepadaku uminya saat berkata-kata yang tidak bermanfaat Fathya mengingatkan, "Istighfar umi...." Tentu saja saya tidak tersinggung malah bersyukur punya anak yang begitu sholihat. Alhamdulillah...
Pentingnya Adab Di Atas Ilmu
Selidik punya selidik, ternyata Fathya di pesantren itu belajar banyak tentang adab. Terutama dalam memuliakan gurunya. Di kelasnya tak ada yang berani duduk di kursi kepunyaan gurunya. Bila guru sedang berjalan Fathya dan teman-temannya tidak berani mendahuluinya. Masya Allah.
Di zaman sekarang terlebih di sekolah umum mana ada yang mengajarkan akhlak sedemikian rupa. Betul lah apa kata Imam Ahmad yang pernah berkata "Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu". Imam Mubarak pun pernah mengatakan "Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedang kami mempelajari ilmu selama 20 tahun".
Betapa pentingnya mengajarkan adab sebelum ilmu, karena dengan memahami tentang adab maka seseorang akan menjadikan ilmunya sesuatu yang bermanfaat. Ia tidak akan berbangga diri dengan ilmu yang dimilikinya. Tidak ada ruang baginya untuk bersikap sombong. Iblis di usir dari surga juga karena kesombongannya.
Dalam kitab adabul alim wal mu ta’alimHadratus Syaikh Hasyim Asya’ari menulis; “I’lam anna dzilaka li ustadzika id-zuka. Wa tawadhu’akaluhu rif ‘atuka. Wa khidmataka lahu wa barakatun-laka”. Mengertilah bahwa: Andhap asharmu kerendah-hatian-mu kepada gurumu di situlah letak kemuliaanmu. Khidmatmu kepada Kyai-mu di situlah letak keberkahanmu. Kebanggaanmu kepada gurumu di situlah letak keluhuranmu
Alhamdulillah dengan melihat kepribadiannya sedikit demi sedikit kekecewaan saya berkurang dan berganti rasa syukur. Biarlah setahun kemarin Fathya 'hanya' belajar di rumah saja. Ya, selain kecewa tentang hapalan Al Qur'an saya juga kecewa karena Fathya yang cerdas tidak diterima SBMPTN.
Insya Allah dengan perantaraan kecintaannya kepada Al Qur'an tahun ini Fathya bisa diterima kuliah di tempat yang diinginkannya. Aamiin Allohumma Aamiin. Kisah tentang Fathya juga memberikan pelajaran berharga padaku bahwa kesuksesan seorang anak itu jangan selalu dinilai dengan sesuatu yang bernilai dunia.
Justru kesholehan anak itu adalah kesuksesan yang hakiki karena anak yang sholeh adalah harta yang sangat berharga. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan do'a anak yang sholeh"
(HR Muslim no 1631)
Masya Allah, semoga tulisan Saat Kecewa Berubah Syukur ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Masya ALlah, keren Kakak Fathya. Insya Allah jadi bekal amalan ya, di mana pun Kakak berkarya nantinya
BalasHapusAlhamdulillah ya mba, rasanya bangga dan bahagia jika anak tumbuh menjadi anak yang sholihat. Semoga selalu istiqomah ya nak...
BalasHapusMasyaAllah, begitu memuliakan adab ya Mbak.
BalasHapusIlmu nanti akan mengikuti kemudian, InsyaAllah.
keren sekali Fathya mengajarkan anak-anak mengaji dan rela tidak dibayar, InsyaAllah jadi bekal ya, amal jariah yang selalu akan mengalir, Aamiin :)
MashaAllah~
BalasHapusBarakallahu fiikum, teteh dan pasangan yang memiliki keturunan yang sholih dan sholihat. In syaa Allah menjadi penyejuk dipandang mata dan semoga menjadi tabungan di akhirat kelak.
Memiliki anak yang sholih dan sholihat memang tak terlepas dari doa dan teladan orangtuanya.
Senang sekali dengarnya. Memang ya, dos orangtua itu sangat penting dan berarti untuk masa depan anak2. Apa lagi teladan dan karakter yang diajarkan oleh orangtua.
BalasHapusSemoga kk Fathya bisa menjadi teladan juga utk orang2 sekitar. Amin ��
bismillah yaa mba.. semoga selalu terjaga kebaikan dan kejernihan nuraninyaa.. terkabul juga impian dan cita2 anak perempuan yang saliha ini aamiin
BalasHapusiya Teh, zaman sekarang memang sulit menemukan anak-anak yang tidak bermasalah dengan adab dan akhlak. makanya penting ya adab sebelum ilmu karena akan berpengaruh juga pada kehidupan anak di masa depannya.
BalasHapusBarakallah untuk putrinya yang luar biasa Teh. Permata surga, kebahagiaan di dunia akhirat. insyaAllah.
masyaAllah kebahagiaan orang tua adalah anaknya sholeh dan sholehah ya Mba, ikut terharu banget semangat kak terimakasih sudah mengingatkan dengan postingan ini
BalasHapusSemoga ada tempat yang terbaik ya nak dan pasti ajaran agama akan membuat lebih sukses ke depannya.
BalasHapusSeorang ibu akan merasa bahagia dan berhasil jika anak-anaknya menjadi anak yang bermanfaat bagi agamanya ya, Mba. Dan ini memang butuh perjuangan orangtua
BalasHapus