blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

25 Apr 2019

Strategi Capres untuk Menekan Kerugian Kesehatan Akibat Rokok


Strategi Capres untuk Menekan Kerugian Kesehatan Akibat Rokok  Semenjak masih belum menikah dulu, saya selalu berharap memiliki suami yang bukan perokok.  Bagi saya perokok itu egois, bukan hanya pada orang di sekitarnnya bahkan pada tubuhnya sendiri.  Memiliki seorang ayah yang perokok berat di usia mudanya, jadi bisa melilhat dampak negatif seorang perokok dalam hidupnya.  Selain itu juga jadi tau bahwa merokok memberi contoh yang tidak baik untuk anak-anaknya.  Waktu SD beberapa kali saya mencoba merokok sisa rokok punya ayah, walau sehisap dua hisap kemudian terbatuk karena tidak tahu caranya....hahaha...

Mengingat saat itu jadi semakin yakin kalau anak itu seorang plagiat ulung.  Selalu ingin meniru apa yang dia lihat di sekelilingnya.  Beruntung saya dan adik-adik dididik dengan dasar agama yang kuat jadi enggak keterusan ikut suka merokok seperti ayah atau terbawa pergaulan.  Terlebih lagi melihat 'penderitaan' ayah saat tuanya.  Sakit akibat merokok puluhan tahun mengakibatkan sering keluar masuk rumah sakit.  Alhamdulillah walau terlambat tapi beberapa tahun sebelum meninggal sempat menghentikan hobinya itu.

Merokok Memberi Efek Candu


Merokok memang bikin kecanduan, jadi pikiran saya muda dulu tak ingin susah-susah menyuruh suami berhenti merokok.  Mendingan memilih calon suami yang tidak merokok sama sekali aja..hehe.karena ternyata memang susah sekali menghentikannya.  Almarhum ayah juga dulu sempat berapa kali ingin berhenti tapi akhirnya merokok lagi.  Terakhir bisa berhenti karena kesehatannya  yang terus semakin menurun.

Rokok memang menimbulkan efek candu yang disebabkan nikotin yang terkandung di dalamnya.  Nikotin inilah yang menimbulkan perasaan senang atau puas, seperti kesenangan yang ditimbulkan oleh rasa kenyang setelah makan atau kepuasan setelah beraktivitas seksual.

credit: note-why.blog.spot

Secara singkat cara kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut, nikotin merangsang reseptor asetilkolin pada neuron yang berisi dopamin. Stimulasi ini menyebabkan timbunan dopamin di pusat brain-reward system.  Aktivitasi brain system inilah yang menimbulkan perasaan puas dan senang seperti yang disebutkan di atas.

Rasa inilah yang membuat orang sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok walau memahami betapa bahayanya merokok pada kesehatan.  Lembaga keislaman seperti Muhammadiyah telah menfatwakan haramnya rokok ini.  MUI sudah menfatwakan rokok hukumnya dilarang antara haram dan makruh.  MUI pun telah menetapkan merokok hukumnya haram bila dilakukan di tempat umum, haram untuk ibu hamil dan menyusui serta haram untuk anak-anak.

Beban Kesehatan karena Konsumsi Rokok yang Tinggi


Di Indonesia saat ini beban kesehatan sangat tinggi karena trend  konsumsi merokok terus meningkat dari tahun ke tahun.  Di era jaminan kesehatan nasional ini tentu saja tingginya angka penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh konsumsi  merokok membebani pemerintah karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi yang tinggi.

Hal ini tentu saja membutuhkan strategi yang tepat agar beban kesehatan akibat konsumsi dapat ditekan.  Jadi memang membutuhkan strategi yang yang baik dari pemerintah untuk menangani hal ini.  Meski pemilihan presiden sudah berlalu dan tinggal menanti hasil, jadi penasaran juga nih apa strategi masing-masing kandidat dalam menghadapi permasalahan merokok ini.  


Serial Talkshow KBR,ID #putusinaja


Pucuk dicinta ulam pun tiba ternyata hal ini pernah dibahas di acara Ruang Publik Kantor Berita Radio (KBR) dalam serial talkshow KBR.ID #putusinaja edisi ke 2 tanggal 12 Maret 2019 yang menampilkan talkshow bertema Bagaimana Strategi Capres Atasi Kerugian Kesehatan Akibat Rokok?  Oya acara ini dipandu oleh Don Brady.

Dalam acara itu dihadirkan tiga pembicara yaitu Dr. Abdillah Ahsan Wakil Ketua Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI.  Perwakilan dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma'ruf Amin adalah Prof Dr. Hasbullah Thabrany.  Sementara perwakilan dari Badan Pemenangan Nasiona (BPN) dr Harun Albar, SP A M.Kes.

