blog perempuan|blog kuliner|blog review|blog fashion|blogger bandung|blogger indonesia

10 Sep 2019

Kisah Heroik Sang Jurnalis yang Romantis


Kisah Heroik Sang Jurnalis yang Romantis  Setiap tanggal 10 November Indonesia memperingati hari pahlawan.  Hari yang dilatarbelakangi pecahnya pertempuran hebat di Kota Surabaya Jawa Timur pada tahun 1945.  Pertempuran ini identik dengan sosok Bung Tomo, sebab karena sosok inilah Surabaya bersatu melawan Belanda.  Bung Tomo lah yang memprakarsai perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.

Bila ada yang bertanya sosok pahlawan nasional manakah yang paling menginspirasimu?  Saya akan memilih Bung Tomo, karena orasi-orasinya yang sangat fenomenal.  Orasi Bung Tomo yang disiarkan lewat radio mampu membakar semangat pemuda untuk berjuang sampai titik darah penghabisan dalam pertempuran paling sengit dalam sejarah Surabaya.  

Teriakan Merdeka atau Mati dan pekik takbir Allahu Akbar, merupakan pekikan Bung Tomo untuk menggugah semangat pemuda Surabaya yang saat itu sudah mulai gentar oleh serangan  membabi buta dan sangat mematikan dari Inggris dan Belanda.  

Bung Tomo
dari berbagai sumber

......
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
Semboyan kita tetap merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara.  Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.  Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.  Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka !!!

Itulah petikan orasinya yang mampu membangkitkan semangat pemuda Surabaya untuk berjuang mengalahkan rasa takutnya.  

Meski garang di medan perang, ternyata Bung Tomo adalah sosok yang lembut dan romantis di hadapan istrinya yang bernama Sulistina.  Bung Tomo memiliki banyak panggilan sayang pada istrinya seperti "Tiengke". Tieng bojoku sing denok debleng". "Tieng adikku sayang", "Dik Tinaku sing ayu dewe", Tieng istri pujaanku" dan lain-lain.

Bung Tomo pun kerap membuat puisi tentang kerinduannya pada sang istri saat bertugas di medan peperangan.  Ia membukakan pintu mobil, menyalakan lilin ketika hendak tidur, sampai membelikan buku kamasutra.  Meski telah memiliki anak, Bung Tomo menyempatkan mengajak istrinya nonton di bioskop kala anaknya sudah terlelap.

Saat Bung Tomo wafat, Sulistina menemukan fotonya sedang tersenyum di dompet suaminya.  Di balik foto ditulis "iki bojoku" dan tulisan "Tien istri Tomo.  Bung Tomo juga dikenal sebagai suami yang setia.  Pria kelahiran Surabaya 3 Oktober 1920 ini meski sering berpindah-pindah untuk bertempur tetapi wanita yang ia pikirkan hanyalah Sulistina istrinya.  

Oya selain seorang orator ulung, ternyata Bung Tomo piawai juga dalam menulis.  Bung Tomo adalah seorang wartawan yang aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah. Tulisannya sering menghiasi Harian Soeara Oemoem, Harian berbahasa Jawa Ekspres, Majalah Poestaka Timoer, Mingguan Pembela Rakyat.  Bung Tomo juga menjabat sebagai wakil pimpinan Redaksi Kantor Berita pendudukan Jepang Domei dan pimpinan redaksei Kantor Berita Antara di Surabaya. 

dari berbagai sumber

Bung Tomo wafat di Padang Arafah saat menunaikan ibadah haji pada tanggal 7 Oktober 1981.  Jenazahnya kemudian dibawa pulang ke Indonesia, Bung Tomo tidak dimakankan di Taman Makan Pahlawan, tapi sesuai amanahnya ia dimakamkan di Pemakaman Umum Ngagel Surabaya. 

Sosok yang luar biasa ya..?  Meski kini sosoknya telah tiada tapi jasa-jasanya selalu dikenang.  Semoga saja gelora semangatnya senantiasa hidup dan selalu menginspirasi kita semua ... Kisah Heroik Sang Jurnalis yang Romantis  semoga selalu dikenang sepanjang masa.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir dan silakan tinggalkan jejak ^_^