Serba-Serbi d Tanah Suci Sebetulnya saya ingin menulis sesuatu yang bermanfaat tentang umroh ini supaya memberikan kebermanfaatan yang banyak. Supaya jadi sedikit insight buat teman-teman yang akan berumrah nanti. Kan insya Allah badai akan berlalu, virus corona lama-lama bisa teratasi, umat Islam akan bisa kembali melaksanakan umrah kembali. Nah ingin sekali membuat tulisan yang bermanfaat, supaya teman-teman yang berumrah bisa mengambil manfaatnya dan 'pengorbanan' puluhan juta itu tidak sia-sia karena umrahnya mabrur hingga berbalas pahala yang tiada terhingga.
Tapi sebelum menulis yang serius saya ingin menulis tentang Serba-Serbi di Tanah Suci ini. Sedikit cerita yang ringan dan tidak lucu di tanah suci..hihi. Beberapa pengalaman pribadi dan hasil pengamatan selama di sana. Mengapa saya ingin menulis banyak tentang umrah ini, saya berharap ingatan manis di sana yang lama-lama habis terkikis waktu terekam dalam catatan yang bermanfaat untuk diri dan orang banyak. Karena betapa pun seseorang jauh dari Allah SWT, saat di sana akan tersungkur dan banyak menangis. Sayangnya setelah kembali ke tanah air, kadang perjalanan umrah itu menjadi tidak berbekas dalam tingkah laku sehari-hari.
Selalu rindu berada di sini... |
Cerminan Amalan Kita
Betul ya.. di tanah suci banyak hal yang mencerminkan amalan kita selama ini. Ada orang yang raut mukanya bikin suasana tidak nyaman di antara sesama jamaah, ada yang terbuka auratnya di depan kabah,ternyata dia memang belum berhijab, semoga ini membuatnya menjadi berhijab. Ada juga yang waktu-waktu beribadah sering sakit merasa pusing tapi giliran waktu berbelanja sembuh dan semangat. Hahaha Hayo ngacung siapa? Orangnya juga ketawa saat dibilang begitu..hehe.. Macam-macam sih.. banyak juga yang khusyu beribadah dan penuh semangat..
Karena saya berangkat dengan suami, saya jadi sedikit bergaul dengan teman-teman se biro umrah. Ibadah, jalan-jalan, dan belanja jadi banyak berdua. Kecuali di Masjid Nabawi bisa bareng ibu-ibu lainnya karena masjidnya terpisah antara ikhwan dan akhwat. Saat di Mekkah senang aja sih bareng suami tapi kan saat sholat harus terpisah, akibatnya saya sering sendiri terpisah dari teman-teman.
Jadi banyak kejadian unik juga sih, karena kesendirian ini saya jadi banyak berinteraksi dengan sesama muslimah dari berbagai negara. Ketemu dengan dua perempuan agak bule yang cantik yang sangat ramah mungkin dari Tazkanistan. Dia hanya bisa sedikit berbahasa Inggris, nanya-nanya apakah saya bisa berbahasa arab, saya jawab Qolil Jiddan dia tetsenyum. Aih jadi rugi deh ga bisa berbahasa arab, dia aja bisa berbahasa arab padahal bukan orang Arab. Di sana saya kok jadi semangat ingin belajar bahasa arab, eh tapi di sini semangat itu malah melempem lagi. Kedua perempuan itu memelukku erat, cipika cipiki dan menciumku saat saya pamit mengucapkan salam.
Selalu Berdua... :D |
Orang Hindustan Hidungnya Tertinggal di Pesawat :D
Baberapa kali saya masuk ke rombongan orang-orang India atau Hindustan. Pertama kali saat siap-siap memakai ihram di Abu Dhabi karena kami akan miqot di pesawat, tidak sengaja saya dikelililngi orang-orang dari Pakistan atau Hindustan. Saya menebaknya karena hidungnya yang super mancung dan wajahnya memang ala-ala India sih. Dua atau tiga orang sempat mengajak saya berbincang dengan bahasanya. Bingung dong, saya ajak berbahasa inggris malah dianya ga paham..tapi dia keukeuh ngajak ngobrol akhirnya saya hanya tersenyum-senyum saja dan itu akhirnya sukses membuat lawan bicara terdiam.