Dalam paparannya yang disampaikan melalui rekaman suara Dr Abdillah Ahsan mengungkapkan 

Semua penyakit sedang meningkat baik penyakit tropis (menular) ataupun penyakit tidak menular.  Data terkhir menunjukkan peningkatan yang paling cepat adalah penyakit tidak menular.  Seperti peningkatan angka stroke, serangan jantung, peningkatan kanker dan penyakit-penyakit yang diakibatkan gaya hidup kurang sehat.   
Penyakit yang diakibatkan gaya hidup kurang sehat pertama adalah konsumsi rokok, di Indonesia konsumsi rokok tinggi sekali. Selain itu konsumsi gula yang tinggi seperti konsumsi minuman yang manis, aktivitas fisik yang tidak banyak, orang pada malas jalan-jalan, stres, pola makan yang tidak baik.  Yang paling bisa dicegah adalah konsumsi rokok...
Selanjutnya Dr Abdillah Ahsan pun mengungkapkan bawa beberapa waktu yang lalu ia mengikuti konfrensi di Bangkok, di sana terungkap bahwa keluarga miskin di Indonesia 60% nya  mengkonsumsi rokok.  Sementara negara lain hanya sekitar 10-20% . Menurut penelitian ini ada 6 dari 10 keluarga miskin di Indonesia menggunakan uangnya sebesar 12 % untuk mengosumsi rokok.  Kondisi yang sungguh membuat kita miris ya...

Sementara itu Prof.Dr. Hasbullah Thabrany  dari TKN mengungkapkan...

Rokok bukan hanya mengancam kesehatan bagi Indonesia tapi juga merupakan masalah sosial ekonomi.  Masyarakat yang sudah kecanduan merokok, terpaksa mengorbankan konsumsi produktif yang konstruktif buat masa  depannya....

Beliau pun mengunkapkan merokok juga merupakan masalah agama.  Harus ada keberanian menyampaikan keharaman rokok secara tegas.  Karena sudah jelas bahwa merokok itu merusak diri dan orang lain yang ada di sekitarnya.

dr. Harun Albar  perwakilan dari BPN mengungkapkan bahwa BPN lebih memandang perokok sebagai korban ketergantungan nikotin.  Oleh karena itu pemerintah harus terus berupaya untuk menyembuhkannya.  Penyembuhan secara medis maupun non medis.  Penyembuhan secara holistik menjadi upaya yang berusaha dilakukan.  Tidak dijelaskan seperti apa bentuknya tapi memberikan edukasi dan gerakan bahagia tanpa nikotin misalnya.

Upaya Strategis Capres 01 dan Capres 02


Upaya Strategis Capres 01 lebih menekankan dan fokus pada kenaika harga rokok.  Menurut 01 harga menjadi faktor penting sebagai bahan pertimbangan pembeli.  Meski demikian, untuk yang sudah kecanduan harga berapa pun pasti akan diupayakan.  Upaya menaikan harga lebih kepada upaya agar anak-anak atau para peokok pemula untuk tidak membeli rokok.

Langkah Strategis Capres 02 diantaranya revitalisasi Puskesmas, yaitu dengan mengkader emak-emak di puskesmas dan posyandu caranya dengan menggaungkan hestek Bahagiatanpanikotin.  Memprioritaskan say no DNER yaitu say no pada depresi narkoba aids dan rokok. Selanjutnya melakukan kerja sama dengan pihak yang terkait seperti komisi perlindungan anak, komisi TV, MUI.  Membuat inovasi-inovasi baru seperti rokok tanpa nikotin.

Dari penjelasan para kandidat tidak ada yang secara jelas memberikan solusi bagaimana menurunkan konsumsi rokok.  Penjelasan justru saya rasa diberikan Dr Abdillah Ahsan yang menjelaskan kelemahan-kelemahan penanganan rokok di Indonesia.  Dimana beliau menjelaskan bahwa

  • Penjualan rokok masih laku keras karena dijual masih secara normal, banyak diberbagai tempat dengan harga yang murah.
  • Iklan rokok masih banyak
  • Para elit masih menganggap normal orang-orang yang mengosumsi rokok.  Inilah yang menyebabkan kekuatan politik industri rokok masih demikian kuat.
  • Kawasan tanpa rokok meski mulai meningkat tapi masih minim dalam pelaksanaannya.


Kelemahan-kelemahan di atas itulah yang harus diantisipasi jangan sampai tetap menjadi kelemahan kita.  Beliau pun menyampaikan kekecewaannya karena tahun ini rokok dan cukai nya tidak dinaikkan oleh pemerintah. Ini artinya pemerintah lebih memprioritaskan industri rokok dibandingkan kesehatan masyarakat.

Semoga ke depan siapa pun yang menjadi presiden upaya penanganan terhadap masalah konsumsi rokok ini semakin baik.  Semakin berpihak kepada kesehatan masyarakat bukan pada industri rokok. Semoga tulisan cerita ida kali ini tentang Strategi Capres untuk Menekan Kerugian Kesehatan Akibat Rokok ini bermanfaat ya teman-teman  :)

2 komentar :

  1. Idem, Mbak. Saya juga nggak suka orang yang merokok. (Tapi saya nggak ikutan ngomongin soal capres, ya. Cukup soal rokok saja.)

    BalasHapus
  2. Walaupun industri rokok sudah terlanjur besar, tapi pemerintah sebenarnya lebih besar dan lebih kuat. Yang lemah adalah oknum pejabat pemerintah.

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^