Saat di Masjidil Haram kembali saya masuk ke kerumunan orang-orang Hindustan ini. Tiba-tiba saja mereka menyapaku, sebelumnya saya memilih tempat itu karena di sebelah ada orang yang berwajah orang Indonesianya dan ternyata orang Indonesia yang lama tinggal di Malaysia karena berdagang di sana. Saya sempat ngobrol lama dengan orang Minang dari Malaysia tersebut sebelum akhirnya orang-orang India atau Hindustan itu terus mengajakku ngobrol.
Mereka sama sekali tidak paham bahasa Inggris tapi keukeuh mengajak saya ngobrol bahasa mereka. Sampai saya kebingungan dan bilang "Duka atuh, saya engga ngerti kamu bilang apa.." eh dia nya malah tersenyum. dan akhirnya kami tertawa-tawa. Dia menunjuk teman di sebelakhu sambil berkata "Mama..?" Huhu temanku yang mungkin hanya terpaut setahun dua tahun di atasku itu dikira mamaku.. Temanku di sebelah keki juga, akhirnya dia berkata "ngapain sih diladeni..." hihi...
Kemudian teman India atau Hindustan itu pamit dan menitip tempatnya dengan bahasa isyarat. Saat dia kembali dia menyerahkan segelas air untukku, air zam-zam tentu saja.. Duh bingung mau diminum takut kebelet pipis, akhirnya saya minum sedikit sisanya saya masukkan ke dalam botol yang saya bawa.
Beberapa kali saya masuk ke grup mereka orang-orang India atau Hindustan itu, entah mengapa awalnya menjadi tanda tanya, dan pertanyaan terjawab saat saya menanti pintu Raudah di buka. Saat itu saya bareng seorang teman satu biro umrah yang berasal dari Cimahi juga namanya Teh Dina. Dia bertanya ke Teh Dina apakah saya orang Hindustan. hahaha.... Ternyata selama ini saya dianggap orang Hindustan hingga mereka selalu menyapaku dan membuat saya kebingungan.
Dan saat itu semakin terbukti, saat seorang Hindustan di sampingku menyapaku sambil menepuk pundakku. Panjang lebar dia berkata dengan bahasanya sampai tertawa terkekeh. Saya bengong dong tapi tak lupa ikut tertawa. Rupanya dia mengira saya jamaah umrah dari negaranya. hingga asyik mengajak saya ngobrol dengan bahasanya.. Giliran dia terbengong-bengong dong saat saya ngobrol dengan Teh Dina menggunakan bahasa Indonesia.. Hahaha ada-ada saja....Saat saya konfirm ke beberapa teman memang sih katanya saya terlihat seperti orang Hindustan, hanya hidungnya saja yang membedakan ...hahaha.... Hindustan hidungnya ketinggalan di pesawat...
Bersama teman-teman sesaat setelah menyelesaikan rangkaian umroh |
Jangan Ragu Berbuat Baik
Satu lagi hati-hati dengan lintasan hati, saat saya sendiri di Masjidil Haram, terpisah di bagian akhwat, jadi setelah thawaf suami selalu mengantar saya ke tempat akhwat dan memastikan saya tidak pindah karena nanti susah untuk menjemputnya. Nah dalam kesendirian itu tiba-tiba ada seorang ibu sepuh menyapaku. Mengetahui saya tidak paham dengan bahasanya ia hanya memandangku sambil mengelus ngelus punggungku beberapa kali. Senyum lagi, mengelus lagi, kayaknya dia jatuh sayang padaku.
Soal jatuh kasihan melihatku memang sepertinya wajahku pikawatireun yah...hahaha.. Pernah ada askar yang mengatur tempat untuk sholat. Saat saya menduduki suatu tempat sang askar berniqab hitam itu berkata" Ibu..ibu.. jangan di sana..." Lalu saya berdiri dan menuju tempat yang dia tunjuk..., Eh askar yang satu lagi kasihan mungkin melihatku dielusnya punggungku sambil bilang "sabar ya Bu.." :D . padahal kan saya engga apa-apa...hihi.. Oh iya askar dan para pedagang di Arab memang banyak yang bisa berbahasa Indnesia sedikit-sedikit.
Nah kembali ke perempuan tua tadi, saat melihat saya berdzikir dengan tasbih, dia memegang tasbihku dan tersenyum. Saat itu terlintas ingin memberikan tasbih itu, ingin berkata "This is for you.." Tapi saya berfikir ah buat apa tasbih, enggak terlalu manfaat untuk dia, sedikit sayang juga dengan tasbih dari batu-batu itu. Saya jadi menyesal tidak jadi memberikan tasbih kepada ibu itu ternyata akhirnya tasbih itu hilang tanpa saya sadari dimana hilangnya... Lenyap begitu saja, coba kalau jadi diberikan yah... ah dasar peragu.. Di sini saya jadi belajar dan mengambil hikmah jangan menunda-nunda niat baik, jangan banyak pertimbangan....
Semoga Rasa Itu Tidak Berlalu.....
Banyak kisah lain yang menarik yang jadi pelajaran kehidupan, sebetulnya harus saya tulis supaya terekam. Karena lama-lama ingatan manis tentang Kabah, tentang masjid Nabawi, tentang raudhah itu terpupus dalam ingatan... Padahal itu pengalaman ibadah yang manis sekali. Pasti dirasakan teman-teman yang lain juga, dan saat di tanah air semua itu terlupa hingga kembali ke habit masing-masing. Bahkan temanku pun kembali mengumbar auratnya setelah di tanah air, padahal di tanah suci dia juga menangis...
Jadi ingat doaku saat itu adalah semoga bisa istiqomah nikmat bermunajat di setiap sholat-sholat seperti di tanah suci.. Jangan Kau cabut kenikmatan itu... Karena sudah bisa dipastikan ingatan atau rasa itu akan semakin hari mungkin bisa semakin memudar seiring berjalannya waktu, hingga kembali sering lalai mengingat Nya...Na'udzubillah... Semoga indahnya bermunajat itu selalu ada dalam hari-hariku dan hari-hari teman-teman semua ya.... Semoga kita semua selalu ingat tentang dunia yang fana dan akhirat hidup kita yang sebenarnya, Yang harus diperjuangkan dengan serius dan semaksimal kita bisa.
Semoga nanti Cerita Ida bisa menulis tentang umroh yang lebih bermanfaat ya teman-teman, namun tetap berharap tulisan Serba-Serbi di Tanah Suci ini juga bermanfaat :)
ini sebelum heboh corona ya mba, skgg jadi isolasi sementara.
BalasHapusMbaaaaa, aku rinduuu banget ibadah di tanah haram.
BalasHapusMasyaAllah :)
Semoga ALLAH mudahkan jalan hidup kita semuaaa, supaya bisa diundang lagi se-keluarga besar, untuk ibadah di Mekkah dan Madinah ya
Aamiin aamiiin ya robbal alamiiin
Ya Allah bahagianya dirimu mbak sudah menginjak Tanah Haram semoga aku pun di segerakan kesana pula aamiinn ya Allah.
BalasHapuskelakar unik ya kak. hidung ketinggalan di pesawat. jd saking miripnya sama Hindustan, makanya banyak yg ajak ngobrol pakai bahasanya. walau akhirnya gak ngeh ketika kakak jawab, wkwkw
BalasHapusHihihi seruuu...
BalasHapusSugan teh di sana cuma ibadah
Termasuk ada yang waktu-waktu beribadah sering sakit merasa pusing tapi giliran waktu berbelanja sembuh dan semangat. 😁😁😁
Mudah2an aku segera bisa ke sana bersama kedua orangtuaku, amin.
BalasHapusMasyaAllah, Barakallah mbak. Baca cerita begini jadi ingin sekali ke tanah suci juga. Moga nanti diberi kesempatan dan kesehatan.
BalasHapusSaya blm pernah ke tanah suci. Pasti semua punya cerita tersendiri
BalasHapusTq sharingnya
Masya Allah ya, kisah mengesankan ... sampai-sampai hidungnya tertinggal di pesawat hehehe
BalasHapusAku baca part cerminan diri berasa merinding dan reminding
BalasHapusMasyaallah, trims sudah berbagi, Teh Ida. Banyak sekali pembelajaran yang bisa kita petik memang saat kita melangkah, bertamu dan beribadah di rumah Allah yang satu ini, ya, Teh? Amazing experience, sungguh kisah yang mengesankan dan bikin semua orang ingin pergi atau kembali kesana lagi.
BalasHapusThanks for share, Teh Ida. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin ya Allah.